Dua Pekerja Tewas Tertimbun
A
A
A
BANDUNG BARAT - Dua pekerja bangunan, Rana Supriatna, 35, dan Mirja, 45, yang tengah membangun rumah di Perumahan Pondok Hijau, Kampung Cicarita RT 01/12, Desa Ciwaruga, Kecamatan Parongpong, tewas tertimbun longsoran tanah kemarin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun KORAN SINDO, pe ristiwa nahas tersebut terjadi sekitar pukul 09.30 WIB dimana ke - tiga pegawai bangunan, Rana Supriatna, Mirja dan Entis tengah mengikat kolom besi betonuntuk disambungkan. Namun tibati ba dari dinding tanah yang sudah dipugar longsor yang menimpa ketiga orang tersebut.
Salah seorang korban yang se lamat, Entis mengatakan, sebelum kejadian dirinya tengah me masang dan mengikat kolom besi, tiba-tiba tanah setinggi 10 meter yang berada di belakang longsor dan menimpa di rinya beserta dua orang rekan kerjanya. “Tiba-tiba tanah longsor dan menghantam cukup keras,” katanya.
Dia melanjutkan, dirinya bisa berupaya menyelamatkan diri dan berteriak meminta pertolongan. Tidak kurang dari 15 me nit dirinya bisa dibantu oleh war ga sekitar untuk keluar dari re runtuhan tanah yang menimbun sebagian tubuhnya. “Dua rekan saya tidak selamat karena kehabisan nafas karena tertimbun tanah cukup lama,” jelas Entis.
Entis mengaku memiliki firasat bahwa tanah yang sudah di papas tidak akan kuat. Mengingat dibagian atasnya terdapat bangunan lainnya. Proses eva kuasi sendiri cukup sulit dan korban terakhir Mirja berhasil d iangkat setelah dua jam kemudian.
“Korban lang sung dibawa ke RSHS dengan menggunakan am bulan,” jelasnya. Ketua RW 17, Toto Sutanto yang rumahnya berdekatan dengan lokasi kejadian mengatakan, saat kejadian ketiga pegawai bangunan tertimbun tanah, tapi salah seorang di antaranya ber hasil selamat setelah berteriak meminta tolong.
Mendengar permintaan tolong, pekerja lainnya bersama warga sekitar langsung membantu un - tuk mengeluarkannya. “Saat itu warga menarik Entis dan berhasil diselamatkan, tapi Rana dan Dirja tidak tertolong lagi karena tertimbun cukup dalam,” katanya. Toto menyebutkan, pembangu nan rumah milik Agam sudah berlangsung sekitar tiga bulan yang lalu, dan pekerjaanya di borongkan kepada Indra.
Namun dirinya tidak mengetahui detail jumlah pegawai yang mem bangun rumah. “Kalau di si ni mah, bangun ya bangun aja tidak pernah ber koordinasi dengan warga karena merasa di dalam perumahan,” ujarnya. Hal senada juga di ungkapkan Ketua RW 12, Nono Suharno.
Menurutnya, pihaknya su dah meminta kepada pemilik bangunan dan pemborong untuk meminta fotocopy KTP untuk keperluan administrasi. Akan tetapi hingga saat ini juga belum diberikan respons sama se kali. “Sejak dua bulan lalu sudah di mintai fotocopy KTP tapi tidak digubris, kalau sudah begini kan semuanya yang repot,” tuturnya.
Nono pun menyatakan, bahwa hingga saat ini belum mengetahui masalah perizinan untuk mendirikan bangunan rumah tersebut. Mengingat pem beritahuan ke RT dan RW puntidak ada. “Tidak tahu kalau sudah ada atau tidaknya IMB un tuk mendirikan rumah,” tegasnya.
Usai melihat tempat kejadian perkara, Kapolres Cimahi AKBP Dedy Kusuma Bakti menyatakan, untuk sementara pro ses pembangunan di hentikan dan dipasang police linedan akan dilakukan penyelidikan un tuk mengetahui penyebab ter jadinya peristiwa tersebut. Di samping itu juga akan dilihat da risegi konstruksi bangunan yang secara kasat mata sangat mem bahayakan.
“Jadi ini sangat mem bahayakan dan perlu ada solusi untuk me ngantisipasi terjadinya bangunan ambrol,” jelasnya. Dedy mengungkapkan, bagunan yang berada di atas sangat riskan ambrol, apalagi jika mu sim hujan sudah tiba. De ngan begitu, perlu dilakukan an tisipasi dengan dila kukannya pemasangan srengseng atau apa pun untuk menahan bangunan di atasnya.
“Kami imbau pemilik rumah yang di atas untuk tidak menyimpan benda-benda berat dan untuk sementara waktu jangan mendiami rumah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya.
Raden bagja mulyana
Berdasarkan informasi yang dihimpun KORAN SINDO, pe ristiwa nahas tersebut terjadi sekitar pukul 09.30 WIB dimana ke - tiga pegawai bangunan, Rana Supriatna, Mirja dan Entis tengah mengikat kolom besi betonuntuk disambungkan. Namun tibati ba dari dinding tanah yang sudah dipugar longsor yang menimpa ketiga orang tersebut.
Salah seorang korban yang se lamat, Entis mengatakan, sebelum kejadian dirinya tengah me masang dan mengikat kolom besi, tiba-tiba tanah setinggi 10 meter yang berada di belakang longsor dan menimpa di rinya beserta dua orang rekan kerjanya. “Tiba-tiba tanah longsor dan menghantam cukup keras,” katanya.
Dia melanjutkan, dirinya bisa berupaya menyelamatkan diri dan berteriak meminta pertolongan. Tidak kurang dari 15 me nit dirinya bisa dibantu oleh war ga sekitar untuk keluar dari re runtuhan tanah yang menimbun sebagian tubuhnya. “Dua rekan saya tidak selamat karena kehabisan nafas karena tertimbun tanah cukup lama,” jelas Entis.
Entis mengaku memiliki firasat bahwa tanah yang sudah di papas tidak akan kuat. Mengingat dibagian atasnya terdapat bangunan lainnya. Proses eva kuasi sendiri cukup sulit dan korban terakhir Mirja berhasil d iangkat setelah dua jam kemudian.
“Korban lang sung dibawa ke RSHS dengan menggunakan am bulan,” jelasnya. Ketua RW 17, Toto Sutanto yang rumahnya berdekatan dengan lokasi kejadian mengatakan, saat kejadian ketiga pegawai bangunan tertimbun tanah, tapi salah seorang di antaranya ber hasil selamat setelah berteriak meminta tolong.
Mendengar permintaan tolong, pekerja lainnya bersama warga sekitar langsung membantu un - tuk mengeluarkannya. “Saat itu warga menarik Entis dan berhasil diselamatkan, tapi Rana dan Dirja tidak tertolong lagi karena tertimbun cukup dalam,” katanya. Toto menyebutkan, pembangu nan rumah milik Agam sudah berlangsung sekitar tiga bulan yang lalu, dan pekerjaanya di borongkan kepada Indra.
Namun dirinya tidak mengetahui detail jumlah pegawai yang mem bangun rumah. “Kalau di si ni mah, bangun ya bangun aja tidak pernah ber koordinasi dengan warga karena merasa di dalam perumahan,” ujarnya. Hal senada juga di ungkapkan Ketua RW 12, Nono Suharno.
Menurutnya, pihaknya su dah meminta kepada pemilik bangunan dan pemborong untuk meminta fotocopy KTP untuk keperluan administrasi. Akan tetapi hingga saat ini juga belum diberikan respons sama se kali. “Sejak dua bulan lalu sudah di mintai fotocopy KTP tapi tidak digubris, kalau sudah begini kan semuanya yang repot,” tuturnya.
Nono pun menyatakan, bahwa hingga saat ini belum mengetahui masalah perizinan untuk mendirikan bangunan rumah tersebut. Mengingat pem beritahuan ke RT dan RW puntidak ada. “Tidak tahu kalau sudah ada atau tidaknya IMB un tuk mendirikan rumah,” tegasnya.
Usai melihat tempat kejadian perkara, Kapolres Cimahi AKBP Dedy Kusuma Bakti menyatakan, untuk sementara pro ses pembangunan di hentikan dan dipasang police linedan akan dilakukan penyelidikan un tuk mengetahui penyebab ter jadinya peristiwa tersebut. Di samping itu juga akan dilihat da risegi konstruksi bangunan yang secara kasat mata sangat mem bahayakan.
“Jadi ini sangat mem bahayakan dan perlu ada solusi untuk me ngantisipasi terjadinya bangunan ambrol,” jelasnya. Dedy mengungkapkan, bagunan yang berada di atas sangat riskan ambrol, apalagi jika mu sim hujan sudah tiba. De ngan begitu, perlu dilakukan an tisipasi dengan dila kukannya pemasangan srengseng atau apa pun untuk menahan bangunan di atasnya.
“Kami imbau pemilik rumah yang di atas untuk tidak menyimpan benda-benda berat dan untuk sementara waktu jangan mendiami rumah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya.
Raden bagja mulyana
(ftr)