Sepakat Nguri-uri Budaya
A
A
A
SEMARANG - Suasana Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang tiba-tiba berubah ramai sore kemarin.
Ratusan warga maupun simpatisan pendukung tiga pasangan bakal calon Wali Kota Semarang berkumpul dalam dialog budaya yang digelar oleh komunitas seniman Kota Semarang. Suasana semakin ramai saat ketiga pasangan calon, yakni Soemarmo, Hendrar Prihadi, dan Sigit Ibnugroho duduk bersama dalam forum dialog tersebut.
Dalam kesempatan itu, ketiga pasangan calon diminta tanggapannya mengenai seni dan budaya di Kota Semarang. Di antaranya bagaimana visimisi untuk mengembangkan Kota Semarang menjadi Kota Berbudaya, menyelamatkan budaya lokal yang semakin terkikis, hingga politik anggaran untuk mendukung seni budaya.
Calon Wali Kota Soemarmo HS dalam kesempatan itu menga takan, komitmennya nguriuri budaya Kota Semarang sudah dilakukannya dulu saat men jabat wali kota. Saat itu dia selalu memperhatikan seniman Kota Semarang dan berbagai kegiatan seni budaya yang di lakukan.
“Saat saya memimpin, saya selalu memberikan dukungan penuh baik dari anggaran maupun kebijakan. Semua itu saya lakukan karena saya berkomitmen melestarikan seni budaya Kota Semarang,” ujar pasangan Zuber Safawi itu. Dalam nguri-uri budaya, peran pemerintah sangatlah vital.
Perhatian pemerintah akan seni budaya adalah keharusan. Selain itu, usaha melakukan pendidikan budaya pada generasi penerus juga harus dilakukan. Jika tidak, kesenian asli Kota Semarang itu akan hilang. “Meski begitu, pemerintah tidak mungkin jalan sendiri, harus ada bantuan dari pihak lain. Seniman, budayawan harus dilibatkan. Pihak swasta juga harus dilibatkan untuk me ngembangkan Kota Semarang,” tandasnya.
Soemarmo juga menegaskan, pihaknya akan terus berkomitmen melestarikan seni budaya di Kota Semarang dan terus mengembangkannya. Pihaknya menegaskan tidak akan menjual seni budaya kepada swasta. “Jangan sampai lokasi seni budaya dijual hanya demi pertumbuhan ekonomi. Tempattempat yang jadi lokasi seni budaya tidak boleh diubah, justru dikembangkan,” katanya.
Menurut Hendrar Prihadi, untuk menjadikan Kota Semarang tidak melulu dengan ba nyaknya kegiatan seni budaya, tapi kualitas sumber daya manusianya harus diubah agar menjadi manusia berbudaya. “Pendidikan sektor utama untuk kemajuan budaya. Nguriuri budaya harus dimulai dengan pendidikan seni budaya kepada generasi muda,” ujar Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi.
Selain itu, Hendi juga akan mengajak seluruh masyarakat bergerak bersama memba ngun seni budaya. Sejumlah seniman akan dilibatkan untuk pengembangan Kota Semarang. Sementara itu, Sigit Ibnugroho mengatakan nilai kebudayaan lokal di Kota Semarang saat ini mulai luntur. Harus ada hal yang segera dilakukan untuk melakukan pembenahan. “Nilai kebudayaan lokal harus diutamakan. Semarang itu memiliki seni budaya hasil akulturasi beberapa budaya. Budaya lokal ini yang harus dimunculkan dan dilestarikan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu pula, Sigit menekankan akan pentingnya reformasi budaya. Sebab, selama ini reformasi belum menyentuh pada titik fundamental khususnya budaya. Suasana dialog yang digelar sore kemarin berlangsung meriah. Meski begitu, sesekali para calon menyindir calon lain yang menyebabkan kegaduhan para pendukung. Namun, kegaduhan itu dapat diatasi dan tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan.
Andika prabowo
Ratusan warga maupun simpatisan pendukung tiga pasangan bakal calon Wali Kota Semarang berkumpul dalam dialog budaya yang digelar oleh komunitas seniman Kota Semarang. Suasana semakin ramai saat ketiga pasangan calon, yakni Soemarmo, Hendrar Prihadi, dan Sigit Ibnugroho duduk bersama dalam forum dialog tersebut.
Dalam kesempatan itu, ketiga pasangan calon diminta tanggapannya mengenai seni dan budaya di Kota Semarang. Di antaranya bagaimana visimisi untuk mengembangkan Kota Semarang menjadi Kota Berbudaya, menyelamatkan budaya lokal yang semakin terkikis, hingga politik anggaran untuk mendukung seni budaya.
Calon Wali Kota Soemarmo HS dalam kesempatan itu menga takan, komitmennya nguriuri budaya Kota Semarang sudah dilakukannya dulu saat men jabat wali kota. Saat itu dia selalu memperhatikan seniman Kota Semarang dan berbagai kegiatan seni budaya yang di lakukan.
“Saat saya memimpin, saya selalu memberikan dukungan penuh baik dari anggaran maupun kebijakan. Semua itu saya lakukan karena saya berkomitmen melestarikan seni budaya Kota Semarang,” ujar pasangan Zuber Safawi itu. Dalam nguri-uri budaya, peran pemerintah sangatlah vital.
Perhatian pemerintah akan seni budaya adalah keharusan. Selain itu, usaha melakukan pendidikan budaya pada generasi penerus juga harus dilakukan. Jika tidak, kesenian asli Kota Semarang itu akan hilang. “Meski begitu, pemerintah tidak mungkin jalan sendiri, harus ada bantuan dari pihak lain. Seniman, budayawan harus dilibatkan. Pihak swasta juga harus dilibatkan untuk me ngembangkan Kota Semarang,” tandasnya.
Soemarmo juga menegaskan, pihaknya akan terus berkomitmen melestarikan seni budaya di Kota Semarang dan terus mengembangkannya. Pihaknya menegaskan tidak akan menjual seni budaya kepada swasta. “Jangan sampai lokasi seni budaya dijual hanya demi pertumbuhan ekonomi. Tempattempat yang jadi lokasi seni budaya tidak boleh diubah, justru dikembangkan,” katanya.
Menurut Hendrar Prihadi, untuk menjadikan Kota Semarang tidak melulu dengan ba nyaknya kegiatan seni budaya, tapi kualitas sumber daya manusianya harus diubah agar menjadi manusia berbudaya. “Pendidikan sektor utama untuk kemajuan budaya. Nguriuri budaya harus dimulai dengan pendidikan seni budaya kepada generasi muda,” ujar Hendi, panggilan akrab Hendrar Prihadi.
Selain itu, Hendi juga akan mengajak seluruh masyarakat bergerak bersama memba ngun seni budaya. Sejumlah seniman akan dilibatkan untuk pengembangan Kota Semarang. Sementara itu, Sigit Ibnugroho mengatakan nilai kebudayaan lokal di Kota Semarang saat ini mulai luntur. Harus ada hal yang segera dilakukan untuk melakukan pembenahan. “Nilai kebudayaan lokal harus diutamakan. Semarang itu memiliki seni budaya hasil akulturasi beberapa budaya. Budaya lokal ini yang harus dimunculkan dan dilestarikan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu pula, Sigit menekankan akan pentingnya reformasi budaya. Sebab, selama ini reformasi belum menyentuh pada titik fundamental khususnya budaya. Suasana dialog yang digelar sore kemarin berlangsung meriah. Meski begitu, sesekali para calon menyindir calon lain yang menyebabkan kegaduhan para pendukung. Namun, kegaduhan itu dapat diatasi dan tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan.
Andika prabowo
(bbg)