Bertahan di Kisaran Rp130.000/Kg
A
A
A
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO PALEMBANG di sejumlah daerah harga daging sapi mengalami kenaikan mencapai Rp120.000-Rp130.000 perkilogram (kg). Meski naik, stok daging masih aman karena keterse diaaan barang tidak mengalami kendala.
Namun, naiknya harga daging sapi membuat pedagang kesulitan karena sepinya pembeli. Usuf, 51, penjual daging sapi di Pasar Dempo Permai, Pagaralam, mengaki harga jual daging saat ini naik sehingga menyulitkan dirinya dan pedagang lain. “Ka mi ikut naik tetapi tidak terlalu tinggi. Biasanya daging Rp100.000-Rp110.000 per kg, sekarang menjadi Rp120.000- Rp130.000 per kg.
Naiknya harga daging membuat omzet kami menurun drastis,” jelasnya, kemarin. Kenaikan harga yang sama juga terjadi di Pasar Pagi Kayuagung, OKI. “Dalam satu hari hanya dua pedagang yang masih ber jualan seperti biasa. Pedagang lainnya tidak lagi untuk sementara waktu karena harga daging masih tinggi, yakni Rp130.000 per kg,” kata Kepala Disperindagkop OKI Herry Susanto.
Namun demikian, jelas Herry, apa yang terjadi di luar OKI terkait pedagang daging mogok berjualan, hal itu tidak berpengaruh di OKI. “Meski harga daging di OKI ma hal, masyarakat tetap membeli. Bahkan kalau sudah pukul 10.00 WIB daging di dua lapak tersebut sudah habis terjual. Artinya kebutuhan masyarakat cukup tinggi akan daging sapi,” terangnya.
Kepala Dinas Peternakan OKI Amiruddin menambahkan, tingginya harga daging sudah terjadi sejak menjelang Lebaran. “Saat jelang Lebaran harga daging malah mencapai Rp140.000 per kg. Sekarang turun Rp130 ribu per kg. Kalau harga normalnya Rp100.000 per kg,” ujarnya. Sedangkan pedagang daging sapi di Pasar Baru, Baturaja Timur, OKU mengeluhkan pasokan daging terbatas.
“Biasanya, daging sapi yang saya jual langsung dipasok dari Lampung. Tetapi, sekarang setelah Lebaran tidak lagi. Kabaryangkamiterimabahwadari Lampung setop memberikan pasokan. Kami jadi serba salah. Mau jualan pasokan sulit. Sudah itu, pembeli kurang berminat akibat harganya tinggi,” ungkap Erni, 42, pedagang daging sapi di Pasar Baru, Baturaja Timur, kemarin.
Tingginya harga daging juga terjadi di Pasar Perjuangan, Sekayu, Muba sehingga membuat pe - dagang merugi lantaran konsumen semakin berkurang. “Ya, harga daging naik terus akibatnya pembeli berkurang. Kami ambil daging dari rumah potong sudah mahal. Ini terjadi sejak Lebaran,” ujar Ramsah, penjual daging di Pasar Perjuangan, Sekayu, Muba.
Akibatnya, kata dia, para pedagang tidak berani mengambil pasokan daging terlalu banyak karena takut tidak habis terjual yang nantinya berujung pada kerugian. “Sehari kami hanya bisa menjual 30 kg. Padahal kalau harganya normal Rp110.00/kg, kami bisa jual lebih. Konsumen saat ini berangsung-angsur beralih ke daging ikan atau ayam, karena harganya tidak telalu mahal,” ucapnya.
Kondisi ini, kata dia, seharusnya menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah. Sebab, jika terus dibiarkan maka harga da ging terus melambung tinggi dan membuat pedagang merugi. “Kami tidak tahu apa penyebabnya. Pemerintah seharusnya tanggap mengatasi masalah ini. Jangan sampai harga daging sudah terlalu tinggi, baru bertindak,” pungkasnya.
Siti Ramlah, ibu rumah tangga menuturkan, saat ini keluarganya mengurangi konsumsi daging sapi lantaranharganya tinggi.“Jadilauk pauk saya variasikan. Terkadang ikan atau ayam,” tuturnya. Sementara itu, harga daging di Pasar Pangkalan Balai, Banyuasin III, berada pada kisaran Rp.110.000 per kg. Kamal, 52, penjual daging di Pasar Pangkalan Balai mengungkapkan, saat Lebaran lalu harga daging sempat me nembus Rp150.000 per kg.
“Al hamdulil lah harga daging diPangkalan Balaidan Banyuasin umumnya stabil diangka Rp110.000 per kg. Tidak seperti diPulauJawayangmasihtinggi dan akhirnya mem buat banyak pedagang mogok dan bahkan mengancam demo,” ungkapnya. Kepala UPTD Pasar Pangkalan Balai, Mul’In melanjutkan, sejak adanya gejolak harga daging di wilayah Pulau Jawa, pihaknya terus melakukan pantauan terhadap harga di pasaran.
Kepala Diskoperindag Banyuasin, A Harris mengatakan, pengecekan harga daging ke sejumlah pasar besar di Ba nyuasin, seperti pasar Sukajadi, Talang Kelapa, Pangkalan Balai, Banyuasin III, Betung dan Mariana terus dilakukan untuk mengetahui secara pasti harga di ting katan pedagang. “Apabila terjadi gejolak harga, kami akan meng gelar pasar murah.
Tapi sebelum itu, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat terlebih dahulu,” jelasnya. Sedangkan harga daging di Pasar Inpres Muaraenim dan Pasar Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, masih dikisaran Rp120.000 per kg. “Kalau dibandingkan dengan Lebaran, sudah turun lumayan jauh, tapi untuk sekarang kami masih jual dikisaran itu,” jelas Hamka, pedagang diPasar Inpres, kemarin.
Adapun di Pasar Martapura, OKU Timur, saat ini harga daging Rp120.000 per kg. ”Daging yang kami jual berasal dari sapi lokal. Tidak ada yang menjual sapi dari luar,” jelas pedagang daging, Santi. Kepala Disperindagsar Mura, Bambang Hermanto melalui Kasi Perlindungan Konsumen, Arman mengatakan untuk pasokan daging sapi di pasar tradisional Kabupaten Mura seperti di Pasar B Srikaton Kecamatan Tugu mulyo dan Kecamatan Megang Sakti masih aman.
“Kita tidak ada pengaruh, stok daging aman karena daya beli masyarakat turun,” jelas dia. Kasi Informasi Pasar Disnakan Mura, Heru mengatakan, untuk pembatasan dan penghentian pasokan daging sapi oleh pemerintah pusat tidak berpengaruh. “Untuk harga daging sapi di tingkat pedagang mencapai Rp100.000 per kg,” tuturnya. Akibat kelangkaan daging di sejumlah pasar tradisional, juga berimbas pada usaha mikro masyarakat diantaranya usaha warung bakso.
Pemilik warung bakso di jalan Eka Sakti, Sekip Pangkal, Risel mengatakan, kelangkaan daging membuat pedagang bak so cemas. Karena sebagian besar pedagang bakso menggantungkan pasokan dari pasar tradisional. “Yang sangat terimbas itu, pedagang bakso yang membeli harian. Karena daging langka membuat biaya produksi tinggi,” terangnya.
Yayan d/m rohali/ ibrahim a/amarullah d/ yopie cr/ irhamudin sp/ dadang d/hengky ca/ tasmalinda
Namun, naiknya harga daging sapi membuat pedagang kesulitan karena sepinya pembeli. Usuf, 51, penjual daging sapi di Pasar Dempo Permai, Pagaralam, mengaki harga jual daging saat ini naik sehingga menyulitkan dirinya dan pedagang lain. “Ka mi ikut naik tetapi tidak terlalu tinggi. Biasanya daging Rp100.000-Rp110.000 per kg, sekarang menjadi Rp120.000- Rp130.000 per kg.
Naiknya harga daging membuat omzet kami menurun drastis,” jelasnya, kemarin. Kenaikan harga yang sama juga terjadi di Pasar Pagi Kayuagung, OKI. “Dalam satu hari hanya dua pedagang yang masih ber jualan seperti biasa. Pedagang lainnya tidak lagi untuk sementara waktu karena harga daging masih tinggi, yakni Rp130.000 per kg,” kata Kepala Disperindagkop OKI Herry Susanto.
Namun demikian, jelas Herry, apa yang terjadi di luar OKI terkait pedagang daging mogok berjualan, hal itu tidak berpengaruh di OKI. “Meski harga daging di OKI ma hal, masyarakat tetap membeli. Bahkan kalau sudah pukul 10.00 WIB daging di dua lapak tersebut sudah habis terjual. Artinya kebutuhan masyarakat cukup tinggi akan daging sapi,” terangnya.
Kepala Dinas Peternakan OKI Amiruddin menambahkan, tingginya harga daging sudah terjadi sejak menjelang Lebaran. “Saat jelang Lebaran harga daging malah mencapai Rp140.000 per kg. Sekarang turun Rp130 ribu per kg. Kalau harga normalnya Rp100.000 per kg,” ujarnya. Sedangkan pedagang daging sapi di Pasar Baru, Baturaja Timur, OKU mengeluhkan pasokan daging terbatas.
“Biasanya, daging sapi yang saya jual langsung dipasok dari Lampung. Tetapi, sekarang setelah Lebaran tidak lagi. Kabaryangkamiterimabahwadari Lampung setop memberikan pasokan. Kami jadi serba salah. Mau jualan pasokan sulit. Sudah itu, pembeli kurang berminat akibat harganya tinggi,” ungkap Erni, 42, pedagang daging sapi di Pasar Baru, Baturaja Timur, kemarin.
Tingginya harga daging juga terjadi di Pasar Perjuangan, Sekayu, Muba sehingga membuat pe - dagang merugi lantaran konsumen semakin berkurang. “Ya, harga daging naik terus akibatnya pembeli berkurang. Kami ambil daging dari rumah potong sudah mahal. Ini terjadi sejak Lebaran,” ujar Ramsah, penjual daging di Pasar Perjuangan, Sekayu, Muba.
Akibatnya, kata dia, para pedagang tidak berani mengambil pasokan daging terlalu banyak karena takut tidak habis terjual yang nantinya berujung pada kerugian. “Sehari kami hanya bisa menjual 30 kg. Padahal kalau harganya normal Rp110.00/kg, kami bisa jual lebih. Konsumen saat ini berangsung-angsur beralih ke daging ikan atau ayam, karena harganya tidak telalu mahal,” ucapnya.
Kondisi ini, kata dia, seharusnya menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah. Sebab, jika terus dibiarkan maka harga da ging terus melambung tinggi dan membuat pedagang merugi. “Kami tidak tahu apa penyebabnya. Pemerintah seharusnya tanggap mengatasi masalah ini. Jangan sampai harga daging sudah terlalu tinggi, baru bertindak,” pungkasnya.
Siti Ramlah, ibu rumah tangga menuturkan, saat ini keluarganya mengurangi konsumsi daging sapi lantaranharganya tinggi.“Jadilauk pauk saya variasikan. Terkadang ikan atau ayam,” tuturnya. Sementara itu, harga daging di Pasar Pangkalan Balai, Banyuasin III, berada pada kisaran Rp.110.000 per kg. Kamal, 52, penjual daging di Pasar Pangkalan Balai mengungkapkan, saat Lebaran lalu harga daging sempat me nembus Rp150.000 per kg.
“Al hamdulil lah harga daging diPangkalan Balaidan Banyuasin umumnya stabil diangka Rp110.000 per kg. Tidak seperti diPulauJawayangmasihtinggi dan akhirnya mem buat banyak pedagang mogok dan bahkan mengancam demo,” ungkapnya. Kepala UPTD Pasar Pangkalan Balai, Mul’In melanjutkan, sejak adanya gejolak harga daging di wilayah Pulau Jawa, pihaknya terus melakukan pantauan terhadap harga di pasaran.
Kepala Diskoperindag Banyuasin, A Harris mengatakan, pengecekan harga daging ke sejumlah pasar besar di Ba nyuasin, seperti pasar Sukajadi, Talang Kelapa, Pangkalan Balai, Banyuasin III, Betung dan Mariana terus dilakukan untuk mengetahui secara pasti harga di ting katan pedagang. “Apabila terjadi gejolak harga, kami akan meng gelar pasar murah.
Tapi sebelum itu, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat terlebih dahulu,” jelasnya. Sedangkan harga daging di Pasar Inpres Muaraenim dan Pasar Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, masih dikisaran Rp120.000 per kg. “Kalau dibandingkan dengan Lebaran, sudah turun lumayan jauh, tapi untuk sekarang kami masih jual dikisaran itu,” jelas Hamka, pedagang diPasar Inpres, kemarin.
Adapun di Pasar Martapura, OKU Timur, saat ini harga daging Rp120.000 per kg. ”Daging yang kami jual berasal dari sapi lokal. Tidak ada yang menjual sapi dari luar,” jelas pedagang daging, Santi. Kepala Disperindagsar Mura, Bambang Hermanto melalui Kasi Perlindungan Konsumen, Arman mengatakan untuk pasokan daging sapi di pasar tradisional Kabupaten Mura seperti di Pasar B Srikaton Kecamatan Tugu mulyo dan Kecamatan Megang Sakti masih aman.
“Kita tidak ada pengaruh, stok daging aman karena daya beli masyarakat turun,” jelas dia. Kasi Informasi Pasar Disnakan Mura, Heru mengatakan, untuk pembatasan dan penghentian pasokan daging sapi oleh pemerintah pusat tidak berpengaruh. “Untuk harga daging sapi di tingkat pedagang mencapai Rp100.000 per kg,” tuturnya. Akibat kelangkaan daging di sejumlah pasar tradisional, juga berimbas pada usaha mikro masyarakat diantaranya usaha warung bakso.
Pemilik warung bakso di jalan Eka Sakti, Sekip Pangkal, Risel mengatakan, kelangkaan daging membuat pedagang bak so cemas. Karena sebagian besar pedagang bakso menggantungkan pasokan dari pasar tradisional. “Yang sangat terimbas itu, pedagang bakso yang membeli harian. Karena daging langka membuat biaya produksi tinggi,” terangnya.
Yayan d/m rohali/ ibrahim a/amarullah d/ yopie cr/ irhamudin sp/ dadang d/hengky ca/ tasmalinda
(bbg)