Dimeriahkan 500 Ingkung Bentuk Rasa Syukur Warga
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Suara sorak-sorai puluhan laki-laki terdengar dari areal persawahan di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo Karangmojo. Dari kejauhan terlihat puluhan laki-laki mencoba mengerumuni seorang wanita beserta beberapa pengawal yang menyertainya.
Mereka mencoba untuk merebut wanita itu. Aksi kejar-kejaran pun tidak bisa dihindari sehingga tanaman petani rusak lantaran ulah segerombolan laki-laki yang berusaha merebut perempuan yang diketahui putri pelarian asal Majapahit, Ny Wisangsanjaya. Namun upaya tersebut gagal dilakukan setelah para pengawal akhirnya bisa melumpuhkan gerombolan penjahat.
Sendratari lapangan tersebut merupakan cerita yang selalu menjadi inti ritual budaya adat Cing Cing Goling di Desa Gedangrejo, Karangmojo, Gunungkidul. Sebuah aksi teatrikal yang menggambarkan kesuksesan prajurit Majapahit mengamankan Ny Wisangsanjaya dari serangan perampok yang berakhir dengan pembuatan bendungan yang dilakukan prajurit dalam semalam sehingga tanah menjadi subur.
Sesepuh desa setempat, Sugiyanto mengungkapkan, upacara adat Cing Cing Goling merupakan upacara adat turun- temurun yang dilakukan sejak zaman pelarian kerajaan Majapahit, yaitu Wisangsanjaya dan Yudopati. Setelah berhasil menghabiskan gerombolan perampok dan sempat merusakkan tanaman warga, lantaran melindungi Ny Wisangsanjaya,
para pelarian tersebut berhasil membendung sungai dan bisa mengucuri lahan pertanian di sekitarnya menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera. ”Sebenarnya aksi tetarikal untuk mengingatkan pada sejarah. Kemudian kami melakukan keduri sebagai bentuk rasa syukur juga banyak pengharapan dari semua warga,” ungkapnya di sela-sela upacara adat, kemarin.
Dijelaskannya, untuk tahun ini, sekitar 500 ingkung dikeluarkan warga. Semua memiliki nazar masingmasing melalui sedekah dalam hajatan besar Cing Cing Goling ini. “Ada yang anaknya sukses, ada yang berdoa agar penyakitnya sembuh, dan doa warga lainnya yang diwujudkan dengan nazar ayam ingkung,” kata dia.
Ratusan ingkung yang merupakan perwujudan rasa syukur didoakan kemudian dibagi kepada semua yang hadir dalam upacara ritual tersebut. Semua gembira lantaran hasil panen mereka menjadi melimpah setelah sebelumnya lahan pertanian mereka rusak akibat perampok yang bermaksud membawa perempuan asal Majapahit tersebut.
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunungkidul Hary Sukmono mengungkapkan, upacara adat Cing Cing Goling merupakan agenda adat yang sudah menjadi kalender rutin pemkab. “Ini menarik dan akan dikemas sebagai event wisata.” ungkapnya.
Suharjono
Mereka mencoba untuk merebut wanita itu. Aksi kejar-kejaran pun tidak bisa dihindari sehingga tanaman petani rusak lantaran ulah segerombolan laki-laki yang berusaha merebut perempuan yang diketahui putri pelarian asal Majapahit, Ny Wisangsanjaya. Namun upaya tersebut gagal dilakukan setelah para pengawal akhirnya bisa melumpuhkan gerombolan penjahat.
Sendratari lapangan tersebut merupakan cerita yang selalu menjadi inti ritual budaya adat Cing Cing Goling di Desa Gedangrejo, Karangmojo, Gunungkidul. Sebuah aksi teatrikal yang menggambarkan kesuksesan prajurit Majapahit mengamankan Ny Wisangsanjaya dari serangan perampok yang berakhir dengan pembuatan bendungan yang dilakukan prajurit dalam semalam sehingga tanah menjadi subur.
Sesepuh desa setempat, Sugiyanto mengungkapkan, upacara adat Cing Cing Goling merupakan upacara adat turun- temurun yang dilakukan sejak zaman pelarian kerajaan Majapahit, yaitu Wisangsanjaya dan Yudopati. Setelah berhasil menghabiskan gerombolan perampok dan sempat merusakkan tanaman warga, lantaran melindungi Ny Wisangsanjaya,
para pelarian tersebut berhasil membendung sungai dan bisa mengucuri lahan pertanian di sekitarnya menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera. ”Sebenarnya aksi tetarikal untuk mengingatkan pada sejarah. Kemudian kami melakukan keduri sebagai bentuk rasa syukur juga banyak pengharapan dari semua warga,” ungkapnya di sela-sela upacara adat, kemarin.
Dijelaskannya, untuk tahun ini, sekitar 500 ingkung dikeluarkan warga. Semua memiliki nazar masingmasing melalui sedekah dalam hajatan besar Cing Cing Goling ini. “Ada yang anaknya sukses, ada yang berdoa agar penyakitnya sembuh, dan doa warga lainnya yang diwujudkan dengan nazar ayam ingkung,” kata dia.
Ratusan ingkung yang merupakan perwujudan rasa syukur didoakan kemudian dibagi kepada semua yang hadir dalam upacara ritual tersebut. Semua gembira lantaran hasil panen mereka menjadi melimpah setelah sebelumnya lahan pertanian mereka rusak akibat perampok yang bermaksud membawa perempuan asal Majapahit tersebut.
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunungkidul Hary Sukmono mengungkapkan, upacara adat Cing Cing Goling merupakan agenda adat yang sudah menjadi kalender rutin pemkab. “Ini menarik dan akan dikemas sebagai event wisata.” ungkapnya.
Suharjono
(ftr)