Kalah dengan Objek Wisata Baru, Sekarang Sepi Pengunjung
A
A
A
BANTUL - Gua Selarong kini sepi pengunjung, setelah menunggu hampir satu jam ternyata tak satu pun pengunjung yang nampak di objek wisata ini. Gua Selarong, sebuah lokasi wisata yang kini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat, terutama masyarakat Bantul.
Munculnya lokasi-lokasi wisata baru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengakibatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke gua yang memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan negara ini semakin mengecil. Gua Selarong, berada di Dusun Kembangputihan, Kecamatan Pajangan yang letaknya tak jauh dari pusat kota Bantul.
Untuk mencapai ke gua tersebut, memang tidak ada angkutan umum, namun dengan kendaraan roda dua cukup menempuh perjalanan selama 10 menit sudah sampai ke tujuan. Namun cerita legenda perjuangan Pangeran Diponegoro di masa perjuangan ini memang tak banyak menarik pengunjung untuk datang ke sana.
Gua Selarong memang berada di perbukitan Pajangan. Untuk menuju ke pintu gua, pengunjung harus melewati beberapa ratus anak tangga. Saat memasuki gapura, pengunjung akan disambut oleh Patung Diponegoro yang memang menjadi ikon gua ini. Gersang dan panas masih nampak dirasakan jika ingin berkunjung ke Gua Selarong. “Di sini (Gua Selarong) memang merupakan satusatunya tempat wisata sejarah sekaligus religius yang memiliki aroma mistik cukup kental,” ujar salah seorang penjaga Gua Selarong, Arismanto, 45.
Aris menjelaskan, patung Diponegoro ini berjubah hitam yang posisinya sedang menunggang kuda tersebut melambangkan perjuangan dan keberanian Pangeran Diponegoro melawan tentara Belanda. Selain di gapura, ada juga patung Pangeran Diponegoro berjubah putih yang terletak di beberapa meter dari tempat parkir.
Di atasnya, pengunjung akan menemukan dua buah gua kecil di sebelah kanan dan kiri tangga. Gua yang berada di sebelah kanan tangga bernama Gua Putri. Aris menambahkan, gua ini dulu merupakan tempat beristirahat istri Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Ratnaningsih. Di sebelah kiri tangga terdapat gua bernama Gua Kakung atau berarti gua laki-laki. “Gua ini adalah tempat istirahat Pangeran Diponegoro,” tuturnya.
Tak seperti bayangan orang, dua buah gua ini memang berukuran kecil. Tak seperti gua pada umumnya, gua bersejarah ini berbentuk bukit batu dengan dua buah lubang, dahulu kedua lubang tersebut digunakan oleh Pangeran Diponegoro sebagai tempat untuk bersembunyi saat melawan tentara Belanda.
Gua Selarong hanya memiliki tinggi dan kedalaman sekitar 1,5 meter di mana lebar Gua Putri lebih panjang daripada Gua Kakung, yaitu sekitar tiga meter sedangkan lebar Gua Kakung adalah sekitar dua meter. Ichsan, salah seorang warga Kembangputihan mengungkapkan, warga yang tinggal di bawah gua sering mendengar suara ringkik kuda pada malam hari.
Kadang juga selain ringkik kuda diikuti derap suara segerombolan kuda yang berlari diselingi teriakan-teriakan. Hal tersebut mungkin berdasarkan dari cerita legenda yang selama ini berkembang di wilayahnya. Berdasarkan cerita yang pernah ia dengar, Pangeran Diponegoro dan pasukannya sulit ditangkap dan tidak pernah terlihat oleh mata pasukan Belanda jika sedang bersembunyi di Gua Selarong ini.
Meskipun pasukan Belanda telah sampai di kompleks tersebut, namun pasukan kompeni tetap saja tidak dapat melihat bahwa sebenarnya terdapat ratusan pasukan Diponegoro bersembunyi di dalam gua. Pasukan kompeni hanya berputar-putar di lokasi dan hanya bisa melihat gunungan batu cadas yang tak berpenghuni.
Bahkan pada malam tertentu, seperti malam Jumat kliwon atau malam Selasa kliwon, terkadang dari dalam perut Gua Selarong terdengar lantunan gending-gending Jawa yang sedang ditabuh. Ada suaranya, namun tidak ada wujudnya. “Itulah kehebatan Pangeran Diponegoro yang seakan punya ilmu yang bisa menutup pandangan pasukan Belanda. Kami masih meyakini hal tersebut,” katanya.
Setiap malam hari sampai subuh, tebaran aroma seperti dupa dan kemenyan akan menyeruak. Meski begitu, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan di Gua Selarong yaitu meminta pesugihan atau meminta nomor togel. “Jika itu dilanggar, pasti bencana akan menimpa siapa saja yang melanggarnya,” katanya.
ERFANTO LINANGKUNG
Munculnya lokasi-lokasi wisata baru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengakibatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke gua yang memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan negara ini semakin mengecil. Gua Selarong, berada di Dusun Kembangputihan, Kecamatan Pajangan yang letaknya tak jauh dari pusat kota Bantul.
Untuk mencapai ke gua tersebut, memang tidak ada angkutan umum, namun dengan kendaraan roda dua cukup menempuh perjalanan selama 10 menit sudah sampai ke tujuan. Namun cerita legenda perjuangan Pangeran Diponegoro di masa perjuangan ini memang tak banyak menarik pengunjung untuk datang ke sana.
Gua Selarong memang berada di perbukitan Pajangan. Untuk menuju ke pintu gua, pengunjung harus melewati beberapa ratus anak tangga. Saat memasuki gapura, pengunjung akan disambut oleh Patung Diponegoro yang memang menjadi ikon gua ini. Gersang dan panas masih nampak dirasakan jika ingin berkunjung ke Gua Selarong. “Di sini (Gua Selarong) memang merupakan satusatunya tempat wisata sejarah sekaligus religius yang memiliki aroma mistik cukup kental,” ujar salah seorang penjaga Gua Selarong, Arismanto, 45.
Aris menjelaskan, patung Diponegoro ini berjubah hitam yang posisinya sedang menunggang kuda tersebut melambangkan perjuangan dan keberanian Pangeran Diponegoro melawan tentara Belanda. Selain di gapura, ada juga patung Pangeran Diponegoro berjubah putih yang terletak di beberapa meter dari tempat parkir.
Di atasnya, pengunjung akan menemukan dua buah gua kecil di sebelah kanan dan kiri tangga. Gua yang berada di sebelah kanan tangga bernama Gua Putri. Aris menambahkan, gua ini dulu merupakan tempat beristirahat istri Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Ratnaningsih. Di sebelah kiri tangga terdapat gua bernama Gua Kakung atau berarti gua laki-laki. “Gua ini adalah tempat istirahat Pangeran Diponegoro,” tuturnya.
Tak seperti bayangan orang, dua buah gua ini memang berukuran kecil. Tak seperti gua pada umumnya, gua bersejarah ini berbentuk bukit batu dengan dua buah lubang, dahulu kedua lubang tersebut digunakan oleh Pangeran Diponegoro sebagai tempat untuk bersembunyi saat melawan tentara Belanda.
Gua Selarong hanya memiliki tinggi dan kedalaman sekitar 1,5 meter di mana lebar Gua Putri lebih panjang daripada Gua Kakung, yaitu sekitar tiga meter sedangkan lebar Gua Kakung adalah sekitar dua meter. Ichsan, salah seorang warga Kembangputihan mengungkapkan, warga yang tinggal di bawah gua sering mendengar suara ringkik kuda pada malam hari.
Kadang juga selain ringkik kuda diikuti derap suara segerombolan kuda yang berlari diselingi teriakan-teriakan. Hal tersebut mungkin berdasarkan dari cerita legenda yang selama ini berkembang di wilayahnya. Berdasarkan cerita yang pernah ia dengar, Pangeran Diponegoro dan pasukannya sulit ditangkap dan tidak pernah terlihat oleh mata pasukan Belanda jika sedang bersembunyi di Gua Selarong ini.
Meskipun pasukan Belanda telah sampai di kompleks tersebut, namun pasukan kompeni tetap saja tidak dapat melihat bahwa sebenarnya terdapat ratusan pasukan Diponegoro bersembunyi di dalam gua. Pasukan kompeni hanya berputar-putar di lokasi dan hanya bisa melihat gunungan batu cadas yang tak berpenghuni.
Bahkan pada malam tertentu, seperti malam Jumat kliwon atau malam Selasa kliwon, terkadang dari dalam perut Gua Selarong terdengar lantunan gending-gending Jawa yang sedang ditabuh. Ada suaranya, namun tidak ada wujudnya. “Itulah kehebatan Pangeran Diponegoro yang seakan punya ilmu yang bisa menutup pandangan pasukan Belanda. Kami masih meyakini hal tersebut,” katanya.
Setiap malam hari sampai subuh, tebaran aroma seperti dupa dan kemenyan akan menyeruak. Meski begitu, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan di Gua Selarong yaitu meminta pesugihan atau meminta nomor togel. “Jika itu dilanggar, pasti bencana akan menimpa siapa saja yang melanggarnya,” katanya.
ERFANTO LINANGKUNG
(ftr)