Sumsel Kekurangan Pustakawan
A
A
A
PALEMBANG - Tenaga pustakawan diProvinsi Sumsel dirasakan masih sangat kurang. Pustakawan di Badan Perpus takaan Daerah (Banpusda) Sumsel bahkan sudah banyak memasuki masa purnabakti(pensiun).
Kepala Banpusda Sumsel Kabul Aman mengatakan, saat ini ada sekitar 24 pustakawan di instansinya. Hal ini karena sejak tiga tahun terakhir hampir 60% pustakawan memasuki usia pensiun. “Memang secara kuantitas Sumsel masih kurang pustakawan baik di provinsi dan kabupaten/kota.
Olehkarenanyakita siapkan kader-kader dengan pendidikan dan pela tihan untuk menjadi pustaka wan tersebut,” kata Kabul usai pembukaan pendidikan dan pelatihan (Diklat) calon pustakawan tingkat ahli (CPTA) tahun 2015 di Badan Diklat Sumsel,kemarin.
Diklat CPTA ini merupakan angkatan I yang diikuti 20 orang. Para peserta diberikan materi pembelajaran menjadi pustakawan yang handal selama lebih kurang 3 bulan. Kegiatan tersebut dibuka secara resmi Sekretaris Daerah (Sekda) Sumsel Mukti Sulaiman. Menurut Mukti, pelatihan menjadi pustakawan yang ahli sangat penting dan itu bagian dari pembangunan.
Bahkan pus takawan yang menamatkan sekolah tersebut dapat diberikan penghargaan. Sumsel pun sangat membutuhkan para pustakawan ahli, yang saat ini masih minim. Sebab, untuk mengelola perpustakaan juga harus memiliki ilmu yang sesuai sehingga pengelolaannya tidak kacau balau.
Dengan adanya perpustakaan tentu, kata Mukti, harus ditingkatkan semangat gemar membaca. Karena budaya mem baca dirasakan juga masih minim. Hal ini berbeda dengan turis asing yang diberbagai kesempatan dapat dilihat selalu membaca seperti di pesawat, restoran dan lainnya.
“Mari kita tingkatkan minat membaca masyarakat,” ujarnya. Karena itu, kata Mukti, pengelolaan perpustakaan harus bagus seperti pelayanannya. Seperti pegawai yang ramah serta selalu menjaga kebersihan sehingga pengunjung diperpustakaan betah untuk berlama-lama. Sementara itu, dalam diklat CPTA 2015 hadir juga Kepala Pusdiklat Perpunas RI Wi diyanto.
Dalam kesempatan itu Widiyanto mengatakan, jika kosentrasi pustakawan di Indonesia hanya di Jawa dan Sumatera. Secara umum dari 34 provinsi di Indonesia, kata dia, juga kekurangan tenaga pustakawan. “Ada 3.062 pustakawan di Indonesia. Dan itu masih sangat kurang,” ucapnya. Untuk mengatasi masalah ini, kata Widiyanto, memang diperlukan penerimaan CPNS untuk formasi pustakawan.
Dan hal tersebut masih dira sakan sulit. Sebab, sudah ada di per guruan tinggi yang mengadakan jurusan pustakawan, namun setelah lulus tidak ada formasi untuk menjadi PNS. Dengan begitu, Perpusnas dengan menggandeng daerah juga mengadakan diklat seperti CPTA yang peserta merupakan PNS. Diharapkan setelah dilatih dapat menjadi pustakawan yang ahli.
Sierra syailendra
Kepala Banpusda Sumsel Kabul Aman mengatakan, saat ini ada sekitar 24 pustakawan di instansinya. Hal ini karena sejak tiga tahun terakhir hampir 60% pustakawan memasuki usia pensiun. “Memang secara kuantitas Sumsel masih kurang pustakawan baik di provinsi dan kabupaten/kota.
Olehkarenanyakita siapkan kader-kader dengan pendidikan dan pela tihan untuk menjadi pustaka wan tersebut,” kata Kabul usai pembukaan pendidikan dan pelatihan (Diklat) calon pustakawan tingkat ahli (CPTA) tahun 2015 di Badan Diklat Sumsel,kemarin.
Diklat CPTA ini merupakan angkatan I yang diikuti 20 orang. Para peserta diberikan materi pembelajaran menjadi pustakawan yang handal selama lebih kurang 3 bulan. Kegiatan tersebut dibuka secara resmi Sekretaris Daerah (Sekda) Sumsel Mukti Sulaiman. Menurut Mukti, pelatihan menjadi pustakawan yang ahli sangat penting dan itu bagian dari pembangunan.
Bahkan pus takawan yang menamatkan sekolah tersebut dapat diberikan penghargaan. Sumsel pun sangat membutuhkan para pustakawan ahli, yang saat ini masih minim. Sebab, untuk mengelola perpustakaan juga harus memiliki ilmu yang sesuai sehingga pengelolaannya tidak kacau balau.
Dengan adanya perpustakaan tentu, kata Mukti, harus ditingkatkan semangat gemar membaca. Karena budaya mem baca dirasakan juga masih minim. Hal ini berbeda dengan turis asing yang diberbagai kesempatan dapat dilihat selalu membaca seperti di pesawat, restoran dan lainnya.
“Mari kita tingkatkan minat membaca masyarakat,” ujarnya. Karena itu, kata Mukti, pengelolaan perpustakaan harus bagus seperti pelayanannya. Seperti pegawai yang ramah serta selalu menjaga kebersihan sehingga pengunjung diperpustakaan betah untuk berlama-lama. Sementara itu, dalam diklat CPTA 2015 hadir juga Kepala Pusdiklat Perpunas RI Wi diyanto.
Dalam kesempatan itu Widiyanto mengatakan, jika kosentrasi pustakawan di Indonesia hanya di Jawa dan Sumatera. Secara umum dari 34 provinsi di Indonesia, kata dia, juga kekurangan tenaga pustakawan. “Ada 3.062 pustakawan di Indonesia. Dan itu masih sangat kurang,” ucapnya. Untuk mengatasi masalah ini, kata Widiyanto, memang diperlukan penerimaan CPNS untuk formasi pustakawan.
Dan hal tersebut masih dira sakan sulit. Sebab, sudah ada di per guruan tinggi yang mengadakan jurusan pustakawan, namun setelah lulus tidak ada formasi untuk menjadi PNS. Dengan begitu, Perpusnas dengan menggandeng daerah juga mengadakan diklat seperti CPTA yang peserta merupakan PNS. Diharapkan setelah dilatih dapat menjadi pustakawan yang ahli.
Sierra syailendra
(bbg)