Insiden Tolikara, Jokowi Kumpulkan Tokoh Lintas Agama
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan tokoh lintas agama di Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/7/2015) sore ini. Pertemuan itu membahas insiden yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat 17 Juli 2015.
Para tokoh lintas agama yang hadir adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Ketua Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendy Yusuf, dan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Henriette Tabita Lebang.
Hadir pula Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma. Kemudian, Ketua umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Arief Harsono, Wakil Ketua Vidyaka Sabha Walubi Suhadi Sendjaja, dan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Uung Sendana.
Selanjutnya, Wakil Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom, dan Ketua Komisi Hukum PGI Johny Nelson Simanjuntak.
Lalu, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injil Indonesia (PGLII) Rony Mandang, Sekretaris Umum PHDI I Ketut Parwata, Ketua Umum PP Pemuda Persatuan Islam (Persis) Jeje Zainuddin, Ketua Umum Pengganti Pimpinan Pusat Persis M.Abdurrahman, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah Abdullah Djaidi, Ketua Umum PB Mathla'ul Anwar Sadeli Karim.
Selanjutnya, perwakilan PP PUI Zaenal Abidin, Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia Achmad Satori Ismail, Ketua Umum Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir, Sekjen PBNU Marsudi Syuhud, perwakilan Al Irsyad Zeid Amar, perwakilan LPOI Lutfi A.Tamimi, Yusuf Mansyur, Zaitun Rasmin dari MIUMI, dan Najamuddin Ramli dari Muhammadiyah.
"Saya sering menyampaikan bahwa negara kita ini beragam dan dalam kebhinnekaan itu sampai saat ini kita bisa bersatu, bisa rukun, bisa saling toleransi, menghormati dan menghargai," kata Presiden Jokowi, Kamis (23/7/2015).
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam negara sebesar Indonesia ini, terbentang dari Sabang hingga Merauke, terdapat beragam suku, bahasa, dan agama.
"Adanya gesekan kecil saya kira memang semua sepakat dipadamkan dan dihilangkan agar yang kecil itu tidak membesar dan tidak menjadi besar. Selama ini kita sudah banyak diingatkan akan ancaman SARA," tuturnya.
Menurut dia, peran tokoh lintas agama sangat menentukan sekali dalam memberikan nasihat dan wejangan kepada umat agar grassroot bisa menjadi dingin dan justru tidak memanaskan suasana.
Dalam pertemuan itu, juga hadir Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Para tokoh lintas agama yang hadir adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Ketua Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendy Yusuf, dan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Henriette Tabita Lebang.
Hadir pula Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma. Kemudian, Ketua umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Arief Harsono, Wakil Ketua Vidyaka Sabha Walubi Suhadi Sendjaja, dan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Uung Sendana.
Selanjutnya, Wakil Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom, dan Ketua Komisi Hukum PGI Johny Nelson Simanjuntak.
Lalu, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injil Indonesia (PGLII) Rony Mandang, Sekretaris Umum PHDI I Ketut Parwata, Ketua Umum PP Pemuda Persatuan Islam (Persis) Jeje Zainuddin, Ketua Umum Pengganti Pimpinan Pusat Persis M.Abdurrahman, dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah Abdullah Djaidi, Ketua Umum PB Mathla'ul Anwar Sadeli Karim.
Selanjutnya, perwakilan PP PUI Zaenal Abidin, Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia Achmad Satori Ismail, Ketua Umum Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir, Sekjen PBNU Marsudi Syuhud, perwakilan Al Irsyad Zeid Amar, perwakilan LPOI Lutfi A.Tamimi, Yusuf Mansyur, Zaitun Rasmin dari MIUMI, dan Najamuddin Ramli dari Muhammadiyah.
"Saya sering menyampaikan bahwa negara kita ini beragam dan dalam kebhinnekaan itu sampai saat ini kita bisa bersatu, bisa rukun, bisa saling toleransi, menghormati dan menghargai," kata Presiden Jokowi, Kamis (23/7/2015).
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam negara sebesar Indonesia ini, terbentang dari Sabang hingga Merauke, terdapat beragam suku, bahasa, dan agama.
"Adanya gesekan kecil saya kira memang semua sepakat dipadamkan dan dihilangkan agar yang kecil itu tidak membesar dan tidak menjadi besar. Selama ini kita sudah banyak diingatkan akan ancaman SARA," tuturnya.
Menurut dia, peran tokoh lintas agama sangat menentukan sekali dalam memberikan nasihat dan wejangan kepada umat agar grassroot bisa menjadi dingin dan justru tidak memanaskan suasana.
Dalam pertemuan itu, juga hadir Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
(zik)