Adik Sultan Emoh Hadiri Ngabekten
A
A
A
YOGYAKARTA - Ngabekten Keraton Yogyakarta berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Prosesi mencium lutut sang raja sebagai bukti bakti kepada Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X tidak dihadiri para pangeran atau adikadik Sultan HB X.
Prosesi Nga bek ten yang digelar di Bangsal Ken cono Keraton Yogyakarta juga tertutup untuk media massa. Prosesi Ngabekten merupakan tradisi turun-temurun yang digelar setiap perayaan Idul Fitri.
Ngabekten jam pertama khusus untuk rayi dalem kakung serta abdi dalem dengan gelar kanjeng ryo ke atas tersebut. Dalam prosesi ini, bupati dan wali kota se-DIY juga menjadi bagian di dalamnya. Pada Ngabekten yang pertama kali sejak perubahan gelar Raja Keraton ini, tidak terlihat rayi dalemyang hadir. Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto selaku lurah pa nge ran yang merupakan adik kan dung seayah-seibu dengan Sri Sultan HB X, juga tidak hadir dalam prosesi Ngabekten. Para rayi dalemini ditunggu sampai 30 menit tidak kunjung tiba. Sehingga acara yang sedianya digelar pukul 09.00 WIB baru digelar 30 menit kemudian. Sekitar pukul 09.30 WIB, pihak keamanan Keraton meminta awak media keluar dari Bangsal Sri Ma nganti, tempat transit menuju Bangsal Kencono.
Pihak keamanan Keraton itu mengungkapkan, Ngabekten kali ini ada dawuh dalem (per mintaan sang raja) tidak memperkenankan wartawan meliput. Dia mengaku tidak me ngetahui alasan larangan tersebut. "Meniko dawuh dalem. Bukan untuk umum," ujar petugas keamanan sambil mengantarkan awak media keluar dari Bangal Sri Manganti. Belum ada keterangan resmi dari Keraton Yog ya karta seputar ketidakhadiran para pangeran serta pro sesi Ngabekten yang digelar tertutup.
Hanya saja, pe lak sanaan Ngabekten secara tertutup memang sudah direncanakan oleh Sri Sultan HB X. Saat diwawancara wartawan belum lama ini seputar perayaan Idul Fitri, Sultan mengungkapkan Idul Fitri yang digelar Keraton berbeda hari dengan pemerintah maupun ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. "Grebeg (Sawalan), Ngabekten tanggal 18 (Juli)," katanya di Ke patihan. Saat diminta informasi mengenai pelaksanaan Ngabekten tahun ini enggan berkomentar lebih jauh.
"Seperti biasa tidak ada masalah.Kok takon ngopo? Wong nanti juga tertutup kok," ujarnya singkat. Dari pihak Keraton, salah satu menantu raja, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Purbodi ningrat mengungkapkan prosesi Ngabekten berjalan lancar dan khidmat. Bahkan, suami da ri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Ma duretno ini mengungkapkan, rayi dalem tetap hadir dalam acara tersebut.
"Sri Paku alam, para pangeran, dan pejabat bupati/wali kota, yang kebetulan juga abdi dalem semuanya hadir," ungkapnya saat mengantarkan para bupati/wali kota keluar Bangsal Sri Manganti. Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo yang merupakan abdi dalem menuturkan, Ngabekten berlangsung dengan lancar.
"Semua wali kota/bupati laki-laki tadi hadir dan acara berlangsung dengan lancar hingga selesai sekitar pukul 11.00 WIB," ungkapnya. Selain Sri Paduka Paku Alam IX dan Hasto Wardoyo, kepala daerah yang hadir dalam Ngabekten antara lain Wakil Bupati Ku lonprogo Sutedjo, Bupati Sle man Sri Purnomo, Wakil Bupati Bantul Sumarno, Wali Kota Har yadi Suyuti, dan Wakil Wali Kota Imam Priyono.
Sementara itu, saat di dalam Keraton Yogyakarta para abdi dalem elit menanti kehadiran sang raja, di luar Keraton adik Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudaning rat memimpin prosesi pelepasan gunungan. Dia beratribut lengkap memimpin keluarnya tujuh gunungan Gerebeg Syawal. Pangeran Keraton yang akrab disapa Gusti Yuda ini mengatakan, gunungan tersebut sedekah dari sang raja Sri Sultan Hamengku Buwono X, bukan Sultan Hamengku Bawono Kase puluh, sesuai sabda raja pertama.
"Saya tidak kenal dengan Hamengku Bawono. Saya memimpin upacara ini untuk memberikan sedekah dari Hamengku Buwono," kata Penghageng Mang galayudha atau panglima perang Keraton ini. Gusti Yuda memastikan usai memimpin prosesi ini langsung pulang ke rumah. Dia tidak akan mampir ke Bangsal Kencono mengikuti upacara Ngabekten. "Sudah sesuai kesepakatan dengan rayi-rayi dalem(untuk tidak hadir Ngabekten)," katanya. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Administrasi Umum Setda DIY ini mengungkapkan, sesuai kesepakatan semua rayi dalem tidak akan menghadiri Ngabekten.
Mereka beralasan, Sri Sultan Hamengku Buwono X sudah mengganti raja lain. "Mes ki tidak hadir, kami ber ha rap silatu rahmi tetap terjaga. Semoga Sultan segera kembali ke gelar sebelumnya," ucapnya. Mantan Kepala Dinas Kebudayaan DIY ini mengung kapkan, doa yang dipanjatkan rayi dalem pada Idul Fitri ini adalah un tuk keutuhan Keraton. Yakni, dengan tetap menggunakan na ma dan gelar sebelum Sabdaraja. "Ya kami tetap berdoa Sultan bisa kembali ke nama yang sebenarnya," ujarnya.
Gusti Yuda juga mengharapkan agar silaturahmi di Keraton Yogyakarta tetap bisa terjaga hingga tahun-tahun mendatang. "Harapannya memang silaturahmi tetap berjalan meskipun ada sesuatu yang mengganjal," ungkap dia. Sebelumnya, GBPH Prabukusumo mengungkapkan, tidak akan hadir dalam acara Ngabekten. Pada saat bersamaan, dia merencanakan untuk pergi dari Yogyakarta karena mempunyai acara keluarga sendiri. "Kebetulan saya mau ke Jakarta," ucapnya.
Dia mengaku, ketidakhadirannya dalam acara Ngabekten nanti adalah yang pertama. Dalam setiap acara yang digelar di Keraton termasuk Nga bekten, dirinya selalu hadir. Bahkan dirinya yang mempersiapkan segala perlengkapannya. Pangeran yang akrab disapa Gusti Prabu ini menuturkan, meski tidak hadir dalam Ngabekten, namun segala persiapan prosesi Ngabekten sudah di instruksikan kepada abdi dalem agar pelaksanaan lancar.
"Ab di dalem sudah menyiapkan. Ini (Ngabekten) merupakan adat dan ini adalah paugeran. Tidak boleh ditinggalkan dan harus selalu dilakukan," tandasnya.
Ridwan anshori
Prosesi Nga bek ten yang digelar di Bangsal Ken cono Keraton Yogyakarta juga tertutup untuk media massa. Prosesi Ngabekten merupakan tradisi turun-temurun yang digelar setiap perayaan Idul Fitri.
Ngabekten jam pertama khusus untuk rayi dalem kakung serta abdi dalem dengan gelar kanjeng ryo ke atas tersebut. Dalam prosesi ini, bupati dan wali kota se-DIY juga menjadi bagian di dalamnya. Pada Ngabekten yang pertama kali sejak perubahan gelar Raja Keraton ini, tidak terlihat rayi dalemyang hadir. Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto selaku lurah pa nge ran yang merupakan adik kan dung seayah-seibu dengan Sri Sultan HB X, juga tidak hadir dalam prosesi Ngabekten. Para rayi dalemini ditunggu sampai 30 menit tidak kunjung tiba. Sehingga acara yang sedianya digelar pukul 09.00 WIB baru digelar 30 menit kemudian. Sekitar pukul 09.30 WIB, pihak keamanan Keraton meminta awak media keluar dari Bangsal Sri Ma nganti, tempat transit menuju Bangsal Kencono.
Pihak keamanan Keraton itu mengungkapkan, Ngabekten kali ini ada dawuh dalem (per mintaan sang raja) tidak memperkenankan wartawan meliput. Dia mengaku tidak me ngetahui alasan larangan tersebut. "Meniko dawuh dalem. Bukan untuk umum," ujar petugas keamanan sambil mengantarkan awak media keluar dari Bangal Sri Manganti. Belum ada keterangan resmi dari Keraton Yog ya karta seputar ketidakhadiran para pangeran serta pro sesi Ngabekten yang digelar tertutup.
Hanya saja, pe lak sanaan Ngabekten secara tertutup memang sudah direncanakan oleh Sri Sultan HB X. Saat diwawancara wartawan belum lama ini seputar perayaan Idul Fitri, Sultan mengungkapkan Idul Fitri yang digelar Keraton berbeda hari dengan pemerintah maupun ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. "Grebeg (Sawalan), Ngabekten tanggal 18 (Juli)," katanya di Ke patihan. Saat diminta informasi mengenai pelaksanaan Ngabekten tahun ini enggan berkomentar lebih jauh.
"Seperti biasa tidak ada masalah.Kok takon ngopo? Wong nanti juga tertutup kok," ujarnya singkat. Dari pihak Keraton, salah satu menantu raja, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Purbodi ningrat mengungkapkan prosesi Ngabekten berjalan lancar dan khidmat. Bahkan, suami da ri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Ma duretno ini mengungkapkan, rayi dalem tetap hadir dalam acara tersebut.
"Sri Paku alam, para pangeran, dan pejabat bupati/wali kota, yang kebetulan juga abdi dalem semuanya hadir," ungkapnya saat mengantarkan para bupati/wali kota keluar Bangsal Sri Manganti. Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo yang merupakan abdi dalem menuturkan, Ngabekten berlangsung dengan lancar.
"Semua wali kota/bupati laki-laki tadi hadir dan acara berlangsung dengan lancar hingga selesai sekitar pukul 11.00 WIB," ungkapnya. Selain Sri Paduka Paku Alam IX dan Hasto Wardoyo, kepala daerah yang hadir dalam Ngabekten antara lain Wakil Bupati Ku lonprogo Sutedjo, Bupati Sle man Sri Purnomo, Wakil Bupati Bantul Sumarno, Wali Kota Har yadi Suyuti, dan Wakil Wali Kota Imam Priyono.
Sementara itu, saat di dalam Keraton Yogyakarta para abdi dalem elit menanti kehadiran sang raja, di luar Keraton adik Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudaning rat memimpin prosesi pelepasan gunungan. Dia beratribut lengkap memimpin keluarnya tujuh gunungan Gerebeg Syawal. Pangeran Keraton yang akrab disapa Gusti Yuda ini mengatakan, gunungan tersebut sedekah dari sang raja Sri Sultan Hamengku Buwono X, bukan Sultan Hamengku Bawono Kase puluh, sesuai sabda raja pertama.
"Saya tidak kenal dengan Hamengku Bawono. Saya memimpin upacara ini untuk memberikan sedekah dari Hamengku Buwono," kata Penghageng Mang galayudha atau panglima perang Keraton ini. Gusti Yuda memastikan usai memimpin prosesi ini langsung pulang ke rumah. Dia tidak akan mampir ke Bangsal Kencono mengikuti upacara Ngabekten. "Sudah sesuai kesepakatan dengan rayi-rayi dalem(untuk tidak hadir Ngabekten)," katanya. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Administrasi Umum Setda DIY ini mengungkapkan, sesuai kesepakatan semua rayi dalem tidak akan menghadiri Ngabekten.
Mereka beralasan, Sri Sultan Hamengku Buwono X sudah mengganti raja lain. "Mes ki tidak hadir, kami ber ha rap silatu rahmi tetap terjaga. Semoga Sultan segera kembali ke gelar sebelumnya," ucapnya. Mantan Kepala Dinas Kebudayaan DIY ini mengung kapkan, doa yang dipanjatkan rayi dalem pada Idul Fitri ini adalah un tuk keutuhan Keraton. Yakni, dengan tetap menggunakan na ma dan gelar sebelum Sabdaraja. "Ya kami tetap berdoa Sultan bisa kembali ke nama yang sebenarnya," ujarnya.
Gusti Yuda juga mengharapkan agar silaturahmi di Keraton Yogyakarta tetap bisa terjaga hingga tahun-tahun mendatang. "Harapannya memang silaturahmi tetap berjalan meskipun ada sesuatu yang mengganjal," ungkap dia. Sebelumnya, GBPH Prabukusumo mengungkapkan, tidak akan hadir dalam acara Ngabekten. Pada saat bersamaan, dia merencanakan untuk pergi dari Yogyakarta karena mempunyai acara keluarga sendiri. "Kebetulan saya mau ke Jakarta," ucapnya.
Dia mengaku, ketidakhadirannya dalam acara Ngabekten nanti adalah yang pertama. Dalam setiap acara yang digelar di Keraton termasuk Nga bekten, dirinya selalu hadir. Bahkan dirinya yang mempersiapkan segala perlengkapannya. Pangeran yang akrab disapa Gusti Prabu ini menuturkan, meski tidak hadir dalam Ngabekten, namun segala persiapan prosesi Ngabekten sudah di instruksikan kepada abdi dalem agar pelaksanaan lancar.
"Ab di dalem sudah menyiapkan. Ini (Ngabekten) merupakan adat dan ini adalah paugeran. Tidak boleh ditinggalkan dan harus selalu dilakukan," tandasnya.
Ridwan anshori
(ars)