Bus Besar Belum Dilarang Masuk Jeron Benteng
A
A
A
YOGYAKARTA - Penataan Alun-alun Utara sisi timur di-launching pada 13 Agustus mendatang. Namun, kebijakan larangan penggunaan kendaraan kapasitas besar di Jeron Benteng belum dapat di-launching pada saat bersamaan.
Uji coba kendaraan shuttle“Si Thole” masih berlangsung. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) DIY Sigit Haryanta mengatakan, launching 13 Agustus hanya pada shelter pedagang kaki lima (PKL) dan pembebasan dari parkir. Sedangkan larangan penggunaan kendaraan di atas dimensi lima meter atau 16 kursi, belum dapat diterapkan.
Menurut dia, kebijakan shuttle “Si Thole” sebagai pengganti larangan bus ukuran besar masuk Jeron Benteng, belum diformalkan. “Belum menjadi aturan yang formal, maka kami akan terus uji coba. Nanti kalau sudah ada aturan yang pasti, baru kami bentuk aturan yang benar,” kata Sigit.
Sigit mengatakan, untuk mempertegas uji coba sebelum dibuatkan regulasi, Dishubkominfo DIY bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta, akan menempatkan petugas. Mereka bertugas memberikan pengarahan mengenai larangan masuk di Jeron Benteng. “Memang sebelum ada regulasi, belum ada sanksinya,” ujarnya.
Mantan Kepala Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY ini berharap, selama proses uji coba ini, wisatawan yang masuk Jeron Benteng menggunakan shuttle bus “Si Thole”. “Bus wisatawan diharapkan parkir di Taman Parkir Ngabean atau di Senopati. Jika dua lokasi parkir penuh, bus hanya boleh menurunkan penumpang kemudian mencari lokasi parkir lain,” katanya.
Sigit mengatakan, agar bus pariwisata tidak masuk Jeron Benteng, juga perlu disiapkan kendaraan pendukung lainnya, seperti becak atau andong. Ini bisa memanfaatkan becak dan andong yang biasa lewat di kawasan Alun-alun Utara. Prinsipnya, shuttle bus “Si Thole” butuhregulasiuntukoperasionalnya. Salah satu tujuannya agar tidak menambah persoalan baru bidang transportasi di DIY.
“Si Thole perlu regulasi, supaya tidak tumbuh menjadi tidak beraturan. Jangan sampai yang dulunya semrawut karena bus, malah semrawut karena Si Thole,” katanya. Ketua DPRD DIY, Youke Indra Agung Laksana mengaku sering mendapat keluhan dari agen travel yang mendatangkan wisatawan ke Yogyakarta. Mereka mengatakan wisata Keraton menjadi kurang populer, salah satunya sulit memperoleh tempat parkir di dekat Keraton untuk bus.
Menurut dia, sesuai kesepakatan pemerintah, Alunalun Utara dilarang untuk parkir. Bus hanya boleh parkir di Ngabean dan Senopati. “Kalau dari Ngabean naik Si Thole setiap orang pulang pergi Rp10.000 dibebankan pada bus. Kemudian bus membebankan pada penumpang atau wisatawan.
Mereka sedih,” kata Youke. Politikus PDIP ini mengusulkan agar pemerintah mengambil kebijakan dengan memberi subsidi. Karena, jumlah wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dan Keraton dapat dihitung. “Kalau perlu kami subsidi untuk Si Thole-nya. Kalau sekadar bahan bakarnya dan sopirnya kan bisa dihitung,” katanya.
Menurutnya, upaya tersebut untuk meningkatkan kegairahan masyarakat luar untuk berwisata ke Keraton. Pasalnya, Keraton menjadi salah satu ikon dan daya tarik wisata budaya di DIY. “Jangan sampai akhirnya ikon Yogyakarta menjadi tidak menarik bagi wisatawan,” ujarnya.
Seperti diketahui, shuttle “Si Thole” diujicobakan pada tahap pertama sejak 28 November 2014 sampai 3 Januari 2015. Selanjutnya ujicobatahapkedua juga sudah dilakukan pada Januari hingga Maret 2015.
Ridwan anshori
Uji coba kendaraan shuttle“Si Thole” masih berlangsung. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) DIY Sigit Haryanta mengatakan, launching 13 Agustus hanya pada shelter pedagang kaki lima (PKL) dan pembebasan dari parkir. Sedangkan larangan penggunaan kendaraan di atas dimensi lima meter atau 16 kursi, belum dapat diterapkan.
Menurut dia, kebijakan shuttle “Si Thole” sebagai pengganti larangan bus ukuran besar masuk Jeron Benteng, belum diformalkan. “Belum menjadi aturan yang formal, maka kami akan terus uji coba. Nanti kalau sudah ada aturan yang pasti, baru kami bentuk aturan yang benar,” kata Sigit.
Sigit mengatakan, untuk mempertegas uji coba sebelum dibuatkan regulasi, Dishubkominfo DIY bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta, akan menempatkan petugas. Mereka bertugas memberikan pengarahan mengenai larangan masuk di Jeron Benteng. “Memang sebelum ada regulasi, belum ada sanksinya,” ujarnya.
Mantan Kepala Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY ini berharap, selama proses uji coba ini, wisatawan yang masuk Jeron Benteng menggunakan shuttle bus “Si Thole”. “Bus wisatawan diharapkan parkir di Taman Parkir Ngabean atau di Senopati. Jika dua lokasi parkir penuh, bus hanya boleh menurunkan penumpang kemudian mencari lokasi parkir lain,” katanya.
Sigit mengatakan, agar bus pariwisata tidak masuk Jeron Benteng, juga perlu disiapkan kendaraan pendukung lainnya, seperti becak atau andong. Ini bisa memanfaatkan becak dan andong yang biasa lewat di kawasan Alun-alun Utara. Prinsipnya, shuttle bus “Si Thole” butuhregulasiuntukoperasionalnya. Salah satu tujuannya agar tidak menambah persoalan baru bidang transportasi di DIY.
“Si Thole perlu regulasi, supaya tidak tumbuh menjadi tidak beraturan. Jangan sampai yang dulunya semrawut karena bus, malah semrawut karena Si Thole,” katanya. Ketua DPRD DIY, Youke Indra Agung Laksana mengaku sering mendapat keluhan dari agen travel yang mendatangkan wisatawan ke Yogyakarta. Mereka mengatakan wisata Keraton menjadi kurang populer, salah satunya sulit memperoleh tempat parkir di dekat Keraton untuk bus.
Menurut dia, sesuai kesepakatan pemerintah, Alunalun Utara dilarang untuk parkir. Bus hanya boleh parkir di Ngabean dan Senopati. “Kalau dari Ngabean naik Si Thole setiap orang pulang pergi Rp10.000 dibebankan pada bus. Kemudian bus membebankan pada penumpang atau wisatawan.
Mereka sedih,” kata Youke. Politikus PDIP ini mengusulkan agar pemerintah mengambil kebijakan dengan memberi subsidi. Karena, jumlah wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dan Keraton dapat dihitung. “Kalau perlu kami subsidi untuk Si Thole-nya. Kalau sekadar bahan bakarnya dan sopirnya kan bisa dihitung,” katanya.
Menurutnya, upaya tersebut untuk meningkatkan kegairahan masyarakat luar untuk berwisata ke Keraton. Pasalnya, Keraton menjadi salah satu ikon dan daya tarik wisata budaya di DIY. “Jangan sampai akhirnya ikon Yogyakarta menjadi tidak menarik bagi wisatawan,” ujarnya.
Seperti diketahui, shuttle “Si Thole” diujicobakan pada tahap pertama sejak 28 November 2014 sampai 3 Januari 2015. Selanjutnya ujicobatahapkedua juga sudah dilakukan pada Januari hingga Maret 2015.
Ridwan anshori
(ftr)