Enam Kecamatan Rawan Kekeringan

Rabu, 29 Juli 2015 - 10:35 WIB
Enam Kecamatan Rawan...
Enam Kecamatan Rawan Kekeringan
A A A
KULONPROGO - Enam Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo rawan kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo telah mengidentifikasi ada 118 titik kekeringan.

Hingga kini permintaan dropping air bersih baru terjadi di 10 titik itu pun untuk tempat ibadah selama bulan puasa lalu. “Dari pengalaman tahun-tahun lalu, ada enam kecamatan yang rawan kekeringan,” kata Kepala BPBD Kulonprogo, Untung Waluyo. Menurutnya, BPBD telah berkoordinasi dengan BMKG terkait musim kemarau yang panjang.

Diperkirakan kemarau panjang akan terjadi sampai November mendatang. Sedangkan puncak kemarau akan terjadi pada Agustus sampai dengan Oktober. Enam kecamatan yang selalu menjadi langganan kekeringan berada di Perbukitan Menoreh mulai dari Kecamatan Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Samigaluh, Kalibawang. Kekeringan juga akan melanda sebagian Sentolo. Sedangkan di kecamatan lain tetap ada, hanya cakupannya kecil seperti di Galur, Lendah ataupun Temon.

“Dari enam kecamatan itu ada sekitar 118 titik kekeringan,” katanya. Pemkab Kulonprogo sendiri telah melakukan persiapan untuk penanganan musim kemarau. Saat ini telah dibentuk tim dan posko kekeringan yang melibatkan dari BPBD, PDAM, PMI, dan beberapa SKPD terkait lainnya. Setidaknya ada dua mobil tangki yang disiapkan untuk droppingair bersih. Selama ini, permintaan dropping sudah terjadi pada bulan puasa lalu. Setidaknya ada 10 permintaandropping air bersih. Sebagian besar diajukan oleh kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air saat bulan puasa di beberapa tempat ibadah.

“Dropping sudah dilakukan di Kokap dan Girimulyo, Nanggulan, serta Sentolo itu semua untuk tempat ibadah,” tuturnya. Untung yakin, tingkat kekeringan tahun ini tidak akan sebanyak dengan tahun lalu. Ini tidak lepas dari prediksi kekeringan dan keberhasilan PDAM dalam mengembangkan instalasi air bersih.

Termasuk di wilayah Clapar, Kokap yang kerap menjadi langganan kekeringan. Selain itu BPBD juga membangun instalasi air bersih di beberapa sumber mata air. Program ini sudah dilakukan sejak tahun lalu, hanya saja pemasangan pipa belum optimal. Salah seorang warga Clapar Suginemmengakuterpaksamengambil air dari sumur yang masih memiliki cadangan air.

Sebelumnya dia mengandalkan air bersih dari rembesan perbukitan yang disalurkan menggunakan selang. Hanya saja, pada musim kemarau ini saluran ini tidak lagi memiliki air dan kering. “Sejak dua bulan lalu, kami mulai mencari ke sini,” ujar Suginem dan Parjo warga Clapar.

Diakuinya jaringan PDAM memang sudah sampai di wilayahnya, namun belum semua warga tertarik untuk memanfaatkan. Warga mengaku memilih air yang ada secara alami. Dia berharap ada bantuan mesin pompa air untuk mengangkat dan mengalirkan air.

Kuntadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1074 seconds (0.1#10.140)