Ribuan Burung Puyuh di Deliserdang Mati Mendadak

Kamis, 23 Juli 2015 - 05:03 WIB
Ribuan Burung Puyuh...
Ribuan Burung Puyuh di Deliserdang Mati Mendadak
A A A
DELISERDANG - Ribuan ekor burung puyuh di Dusun I Barat, Desa Karang Anyar, Kecamatan Beringin, Deliserdang mati mendadak diduga akibat penyakit snot atau Infectious Coryza. Akibatnya, peternak mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.

Kematian ternak burung puyuh ini awalnya tidak terlalu mengkhawatirkan namun semakin hari jumlah ternak burung puyuh yang mati mendadak terus meningkat hingga ratusan kali lipat.

Menurut Sugeng (43) di hari pertama hanya enam ekor ternak burung puyuhnya yang mati.
Namun pada hari kedua jumlahnya meningkat hingga 30 kali lipat lebih mencapai 200 ekor. Di hari ketiga jumlah yang mati semakin meningkat hingga 500 ekor.

"Sampai sekarang per harinya mati 500 ekor sampai 600 ekor," ungkapnya, Rabu (22/7/2015).

Kepala Desa Karang Anyer ini menuturkan hingga hari ini sedikitnya 4.000 ekor ternak burung puyuhnya mati mendadak.

Sehingga jumlah ternak burung puyuhnya hanya tersisa sekira 500 ekor dan masih bisa terus berkurang.

Akibat kematian ternak burung puyuh ini, sehingga mengalami kerugian hingga Rp60 juta dihitung mulai dari bibit hingga telur.

Dimana per harinya ternaknya burung puyuhnya dapat menghasilkan 3.500 butir telur dengan harga Rp230 per butirnya.

Sejak kematian ternak burung puyuh ini, diakuinya para tukang sate yang biasa membeli telur puyuh darinya mengeluh sulit mendapatkan telur puyuh.

Ditanya apa yang dilakukannya untuk mencegah matinya ternak burung puyuh miliknya, Sugeng hanya mengandalkan vitamin dan obat sedang untuk vaksinasi.

Dia tidak berani mengambil resiko disebabkan jika divaksin maka burung puyuh langsung mati.

"Mencegahnya dikasih vitamin sama obat, kalau disuntik vaksin langsung mati. Aku sudah pernah coba makanya hanya aku kasih vitamin sama obat," timpalnya.

Dijelaskannya, ciri-ciri burung puyuh yang sudah terindikasi biasanya lesu dan bulunya berdiri jika sudah seperti ini dirinya memberi vitamin dan obat.

Sedangkan burung puyuh yang mati memiliki cirri-ciri mengeluarkan kotoran berbentuk kapur, badan membiru, mulut menganga serta mengeluarkan lendir bening.

Jika burung puyuh sudah mati maka dirinya hanya pasrah. Burung puyuh yang sudah mati akan dikubur dengan kedalaman 70 Cm sedangkan sisanya dibakar.

"Kalau sudah mati dikubur atau dibakar, tidak hanya peternakan ku saja yang kena, 18 dari 1.900 kepala keluarga (KK) lainnya di desa ini yang juga menjadi peternak burung puyuh juga sama termasuk Manto ketua kelompok ternak burung puyuh Quwail," tuturnya.

Sugeng mengaku hingga hari ini belum mendapatkan bantuan apapun dari Pemkab Deliserdang.

Dia berharap agar Pemkab Deliserdang memberikan bantuan berupa bibit serta cepat dicari solusinya.

"Tadi malam aku sudah kasih tahu KUPT Pertaninan Mulyono. Belum ada bantuan dari pemerintah, diharapkan ada bantuan bibit dan dicari solusinya," tukasnya.

Ketua Kelompok Ternak Puyuh Quwail, Tohanto mengatakan, ada 4.000-an dari 9.000-an ekor burung puyuh miliknya mati.

"Kalau setiap dikasih makan, tiba-tiba sudah mati aja empat ekor, besoknya juga gitu, hingga ribuan," ungkap Tohanto.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Deliserdang Samsul Bahri mengatakan baru mendapatkan informasi dari warga dan sudah menerjunkan bawahannya ke lapangan untuk mengetahui penyebab kematiannya.

"Anggota sudah turun ke lapangan, penyebab kematiannya belum dapat dipastikan. Kalau penyebab kematiannya belum dapat dipastikan mungkin besoklah bisa dipastikan," kata Samsul.

Terkait bantuan yang diberikan kepada para peternak yang mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah, Samsul belum mau berkomentar banyak. Dia mengaku akan mempelajari terlebih dahulu sumber dana bantuan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1368 seconds (0.1#10.140)