Kontingen Sumsel Perlu Kerja Keras

Rabu, 05 Agustus 2015 - 09:23 WIB
Kontingen Sumsel Perlu Kerja Keras
Kontingen Sumsel Perlu Kerja Keras
A A A
PALEMBANG - Sumsel harus lebih mak simal mengejar target juara umum ajang kompetisi seni dan olahraga madrasah (Aksioma) tingkat nasional di Palembang, tahun ini.

Pesaing dari provinsi-provinsi lain tampil begitu per caya diri di setiap cabang perlomba - an di hari pertama, kemarin. Bahkan kontingen Bali tampil begitu percaya diri mampu mempertahan kan gelar juara umum. Seperti di ungkapkan Entik, salah satu official atau guru pendamping utusan Bali. Pihaknya membawa 71 kontingen yang mengikuti semua perlombaan, baik Aksioma, kompetisi sains madrasah (KSM), maupun lomba karya tulis ilmiah (LKTI).

Dia meyakini siswa madrasah asal Bali bisa kembali meraih juara umum seperti dua tahun lalu. “Ajang 2013 kami menjadi juara umum, terutama untuk KSM dan LKTI. Tahun ini, kita lihat saja,” tantang pendam ping pidato bahasa arab ini. Senada dikatakan Pembina Madrasah Yogyakarta Abdul Rosyid. Kontingen wilayahnya di ajang LKTI menjadi unggulan karena masuk lima besar pada penyelenggaraan sebelumnya.

Sementara cabang KSM se pat meraih tiga emas. Karenanya, untuk kali ini pihaknya menarget kan bisa raih juara umum. Total kontingen Yogyakarta, sebutnya, sebanyak 120 peserta seluruh cabang. Untuk tampil maksimal, tidak sedikit ciri khas budaya Yogyakarta ditunjukkan para peserta.

Seperti peserta lomba hadroh (seni gambus) yang berpa kaian adat lengkap serta menggunakan alat musik khasnya. “Kami tentu lakukan strategi kemenangan, sekaligus memperk nal kan budaya daerah,” ujarnya. Sementara perwakilan Sum - sel dari Pondok Pesantren Qudro - tul lah Langkan, Muhammad Faisal optimistis Sumsel bisa meraih juara.

Sebab selain sebagai tuan rumah, siswa madrasah Sum sel cukup mampu menampilkan karya terbaiknya. Menurutnya, menjadi juara sebenarnya bonus bagi kerja keras siswa, namun dia memastikan ajang ini sudah cukup menjadi media silaturahmi dan komunikasi madrasah se-Indonesia.

“Untuk lomba hadroh saja kita harus bersaing dengan 14 provinsi. Tentu harus berikan yang terbaik sebab hadroh untuk MTs ba ru dilombakan tahun ini,” ucapnya yang senang penampilan siswanya mendapat sambutan meriah penonton. Selain hadroh, kegiatan lomba Aksioma yang digelar di Jakabaring Sport City (JSC) hari per tama kemarin antara lain kali grafi, MTQ, dan tahfidz Quran.

Sementara lomba KSM dan LKTI dipusatkan di MAN 3 Palembang yang terdiri dari lomba pengeta huan dari sejumlah mata pelajaran. Koordinator bidang kaligrafi dari Kanwil Kemenag Sumsel Indoni Wahyudi mengatakan, Aksioma cabang kaligrafi diikuti 91 peserta yang terdiri dari 50 siswa MA dan 41 siswa MTs.

Hasil karya dinilai dari pembenaran bacaan, imajinasi, tata warna, komposisi dan kebersihan. Adapun Kordinator bidang KSM Abdul Haris Putra menyebutkan total peserta sebanyak 363 siswa. Untuk hari kedua hari ini akan digelar ujian eksperimen. Para siswa akan melakukan percobaan ilmiah yang akan langsung dinilai oleh tim dari Profesor Surya Yohanes.

Siswa Madrasah NTT Curi Perhatian

Guna memeriahkan kegiatan Aksioma tingkat nasional 2015, digelar Madrasah Expo yang dibuka Ibu Menteri Agama Triana Willy Lukman Hakim di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, kemarin. Madrasah Expo ini diikuti oleh seluruh provinsi yang menampilkan ragam hasil karya para siswa madrasah. Salah satu stand yang cukup menarik perhatian yakni stand dari Kanwil Kemenag Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ditunjukkan seorang siswa madrasah yang semangat menenun kain khas dengan alat tenun besar. Sementara di sebelahnya duduk seorang si wa lainnya yang menyanyi lirih dengan alat musik khas NTT, Sasando. Tidak sedikit pengunjung bertanya langsung kepada keduanya tentang alat apa yang mereka gunakan. Tanpa segan pula mereka meladeni setiap pertanya an.

“Kain tenun ini punya banyak motif, salah satunya motif kupu-kupu khas NTT,” ucap Muswita yang tercatat sebagai siswa Madrasah Aliyah Al-Ikhlas, Kampung Anaraja Kabupaten Ende. Ditemui di lokasi, Kepala Kanwil Kemenag NTT Sarman Marcel linus mengatakan, inilah sarung tenun khas NTT yang membanggakan dan banyak dicari. Sementara produksinya melibatkan banyak warga tidak terkecuali sis wa madrasah.

Bahkan, kegiatan menenun sudah menjadi ekstra kurikuler di madrasah-madra sah. Siswa penenun sendiri merupakan warga Kabupaten Ende yang merupakan daerah khusus tenun di NTT. Dia mengatakan, wilayah Ende memang tercatat mayoritas muslim di tengah kondisi NTT yang dominan beragama Katolik.

Tidak heran jika kehadiran madra sah masih menjadi nomor dua untuk pendidikan, terbukti opera sional dan kegiatannya masih jalan sendiri meski tetap didukung Kemenag. Namun diakui Forum Komunikasi Umat Beraga ma (FKUB) di NTT sangat ber - peran aktif dalam merangkul dan menjaga perdamaian setempat.

“Muslim di NTT hanya 8,9% saja. Jumlah madrasah sekitar 310 unit, 39 diantaranya madrasah negeri. Dengan jumlah ini, kami ti dak bisa mengirim banyak peserta. Hanya 47 kontingen yang terdiri dari 11 peserta aksioma dan 12 peserta KSM. Pastinya, aksioma bisa beri pengaruh positif bagi siswa,” tuturnya.

Sementara itu, Triana Willy Lukman Hakim selaku penasihat Dharma Wanita Persatuan Kemenag mengatakan, semua yang dihadirkan pada madrasah expo ini menjadi bukti bahwa hasil karya siswa madrasah tidak kalah de ngan anak sekolah umum.

Tidak hanya karya, pada momen Aksioma tingkat nasional 2015 ini para siswa juga bisa berpacu dan bersaing secara sportif dalam meraih prestasi. “Jadi, bukan hanya prestasi seni budaya seperti yang kita lihat di sini, tapi juga aka demik dan olahraga bisa diraih siswa madrasah,” katanya.

Yulia savitri
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7596 seconds (0.1#10.140)