Miliki Pelanggan Asal Yogyakarta dan Jakarta

Minggu, 02 Agustus 2015 - 09:56 WIB
Miliki Pelanggan Asal...
Miliki Pelanggan Asal Yogyakarta dan Jakarta
A A A
Bakso sapi sudah sangat familier bagi masyarakat kita. Di sudut-sudut tempat dan perkampungan, banyak dijumpai makanan ini. Di Semarang, yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas bakso geger di kawasan Gisikdrono Semarang Barat dan bakso petruk di Jalan Indraprasta.

Sama-sama di Semarang Barat, bakso sapi Sabar Menanti Pak Ripto di Jalan Lesanpuro Dalam No 5 memang belum cukup tenar. Lokasinya yang berada di dalam perkampungan membuat tidak banyak orang yang mengenalnya. Apalagi, tidak ada penunjuk arah lokasi tempat berjualan bakso tersebut di jalan-jalan besar seperti di kawasan Anjasmoro maupun di Jalan Madukoro.

Bicara soal rasa, sebenarnya tidak kalah dengan bakso yang sudah terkenal. Ini bukan tanpa dasar. Pemilik usaha tersebut, Suripto, 55, sudah berjualan bakso sejak 1973. Awalnya menggunakan gerobak dengan berkeliling kampung. Sejak 1986 akhirnya diputuskan untuk menetap di Jalan Lesanpuro.

Di tempat barunya itu, setelah bersusah payah, lamalama usahanya laris manis. Berbekal pengalaman meracik bumbu dan mengolah daging sapi bertahun-tahun, membuat bakso buatannya semakin terasa nendang di mulut. Dalam sehari, dia rata-rata mampu mengolah 30 kilogram (kg) daging sapi untuk bahan bakso dan 40 kg jeroan sapi, termasuk babat dan iso.

Bicara soal harga, tentu juga mengikuti dengan cita rasa dan porsi. Jika dibandingkan dengan bakso pasaran lainnya, terbilang cukup tinggi yakni Rp17.500 satu porsi. Sementara bakso tempat lainnya rata-rata Rp10.000/porsi. “Memang agak mahal, tapi isinya juga mengikuti. Kebanyakan yang ke sini menanyakan iso dan jeroan. Jika habis, batal membeli,” kata Suripto saat ditemui, Jumat (31/7).

Dari yang semula hanya menyediakan beberapa kursi, saat ini rumahnya disulap menyerupai restoran. Baik itu di ruang tamu, teras, dan pinggir jalan diberi kursi dan meja dengan kapasitas bisa menampung 75 orang. Sampai-sampai baksonya yang dulu diberi nama “Prei Kangen”, sekarang diubah menjadi “Sabar Menanti”.

Nama itu diambil agar pelanggan bisa memahami ketika ramai pengunjung dan sudah tidak sabar untuk dibuatkan bakso. “Kadang ada yang tanya, endi..baksoku?. Jika sudah baca, sabar menanti kan bisa memahami,” ucapnya sembari tersenyum. Porsi yang besar dan cita rasa kaldu yang menggugah selera membuat bakso tersebut banyak memiliki pelanggan.

Mulai dari buruh pabrik hingga orang kantoran, baik itu PNS maupun swasta. Bapak tiga anak itu juga memiliki pelanggan dari Boja, Kendal, Yogyakarta hingga Jakarta. “Ada orang Jakarta, hampir setiap minggu sekali beli. Sekali beli Rp200.000, bakso, iso, dan mi dipisah, meski dibungkus tidak masalah katanya karena naik pesawat satu jam sampai,” ungkapnya.

Karena tidak ada penunjuk arah menuju warung tersebut, beberapa pembeli baru dari luar kota terpaksa harus menelepon langsung Suripto. Mereka rata-rata mengenal bakso sapi tersebut dari getok tular dan media sosial Facebook. Ditanya apakah ada resep khusus, lelaki asli Sukoharjo ini menyatakan rata-rata bakso sapi memiliki rasa yang sama.

Namun untuk kaldu atau kuahnya, sejak dulu dia merebus dengan tulang iga sapi, bukan sengkel. Menurut Dewi, 32, salah satu pelanggan, bakso Pak Ripto jika dibandingkan dengan yang lain rasanya cukup berbeda. Rasa daging sapinya sangat terasa di kuahnya. “Soal porsi, tidak ada duanya di Semarang. Paling bakso yang semangkuk Rp10.000, iso atau babatnya hanya dua atau tiga potong saja, “ ujarnya.

Arif Purniawan
Kota Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0884 seconds (0.1#10.140)