Demi Beri ASI, Rela Keluarkan Kocek Lebih

Sabtu, 22 Agustus 2015 - 10:06 WIB
Demi Beri ASI, Rela...
Demi Beri ASI, Rela Keluarkan Kocek Lebih
A A A
Adalah fitrahnya, setelah melahirkan seorang wanita bisa menyusui bayinya. Namun, di era serba sibuk ini, wanita pun kerap disinggungkan dengan kondisi pekerjaan.

Di mana waktu bekerja yang ketat dan merasa kesulitan melakukan fitrahnya yang satu ini. Sebut saja, Alisha, 27, yang bekerja sebagai konsultan jasa periklanan. Saat hamil, dia baru bisa mendapatkan cuti seminggu sebelum prediksi tanggal kelahiran bayinya. Setelah melahirkan, sebulan kemudian dia harus kembali bekerja. “Padahal saya ingin sekali memberikan air susu ibu (ASI) exclusivebagi bayi saya,” tuturnya.

Beruntung, kini semakin banyak jasa kurir pengantar dan pengambilan ASI. Dia pun memanfaatka layanan tersebut. Sebelum bekerja, Alisha memberikan ASI-nya dan menyedotnya sebagian untuk disimpan di freezer, yang nantinya bisa dihangatkan sebelum dikonsumsi bayinya. Menjelang siang, sang kurir pun mendatangi kantornya dan dengan sigap dia pun sudah mempersiapkan dua botol ASI untuk dibawa kurir tersebut ke rumahnya.

Meski mengaku sedikit ribet dan menghabiskan kocek lumayan untuk jasa kurir, namun Alisha bersikukuh memberikan ASI terbaiknya untuk sang bayi. “Untungnya suami mendukung pola pemberian ASI semacam ini. Meski diakui, saya kehilangan waktu istimewa dengan buah hati saya. Tapi yang terpenting, saya berusaha semaksimal mungkin memberikan apa yang menjadi hak bayi saya,” ujarnya.

Semntara itu, ditemui di kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jabar Andriana Chaizir mengemukakan, saat ini semakin banyak wanita pekerja yang juga peduli terhadap pemberian ASI terhadap bayinya. Hal ini didukung juga berbagai jasa kurir untuk mengambil dan mengantar ASI ke tempat bayi.

“Meski wanita kini banyak yang kerja, tapi mereka juga banyak yang mulai peduli terhadap pentingnya memberikan ASI,” ujarnya. Dia selalu mengingatkan, ada banyak manfaat seorang ibu melakukan program inisiasi menyusui dini (IMD). Meski susu formula banyak bertebaran, tapi tidak ada yang kualitasnya sebaik ASI dan ini pun diyakini bisa mengurangi angka kematian bayi yang baru lahir.

“Proses IMD bisa mengurangi angka kematian bayi baru lahir sebesar 22% dan balita sebesar 8,8%,” ujarnya saat mengisi acara Taqwa Character Building (TCB) for Mom di Kampus Perguruan Darul Hikam, Jalan Ir Djuanda, kemarin. Tak hanya itu, menurutnya proses IMD yang dilanjutkan dengan pemberian Air Susu Ibu Exclusive (ASIX), pemberian makanan pendamping ASI yang berkualitas, dan konsumsi ASI bagi anak minimal sampai 11 bulan, itu bisa menyelamatkan sekurang-kurangnya 27,8% kematian balita di Indonesia.

Diakuinya, fasilitas untuk memberikan ASI baik di instansi pemerintahan, swasta, maupum ruang publik masih minim. Diakuinya, edukasi mengenai pentingnya ASI masih sangat minim. Akan tetapi pihaknya optimistis, edukasi dan sosialisasi terhadap ibu menyusui dan orangorang di sekitarnya bisa terus dilakukan, maka akan tumbuh kesadaran. “Bagaimanapun ASI sangat penting untuk anak kita,” tandasnya.

Anne Rufaidah
Kota Bandung
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8580 seconds (0.1#10.140)