Meneladani Sikap Jenderal Besar yang Terlupakan
A
A
A
YOGYAKARTA - Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Inilah yang dituturkan dalam film Jenderal Soedirman .
Lewat film tersebut, masyarakat diharapkan dapat meneladani nilai-nilai dan sikap kepemimpinan dari sang “Jenderal Besar”. Executive Producer film Jenderal Soedirman Letjen (Purn) Kiki Syahnakri menjelaskan, banyak jalan protokol di berbagai ibu kota provinsi yang menyematkan nama Jenderal Soedirman.
Ironisnya, banyak generasi muda ternyata tidak mengetahui peran beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan RI. Berawal dari keprihatinan ini, dia bersama Sutradara Viva Westi memutuskan menggarap film tersebut. Sebelum melakukan syuting, Kiki Syahnakri melakukan riset selama setahun.
“Film ini sebenarnya digagas oleh sutradara sendiri. Lalu ketika hubungi saya, langsung saya setuju. Saya sampaikan bagaimanapun film ini harus jadi. Mengapa? Karena sekarang di setiap jalan ada Jalan Jenderal Soedirman dan itu jalan protokol. Tapi kalau tanya anak muda dan orang tua sekarang, banyak nggak tahu beliau dan perannya dalam kemerdekaan, ” ungkap Kiki Syahnakri kepada audiens sebelum pemutaran film Jenderal Soedirman di bioskop ternama di Kota Yogyakarta tadi malam.
Melalui keberadaan film ini diharapkan masyarakat bisa meneladani sikap maupun nilai-nilai positif yang terdapat di dalamnya. Seperti sikap pantang menyerah, saling menghargai, atau kemanunggalan rakyat dalam istilah TNI. Hingga sikap kepemimpinan yang tegas dan berani, terutama dalam membela kemerdekaan Indonesia. “Film ini sampaikan posisi politik Pak Soedirman dan nilai-nilai seperti sikap pantang menyerah, menghargai kalau dalam istilah TNI kemanunggalan rakyat, dan sikap pemimpin yang bisa diteladani,” ujarnya.
Dalam kesempatan sama, Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas Yogyakarta Brigjen TNI Stephanus Tri Mulyono mengatakan, film Jenderal Soedirman menjadi film monumental yang seharusnya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
“Harus memahami ada perbedaan sejarah, jangankan saya yang sekarang kebetulan diberi kehormatan menyandang (pangkat) Brigjen TNI, adik-adik kita banyak tidak tahu sejarah bangsa. Lewat film ini jadi upaya pelestarian, siapa lagi kalau bukan kita semua bangsa Indonesia. Bersamasama kita pekikkan merdeka,” kata Danrem bersemangat.
Sementara Sutradara Film Jenderal Soedirman , Viva Westi menambahkan, bukan perjalanan yang mudah meyakinkan orang agar bisa menggelontorkan dana untuk film mengangkat tentang perang gerilya Jenderal Soedirman, yang dilakukan selama tujuh bulan tersebut.
Hingga kemudian dirinya bertemu dengan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri yang menyambut ide ini dengan antusias. Selain perang gerilya, film ini memang lebih mengisahkan tentang perjalanan 1.000 kilometer yang ditempuh Jenderal Soedirman bersama pasukannya.
Keadaan sakit dan fungsi satu paru-paru yang tersisa tak menyurutkan suami Alfiah ini menjalankan tugas dan cita-citanya mewujudkan Indonesia merdeka melawan Belanda. Hadir dalam gala premiere film ini pemeran Jenderal Soedirman, Adipati Dolken; pemeran Alfiah, istri Soedirman, Annisa Hertami; dan sutradara kenamaan Garin Nugroho.
SITI ESTUNINGSIH
Lewat film tersebut, masyarakat diharapkan dapat meneladani nilai-nilai dan sikap kepemimpinan dari sang “Jenderal Besar”. Executive Producer film Jenderal Soedirman Letjen (Purn) Kiki Syahnakri menjelaskan, banyak jalan protokol di berbagai ibu kota provinsi yang menyematkan nama Jenderal Soedirman.
Ironisnya, banyak generasi muda ternyata tidak mengetahui peran beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan RI. Berawal dari keprihatinan ini, dia bersama Sutradara Viva Westi memutuskan menggarap film tersebut. Sebelum melakukan syuting, Kiki Syahnakri melakukan riset selama setahun.
“Film ini sebenarnya digagas oleh sutradara sendiri. Lalu ketika hubungi saya, langsung saya setuju. Saya sampaikan bagaimanapun film ini harus jadi. Mengapa? Karena sekarang di setiap jalan ada Jalan Jenderal Soedirman dan itu jalan protokol. Tapi kalau tanya anak muda dan orang tua sekarang, banyak nggak tahu beliau dan perannya dalam kemerdekaan, ” ungkap Kiki Syahnakri kepada audiens sebelum pemutaran film Jenderal Soedirman di bioskop ternama di Kota Yogyakarta tadi malam.
Melalui keberadaan film ini diharapkan masyarakat bisa meneladani sikap maupun nilai-nilai positif yang terdapat di dalamnya. Seperti sikap pantang menyerah, saling menghargai, atau kemanunggalan rakyat dalam istilah TNI. Hingga sikap kepemimpinan yang tegas dan berani, terutama dalam membela kemerdekaan Indonesia. “Film ini sampaikan posisi politik Pak Soedirman dan nilai-nilai seperti sikap pantang menyerah, menghargai kalau dalam istilah TNI kemanunggalan rakyat, dan sikap pemimpin yang bisa diteladani,” ujarnya.
Dalam kesempatan sama, Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas Yogyakarta Brigjen TNI Stephanus Tri Mulyono mengatakan, film Jenderal Soedirman menjadi film monumental yang seharusnya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
“Harus memahami ada perbedaan sejarah, jangankan saya yang sekarang kebetulan diberi kehormatan menyandang (pangkat) Brigjen TNI, adik-adik kita banyak tidak tahu sejarah bangsa. Lewat film ini jadi upaya pelestarian, siapa lagi kalau bukan kita semua bangsa Indonesia. Bersamasama kita pekikkan merdeka,” kata Danrem bersemangat.
Sementara Sutradara Film Jenderal Soedirman , Viva Westi menambahkan, bukan perjalanan yang mudah meyakinkan orang agar bisa menggelontorkan dana untuk film mengangkat tentang perang gerilya Jenderal Soedirman, yang dilakukan selama tujuh bulan tersebut.
Hingga kemudian dirinya bertemu dengan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri yang menyambut ide ini dengan antusias. Selain perang gerilya, film ini memang lebih mengisahkan tentang perjalanan 1.000 kilometer yang ditempuh Jenderal Soedirman bersama pasukannya.
Keadaan sakit dan fungsi satu paru-paru yang tersisa tak menyurutkan suami Alfiah ini menjalankan tugas dan cita-citanya mewujudkan Indonesia merdeka melawan Belanda. Hadir dalam gala premiere film ini pemeran Jenderal Soedirman, Adipati Dolken; pemeran Alfiah, istri Soedirman, Annisa Hertami; dan sutradara kenamaan Garin Nugroho.
SITI ESTUNINGSIH
(ftr)