Pembinaan Anak Didik Lapas Diubah dengan Pola Ramah Anak

Kamis, 06 Agustus 2015 - 08:27 WIB
Pembinaan Anak Didik Lapas Diubah dengan Pola Ramah Anak
Pembinaan Anak Didik Lapas Diubah dengan Pola Ramah Anak
A A A
GUNUNGKIDUL - Kantor Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) DIY mulai membuat Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dengan konsep yang ramah anak dan mengedepankan budi pekerti.

Perubahan ini ditunjukkan dengan desain, baik kamar tidur dan ruangan ABH lainnya seperti ruang belajar dan bermain layaknya arena bermain dan bukan lagi penjara. “Kami memang diperintahkan sesuai dengan UU No 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak untuk mengubah pola pembinaan terhadap ABH ini.

Suasana bukan lagi seperti penjara, namun tempat pendidikan,” kata kepala Kanwil Kemenkum Ham DIY Dwi Prasetyo Santoso usai meresmikan LPKA DIY yang bertempat di Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIB Wonosari, kemarin. Bangunan yang semula berada dalam kamar berjeruji besi tidak lagi digunakan.

Semua jeruji besi akan ditanggalkan sehingga menyisakan sebuah kompleks layaknya pusat pembinaan. Desain kamar juga menggunakan cat warna menarik dilengkapi arena pendidikan, belajar, serta rekreasi. ”Pendamping juga kami ubah dengan diklat serta pakaian layaknya pendidik, bukan seragam lengkap dengan pangkat,” katanya.

Dengan konsep ini, ABH yang terpaksa harus masuk dalam pembinaan tetap merasa nyaman dan psikologisnya bisa terangkat, bukan layaknya napi. ”Ke depan juga akan segera dipisahkan antara lapas dan LPKA ini, kebetulan pemkab juga setuju dan siap membantu pembangunan LPKA ini,” bebernya.

Diakuinya, saat ini keberadaan lembaga pemasyarakatan anak sangat terbatas. Dengan demikian banyak sekali anak binaan yang terpaksa digabung dengan napi dewasa di lapas. ”Akhirnya justru anak terpengaruh, karena itu kami pisahkan sehingga mereka mudah ditata,” beber Dwi. Kepala Rutan Klas IIB Wonosari Ramdani Boy mengatakan, saat ini terdapat 19 anak binaan.

Untuk pendidikan formal, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul. Saat ini disediakan sekolah khusus ABH yang dinamai Kesatrian Prenggondani. “Pendidikan formal dengan pola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), jadi disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris Disdikpora Gunungkidul, Bahron Rosyid. Pihaknya akan mengirimkan tenaga pendidik untuk 19 anak yang kini menjadi binaan LPKA. "Pada waktu tertentu, guru akan datang ke sini karena KBM (kegiatan belajar mengajar) akan dilakukan di sini," katanya.

Suharjono
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6400 seconds (0.1#10.140)