Omzet Busana Muslim Naik 300%

Sabtu, 04 Juli 2015 - 11:25 WIB
Omzet Busana Muslim Naik 300%
Omzet Busana Muslim Naik 300%
A A A
YOGYAKARTA - Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah bagi banyak pebisnis. Salah satunya adalah para desainer busana Muslim di Yogyakarta.

Khusus Ramadan, omzet penjualan mereka melesat hingga tiga kali lipat (300%) dibanding - kan bulan-bulan sebelumnya. Misalnya Moslem Fashion Designer of Jogja (MODA) Store dan Lippo Plaza Jogja. Gerai busana muslim yang mewadahi 22 desainer itu bahkan mendapatkan pesanan hingga 2.300 potong busana pada bulan puasa tahun ini.

Sebanyak 800 potong di antaranya merupakan busana muslim yang dibuat berdasarkan pesanan atau made by order. Sementara 1.500 potong sisanya merupakan busana muslim siap pakai yang didistribusikan keretail-retail, seperti Karita, Annisa, dan AlFath, yang ada di berbagai kota di Pulau Jawa.

“Bulan biasa (di luar Ramadan) paling rendah (omzet) Rp40 jutaan. Pada bulan ini bisa naik tiga kali lipat antara Rp100-200 jutaan. Masuknya produk kami ke retail-retail itu sangat berpengaruh,” ungkap Lima Luthfi Majid, salah satu desainer MODA belum lama ini. Lonjakan penjualan mulai terlihat pada awal bulan Ramadan.

Padahal bulan-bulan sebelumnya,customers lebih banyak mencari busana muslim untuk party atau pesta pernikahan, tapi bulan Ramadan busana muslim untuk Lebaran banyak dicari. Dari sejumlah busana yang dihadirkan MODA Store, sekitar 80% diperuntukkan bagi wanita berhijab selain busana muslim untuk pria. Dari 80% ini, sekitar 60% penjualan kerudung masih mendominasi.

Adapun segmen pasar busana Muslim yang dituju untuk usia 25-40 tahun. “Harga yang dipasarkan untuk baju mulai dari Rp200.000 hingga jutaan rupiah. Rata-rata Rp500.000- 800.000-an, untuk baju pria Rp250.000-500.000-an. Pada Ramadan kali ini kami sengaja menampilkan warna-warna pastel dengan cutting-an busana simpel, longgar, dan minim detail.

Begitu juga dengan hijab yang dikenakan, kembali ke simpel bahkan syariyang cenderung lebar,” ujarnya. Peningkatan penjualan juga dialami desainer Tatok Prihasmanto dan Ardi. Lewat brand busana muslim C-Label, kedua desainer ini mampu meraup omzet hingga Rp85 juta atau meningkat dua kali lipat daripada tahun lalu yang hanya Rp30 jutaan.

“Omzetnya total sampai saat ini sudah Rp85 juta. Kalau tahun lalu membukukan Rp30 juta. Ini pesanan khusus Lebaran saja,” ungkap Ardi. Permintaan busana muslim pesta dan pernikahan dinilai juga turut mendongkrak penjualan kali ini. Berbeda dengan Lebaran tahun lalu yang banyak didominasi bajubaju Lebaran untuk keluarga.

Sementara baju muslim untuk pernikahan belum menjadi tren ketika memasuki momen Lebaran. “Baju Lebaran mulai masuk order satu bulan sebelum Ramadan sekitar Mei. Baik untuk keluarga, individu, maupun pernikahan dan pesta,” katanya. Adapun jenis pakaian yang paling banyak dipesan, yaitu seragam Lebaran keluarga seperti baju koko untuk bapak dan anak, baju gamis modern, serta gamis syari untuk ibu dan anak.

Tentu itu berbeda dengan baju pesta dan pernikahan di momen Lebaran. Untuk produk busana siap pakai dipasarkan mulai dari Rp150.000-350.000-an. Sementara untuk baju pesta dibanderol Rp400.000-5 jutaan, baju pernikahan Rp3-6 jutaan, dan busana pernikahan by order dari Rp6-20 jutaan.

“Uniknya tahun ini jumlah order untuk pernikahan lumayan banyak. Sekitar lima pasang melangsungkan pernikahan di hari kedua dan ketiga. Pernikahan di Lebaran turut menambah pendapatan berkali lipat,” tuturnya.

Pelanggan busana asal Kota Yogyakarta, Niken mengungkapkan, lebih memilih membeli busana muslim ketika Lebaran tiba. Selain simpel, juga tidak ribet. Apalagi di retail- retail busana muslim banyak terdapat model pakaian yang bisa menjadi pilihan.

Siti Estuningsih
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8952 seconds (0.1#10.140)