Anak Desa Terpencil, Hobi Makan Belalang Goreng
A
A
A
Tak ada yang menyangka, Akademi Militer Magelang akan menelurkan alumni terbaik dari Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selama ini daerah tandus serta kering ini hanya identik dengan kemiskinan dan keterbelaka ngannya di banding wilayah lain di sekitarnya. Namun, Letda Inf Angger Panduyudha berhasil mengubah stigma tersebut setelah dinobatkan sebagai peraih Adhi Makayasa yang diserahkan langsung Presiden Jokowi pada pelantikan perwira TNI/Polri di Akademi Kepolisian Semarang di Kota Semarang, kemarin.
Ya , Angger, anak desa terpencil dari Gunungkidul berhasil menorehkan prestasi dengan nilai akademik 3,7 atau nyaris sempurna. Putra pasangan guru sekolah dasar, Iswandi dan Dwi Supriyanti, ini berhasil menyisihkan 215 siswa Akmil lainnya dan berhak menyandang gelar Sarjana Terapan Bidang Pertahanan (S.T.Han). “Bapak yang beri semangat kepada saya. Dia sosok pekerja keras dan menjadi panutan sehingga saya bisa seperti sekarang,” ujarnya seusai upacara Praspa (Prasetya Perwira) TNI/Polri, kemarin.
Angger yang berangkat dari keluarga sederhana dan tinggal di wilayah terpencil di Dusun Watu Gilang, Desa Mulusan, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, ini mengaku tidak menyangka dirinya menjadi salah satu lulusan terbaik Akmil. Pasalnya, sejumlah lulusan terbaik Akmil selama ini merupakan tokoh terkenal.
Sebut Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi Presiden RI ke-6, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (purn) Moeldoko, hingga mantan KASAD Jenderal TNI (purn) Budiman. “Saya juga tidak menyangka karena berasal dari keluarga biasa di desa terpencil. Apalagi selama di Akmil ketat sekali pendidikannya, tapi saya punya niat dan ingin membanggakan orang tua,” katanya.
Pria kelahiran Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, 14 Mei 1993 ini mengaku, menempuh pendidikan di Akmil hampir tak pernah terbesit di benaknya. Berawal ketika Angger sekolah di SMP N 1 Wonosari Gunungkidul. Selama duduk di bangku sekolah pertama, Angger menyukai ilmu eksakta hingga sempat mewakili sekolah di olimpiade sains nasional.
Berkompetisi di bidang fisika, Angger menyabet perunggu. Prestasi ini pula yang mengantarnya meraih beasiswa kepala staf angkatan darat (KASAD) untuk menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara Magelang. Lulus dari sana, Angger mendaftar Akademi Militer (Akmil) serta Universitas Gadjah Mada (UGM) sehingga dinyatakan lulus keduanya.
Namun, Angger memilih Akmil dan menempuh pendidikan militer. Kerasnya tempaan pendidikan, dia jalani dengan semangat. Ia mengaku selalu termotivasi dari jerih payah kedua orang tuanya. Atas kerja keras bapaknya yang menjadi guru di desa terpencil, membuatnya tekun menempuh pendidikan di Akmil Magelang.
“Saya lahir di Batanghari, bapak saya guru SD di Paliyan dan pindah ke Gunungkidul pada 2006. Kerasnya hidup pada masa kecil menempa saya menjadi seperti saat ini,” tuturnya. Angger juga sempat mengenang masa kecilnya di Gunungkidul itu bersama teman-temannya.
Di wilayah terpencil, tandus, dan miskin, dirinya kerap bermain di tanah lapang yang luas. Tak ada fasilitas bermain layaknya anakanak di perkotaan. Salah satu hobi yang selalu dikenangnya adalah rutinitas menangkap belalang bersama rekan sepermainan. Bukan untuk bahan mainan atau pakan ternak, serangga tersebut dikonsumsi layaknya camilan.
“Hobi saya memang makan belalang goreng. Dulu sama teman-teman sering main cari serangga untuk dimakan,” kata Angger. Terkait penghargaan Adhi Makayasa yang diserahkan langsung Presiden Jokowi, Letda Inf Angger tentu sangat bersyukur. Menurutnya penghargaan tersebut bukan hanya soal kebanggaan, namun untuk lebih meluruskan diri.
Prestasi yang diraihnya disertai tanggung jawab harus diemban seiring statusnya sebagai perwira TNI AD. Selain Angger, ada tiga perwira lainnya yang meraih Adhi Makayasa masing-masing dari Akademi Angkatan Laut (AAL) Letda Laut (P) Adyksa Yudistira putra pasangan Utomo Sidi dan Sri Suparmi, seorang PNS asal Karanganyar, Jawa Tengah; Akademi Angkatan Udara (AAU) Letda Tek Dito Sigit Kuncoro, putra pasangan Setyo Wibowo dan R.R. Kp Rahayu.
Ayah Dito adalah pensiunan dinas perhubungan. Dito sempat bercerita jika pada awalnya ingin masuk TNI AD. Namun, jalan takdir mengantarnya menjadi perwira TNI AU bahkan dinobatkan sebagai lulusan terbaik. “Tapi masuknya, rezekinya di Angkatan Udara,” kata Dito.
Sementara peraih Adhi Makayasa dari Akpol adalah Ipda Fauzi Pratama, putra pasangan Iwan T. Jumhawan dan Meity Damayanti asal Subang. Orang tuanya adalah wiraswasta. “Dari tes calon taruna (Catar) sampai pendidikan, selalu tahu nilai saya maupun rekan-rekan saya. Karena penilaian memang akuntabel. Saya sendiri senang bisa kenal teman-teman di Akpol,” ungkap Ipda Fauzi.
Ya , empat remaja itu mendapat penghargaan Adhi Makayasa dari Presiden RI Jokowi saat pelantikan Prasetya Perwira (Praspa) di Lapangan Bhayangkara Akpol. Mereka merupakan yang terbaik dari masing-masing angkatan.
Berdasarkan data, Akmil meluluskan 215 perwira remaja, AAL 100, AAU 89, dan Akpol 389 perwira dengan jumlah total 793 perwira. Peraih Adhi Makayasa dinilai dari tiga aspek utama, yakni akademis, jasmani, maupun mental kepribadian atau kerap disebut Tanggap, Tanggon, Trengginas.
Eka Setia
SEMARANG
Selama ini daerah tandus serta kering ini hanya identik dengan kemiskinan dan keterbelaka ngannya di banding wilayah lain di sekitarnya. Namun, Letda Inf Angger Panduyudha berhasil mengubah stigma tersebut setelah dinobatkan sebagai peraih Adhi Makayasa yang diserahkan langsung Presiden Jokowi pada pelantikan perwira TNI/Polri di Akademi Kepolisian Semarang di Kota Semarang, kemarin.
Ya , Angger, anak desa terpencil dari Gunungkidul berhasil menorehkan prestasi dengan nilai akademik 3,7 atau nyaris sempurna. Putra pasangan guru sekolah dasar, Iswandi dan Dwi Supriyanti, ini berhasil menyisihkan 215 siswa Akmil lainnya dan berhak menyandang gelar Sarjana Terapan Bidang Pertahanan (S.T.Han). “Bapak yang beri semangat kepada saya. Dia sosok pekerja keras dan menjadi panutan sehingga saya bisa seperti sekarang,” ujarnya seusai upacara Praspa (Prasetya Perwira) TNI/Polri, kemarin.
Angger yang berangkat dari keluarga sederhana dan tinggal di wilayah terpencil di Dusun Watu Gilang, Desa Mulusan, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, ini mengaku tidak menyangka dirinya menjadi salah satu lulusan terbaik Akmil. Pasalnya, sejumlah lulusan terbaik Akmil selama ini merupakan tokoh terkenal.
Sebut Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi Presiden RI ke-6, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (purn) Moeldoko, hingga mantan KASAD Jenderal TNI (purn) Budiman. “Saya juga tidak menyangka karena berasal dari keluarga biasa di desa terpencil. Apalagi selama di Akmil ketat sekali pendidikannya, tapi saya punya niat dan ingin membanggakan orang tua,” katanya.
Pria kelahiran Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, 14 Mei 1993 ini mengaku, menempuh pendidikan di Akmil hampir tak pernah terbesit di benaknya. Berawal ketika Angger sekolah di SMP N 1 Wonosari Gunungkidul. Selama duduk di bangku sekolah pertama, Angger menyukai ilmu eksakta hingga sempat mewakili sekolah di olimpiade sains nasional.
Berkompetisi di bidang fisika, Angger menyabet perunggu. Prestasi ini pula yang mengantarnya meraih beasiswa kepala staf angkatan darat (KASAD) untuk menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara Magelang. Lulus dari sana, Angger mendaftar Akademi Militer (Akmil) serta Universitas Gadjah Mada (UGM) sehingga dinyatakan lulus keduanya.
Namun, Angger memilih Akmil dan menempuh pendidikan militer. Kerasnya tempaan pendidikan, dia jalani dengan semangat. Ia mengaku selalu termotivasi dari jerih payah kedua orang tuanya. Atas kerja keras bapaknya yang menjadi guru di desa terpencil, membuatnya tekun menempuh pendidikan di Akmil Magelang.
“Saya lahir di Batanghari, bapak saya guru SD di Paliyan dan pindah ke Gunungkidul pada 2006. Kerasnya hidup pada masa kecil menempa saya menjadi seperti saat ini,” tuturnya. Angger juga sempat mengenang masa kecilnya di Gunungkidul itu bersama teman-temannya.
Di wilayah terpencil, tandus, dan miskin, dirinya kerap bermain di tanah lapang yang luas. Tak ada fasilitas bermain layaknya anakanak di perkotaan. Salah satu hobi yang selalu dikenangnya adalah rutinitas menangkap belalang bersama rekan sepermainan. Bukan untuk bahan mainan atau pakan ternak, serangga tersebut dikonsumsi layaknya camilan.
“Hobi saya memang makan belalang goreng. Dulu sama teman-teman sering main cari serangga untuk dimakan,” kata Angger. Terkait penghargaan Adhi Makayasa yang diserahkan langsung Presiden Jokowi, Letda Inf Angger tentu sangat bersyukur. Menurutnya penghargaan tersebut bukan hanya soal kebanggaan, namun untuk lebih meluruskan diri.
Prestasi yang diraihnya disertai tanggung jawab harus diemban seiring statusnya sebagai perwira TNI AD. Selain Angger, ada tiga perwira lainnya yang meraih Adhi Makayasa masing-masing dari Akademi Angkatan Laut (AAL) Letda Laut (P) Adyksa Yudistira putra pasangan Utomo Sidi dan Sri Suparmi, seorang PNS asal Karanganyar, Jawa Tengah; Akademi Angkatan Udara (AAU) Letda Tek Dito Sigit Kuncoro, putra pasangan Setyo Wibowo dan R.R. Kp Rahayu.
Ayah Dito adalah pensiunan dinas perhubungan. Dito sempat bercerita jika pada awalnya ingin masuk TNI AD. Namun, jalan takdir mengantarnya menjadi perwira TNI AU bahkan dinobatkan sebagai lulusan terbaik. “Tapi masuknya, rezekinya di Angkatan Udara,” kata Dito.
Sementara peraih Adhi Makayasa dari Akpol adalah Ipda Fauzi Pratama, putra pasangan Iwan T. Jumhawan dan Meity Damayanti asal Subang. Orang tuanya adalah wiraswasta. “Dari tes calon taruna (Catar) sampai pendidikan, selalu tahu nilai saya maupun rekan-rekan saya. Karena penilaian memang akuntabel. Saya sendiri senang bisa kenal teman-teman di Akpol,” ungkap Ipda Fauzi.
Ya , empat remaja itu mendapat penghargaan Adhi Makayasa dari Presiden RI Jokowi saat pelantikan Prasetya Perwira (Praspa) di Lapangan Bhayangkara Akpol. Mereka merupakan yang terbaik dari masing-masing angkatan.
Berdasarkan data, Akmil meluluskan 215 perwira remaja, AAL 100, AAU 89, dan Akpol 389 perwira dengan jumlah total 793 perwira. Peraih Adhi Makayasa dinilai dari tiga aspek utama, yakni akademis, jasmani, maupun mental kepribadian atau kerap disebut Tanggap, Tanggon, Trengginas.
Eka Setia
SEMARANG
(bbg)