Penyambut Tamu Agung dan Pengiring Hajatan
A
A
A
KABUPATEN Banyuasin memiliki berbagai jenis alat musik yang dibuat secara tradisional oleh penduduk asli yang digemari dan akhirnya membudaya di Bumi Sedulang Setudung. Satu diantaranya kelentangan.
MUSIK kelentangan awalnya digunakan untuk mengumpulkan warga desa, pada saat ada yang mengadakan hajatan.
Selain itu, alat musim itu juga kerap dipakai sebagai hiburan dalam menghilangkan rasa penat dan lelah setelah seharian bekerja dikebun maupun sawah. Keseniaan tradisional kelentang ditemukan pada era sekitar tahun 1960, olehGedeMatYasin. Ketika itu, dia tidak sengaja menemukan kayu kemahang saat tengah beristirahat di kebun.
Dia lalu mengambil kayu kemahang kering itu dan memukul-mukulnya, di dekat pondoknya dengan menaruhnya di atas batang pohon pisang. Ternyata kayu itu menimbulkan nada-nada musik. Alhasil, kelentanganmenjadisalah satualat musiktradisionalyang merupakanbuatanaslimasyarakat DesaTanjungBeringin, Kecamatan BanyuasinIII. Selain sering dimainkan saat hajatan, alat musik kelentangan juga biasa digunakan apabila ada tamu dari daerah luar yang datang keDesa Tanjung Beringin.
Karena alat itu hanya ada disana dan tidak ada di daerahlain. Namun, seiring perkembangan zaman, alat musik ini juga kerap digunakan untuk membangunkan orang sahur dan menunggu berbuka, atau yang sering dikenal dengan ngabuburit, karena suaranya nyaring. KepalaDinasPariwisata, Seni, Budaya, Pemuda danOlahraga (Disparsenbudpora) Kabupaten Banyuasin, Sofran Nurozi mengungkapkan, sebagaiwarisan budaya leluhur pihaknya terus berupaya melestarikankesenian tersebut dengan mengajarkannya kepada generasimuda, agar tidak hilang tergerus zaman.
“Karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan bertanggung jawab untuk melanjutkan dan melestarikan seni dan budaya asli Banyuasin itu kepada anak dan cucu. Kita harus bangga, dengan peninggalan dan hasil karya leluhur kita terdahulu,” ungkapnya. Olehsebabitu, diberbagai kesempatan seperti acara pentas seni dan Banyuasin Expo, Disparsenbudpora tidak henti-hentinya memperkenalkan kesenian tersebutkepada masyarakat sehingga kelentang bisa terus dikenal keberadaannya dandigemari berbagai kalanganusia.
“Kami bersyukur, sejauh ini tanggapan dan minat masyarakat terhadap kesenian ini cukuptinggi. Halituterlihat dari antusias meyang ditunjukkan oleh penonton, saat alat musikini dimainkan dalam acara-acara kesenian maupunhajatan,” ujarnya.
Yopie cipta raharja
MUSIK kelentangan awalnya digunakan untuk mengumpulkan warga desa, pada saat ada yang mengadakan hajatan.
Selain itu, alat musim itu juga kerap dipakai sebagai hiburan dalam menghilangkan rasa penat dan lelah setelah seharian bekerja dikebun maupun sawah. Keseniaan tradisional kelentang ditemukan pada era sekitar tahun 1960, olehGedeMatYasin. Ketika itu, dia tidak sengaja menemukan kayu kemahang saat tengah beristirahat di kebun.
Dia lalu mengambil kayu kemahang kering itu dan memukul-mukulnya, di dekat pondoknya dengan menaruhnya di atas batang pohon pisang. Ternyata kayu itu menimbulkan nada-nada musik. Alhasil, kelentanganmenjadisalah satualat musiktradisionalyang merupakanbuatanaslimasyarakat DesaTanjungBeringin, Kecamatan BanyuasinIII. Selain sering dimainkan saat hajatan, alat musik kelentangan juga biasa digunakan apabila ada tamu dari daerah luar yang datang keDesa Tanjung Beringin.
Karena alat itu hanya ada disana dan tidak ada di daerahlain. Namun, seiring perkembangan zaman, alat musik ini juga kerap digunakan untuk membangunkan orang sahur dan menunggu berbuka, atau yang sering dikenal dengan ngabuburit, karena suaranya nyaring. KepalaDinasPariwisata, Seni, Budaya, Pemuda danOlahraga (Disparsenbudpora) Kabupaten Banyuasin, Sofran Nurozi mengungkapkan, sebagaiwarisan budaya leluhur pihaknya terus berupaya melestarikankesenian tersebut dengan mengajarkannya kepada generasimuda, agar tidak hilang tergerus zaman.
“Karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan bertanggung jawab untuk melanjutkan dan melestarikan seni dan budaya asli Banyuasin itu kepada anak dan cucu. Kita harus bangga, dengan peninggalan dan hasil karya leluhur kita terdahulu,” ungkapnya. Olehsebabitu, diberbagai kesempatan seperti acara pentas seni dan Banyuasin Expo, Disparsenbudpora tidak henti-hentinya memperkenalkan kesenian tersebutkepada masyarakat sehingga kelentang bisa terus dikenal keberadaannya dandigemari berbagai kalanganusia.
“Kami bersyukur, sejauh ini tanggapan dan minat masyarakat terhadap kesenian ini cukuptinggi. Halituterlihat dari antusias meyang ditunjukkan oleh penonton, saat alat musikini dimainkan dalam acara-acara kesenian maupunhajatan,” ujarnya.
Yopie cipta raharja
(ars)