Kopi Khas Muria Mulai Digandrungi
A
A
A
KUDUS - Para pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) Kudus yang bergerak di sektor produksi kopi lokal makin bersemangat.
Kopi produksi mereka mulai diminati masyarakat, bukan saja di Kudus namun sudah merambah daerah lain. Salah satu produsen kopi di Desa Colo, Kecamatan Dawe Kudus, Hikmawati Inaya mengatakan usahanya mengandalkan hasil panen kopi dari kawasan Pegunungan Muria sebagai bahan baku utama.
Identitas ini,menurutnya akan dia kembangkan termasuk dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). "”Saya ingin dikenal sebagai produsen kopi Muria. Makanya brand lokal terus kita perkuat,” kata Inaya kemarin. Menurut Inaya, MEA menjadi peluang tersendiri sebab peluang pasar menjadi lebih terbuka. Lazimnya dalam pasar bebas, produk lokal memiliki daya saing yang tinggi. Pihaknya juga berusaha men dongkrak kualitas produk.
Salah satu caranya dengan mem pertahankan proses roasting yang masih menggunakan metode tradisional. Roasting ini memakan waktu lama. Kalau tidak rata prosesnya nanti berpengaruh pada kualitas produk.“Peluang ini harus dimanfaatkan dengan maksimal,” je lasnya. Soal kendala, menurut Inaya dari sisi bahan baku tak ada masalah. Sebab meski bukan masa panen, namun stok selalu ada.
Hanya saja, harga bahan baku saat ini fluktuatif. Hal itu berpengaruh pada biaya produksi yang dikeluarkannya, padahal di sisi lain, pihaknya tak bisa secara serta-merta me - naikkan harga jual produk. “Konsekwensinya keuntungan menipis. Harga bahan baku sudah fluktuatif sejak bulan lalu,” ungkapnya.
Produsen kopi lain di Desa Jetak, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Rikhna Hana mengatakan akan tetap konsisten menjadi produsen kopi yang mengutamakan bahan lokal. Meski sering mendapatkan tawaran bahan baku dari luar, dia tetap bertahan menggunakan biji kopi dari Pegunungan Muria. Kopi Muria, menurutnya sudah mempunyai penggemar. Mereka menilai kopi jenis ini mempunyai aroma dan rasa yang khas.
"Kemasan produk kita poles. Saya memilih kopi bubuk yang satu paket dengan gula, jadi praktis. Itu yang diminati konsumen," paparnya. Kendala yang dihadapi produsen kopi yakni kenaikan harga BBM dan gula yang cukup tinggi.
Muhammad oliez
Kopi produksi mereka mulai diminati masyarakat, bukan saja di Kudus namun sudah merambah daerah lain. Salah satu produsen kopi di Desa Colo, Kecamatan Dawe Kudus, Hikmawati Inaya mengatakan usahanya mengandalkan hasil panen kopi dari kawasan Pegunungan Muria sebagai bahan baku utama.
Identitas ini,menurutnya akan dia kembangkan termasuk dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). "”Saya ingin dikenal sebagai produsen kopi Muria. Makanya brand lokal terus kita perkuat,” kata Inaya kemarin. Menurut Inaya, MEA menjadi peluang tersendiri sebab peluang pasar menjadi lebih terbuka. Lazimnya dalam pasar bebas, produk lokal memiliki daya saing yang tinggi. Pihaknya juga berusaha men dongkrak kualitas produk.
Salah satu caranya dengan mem pertahankan proses roasting yang masih menggunakan metode tradisional. Roasting ini memakan waktu lama. Kalau tidak rata prosesnya nanti berpengaruh pada kualitas produk.“Peluang ini harus dimanfaatkan dengan maksimal,” je lasnya. Soal kendala, menurut Inaya dari sisi bahan baku tak ada masalah. Sebab meski bukan masa panen, namun stok selalu ada.
Hanya saja, harga bahan baku saat ini fluktuatif. Hal itu berpengaruh pada biaya produksi yang dikeluarkannya, padahal di sisi lain, pihaknya tak bisa secara serta-merta me - naikkan harga jual produk. “Konsekwensinya keuntungan menipis. Harga bahan baku sudah fluktuatif sejak bulan lalu,” ungkapnya.
Produsen kopi lain di Desa Jetak, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Rikhna Hana mengatakan akan tetap konsisten menjadi produsen kopi yang mengutamakan bahan lokal. Meski sering mendapatkan tawaran bahan baku dari luar, dia tetap bertahan menggunakan biji kopi dari Pegunungan Muria. Kopi Muria, menurutnya sudah mempunyai penggemar. Mereka menilai kopi jenis ini mempunyai aroma dan rasa yang khas.
"Kemasan produk kita poles. Saya memilih kopi bubuk yang satu paket dengan gula, jadi praktis. Itu yang diminati konsumen," paparnya. Kendala yang dihadapi produsen kopi yakni kenaikan harga BBM dan gula yang cukup tinggi.
Muhammad oliez
(ars)