Sepi, Pedagang Pasar Gede Protes

Rabu, 08 Juli 2015 - 07:59 WIB
Sepi, Pedagang Pasar Gede Protes
Sepi, Pedagang Pasar Gede Protes
A A A
SOLO - Relokasi pedagang pelataran Pasar Gede ke shelter darurat di Jalan Urip Sumoharjo menuai protes. Pasalnya, lokasi baru tersebut dinilai tidak strategis sehingga sepi pembeli. Akibatnya omzet pedagang menurun drastis.

Puji, 30, pedagang buah di shelter darurat mengaku, dia bersama puluhan pedagang yang berjualan di pelataran sisi utara Pasar Gede direlokasi sejak 30 Juni lalu. Sepekan sejak dipindahkan ke jalur lambat Jalan Urip Sumoharjo, pedagang rata-rata mengeluhkan penurunan omzet.

“Kalau saya sekarang rata-rata hanya bisa mendapatkan Rp30.000 per hari. Di tempat baru ini omzet saya turun sampai 75%,” ujar Puji saat dikonfirmasi KORAN SINDO kemarin. Ketika masih berjualan di pelataran Pasar Gede, pendapatannya lumayan besar. Setidaknya Puji mengantongi uang Rp400.000 per hari. Dia khawatir penurun omzet akan terus terjadi usai Lebaran nanti.

“Menjelang hari raya saja pedagang sudah sepi pembeli. Apalagi kalau setelah Lebaran. Saya khawatir semakin sedikit pembeli yang datang,” ucapnya. Minimnya jumlah pembeli di shelter darurat tersebut semakin parah ketika Jalan Urip Sumoharjo dipasangi barikade pembatas jalan. Pengendara sepeda motor dan mobil banyak yang nekat melalui jalur lambat karena jalan utama mengalami kemacetan. Padahal para pedagang akan berjualan di shelter darurat selama enam bulan atau hingga proyek penataan Pasar Gede tuntas.

Untuk menyiasati minimnya pembeli, pedagang kembali menggelar dagangan di pelataran pasar yang ditinggalkan. Mereka pun dihalau petugas pasar dan diminta kembali ke shelter darurat. “Padahal saat kami buka dasaran, dagangan kami langsung laku. Beda dengan yang di shelter darurat,” ujar Puji. Para pedagang tidak berkutik saat dihalau petugas. Itu karena mereka diperingatkan jika nekat berjualan maka tidak akan mendapat jatah kios di Pasar Gede bagian barat setelah penataan selesai.

“Dengan terpaksa ada pedagang yang berjualan berkeliling menjajakan dagangannya,” kata Loso, 62, salah satu pedagang daging. Selain masalah penurunan omzet, pedagang yang kini berjualan di shelter darurat geram karena yang dipindahkan hanya yang berjualan di sisi utara. Sementara pedagang pelataran yang ada di sisi lainnya belum direlokasi.“Saat sosialisasi, dipindahkannya bersamaan, tapi saat relokasi kok berbeda. Kami akan protes mengenai hal ini,” ucap Menik, 32, pedagang lainnya.

Dia tidak tahu kapan pedagang yang masih bertahan di pelataran pasar akan dipindah ke shelter darurat. Yang jelas, pemindahan yang tidak serentak dinilai tidak adil dan tebang pilih. Kepala Dinas Pengelola Pasar (DPP) Solo Subagiyo yang dikonfirmasi membantah pihaknya tebang pilih memindahkan pedagang ke shelter darurat. Saat ini semua pedagang di pelataran pasar telah dipindah. “Jadi tidak usah iri,” tandasnya.

Jika tidak mau direlokasi ke shelter darurat, pedagang dipersilakan keluar dari lokasi Pasar Gede atau berjualan di rumah sendiri. Selama ini Pemkot Solo telah berupaya mencari dana untuk perbaikan pasar untuk memberikan kenyamanan kepada pedagang maupun pengunjung pasar.

Ary wahyu wibowo
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9013 seconds (0.1#10.140)