Ajarkan Kebaikan Melalui Serat Pepali

Minggu, 28 Juni 2015 - 09:58 WIB
Ajarkan Kebaikan Melalui Serat Pepali
Ajarkan Kebaikan Melalui Serat Pepali
A A A
Nama Ki Ageng Selo tidak bisa lepas dari proses penyebaran agama Islam diwilayah Kabupaten Grobogan dan sekitarnya.

Putra dari Ki Ageng Getas Pendowo ini merupakan tokoh penyebar Islam yang cukup diseganipada saat itu. Banyak ajaranyangmasihmenjadi panutan masyarakat sekitar sampai sekarang.

Ki Ageng Selo atau Syeikh Ngabdurrahman Selo dikenal memiliki sifat yang berbudi luhur, gagah perkasa, tabah, teguh, pandai dan sakti. Tingkah lakunya lemah lembut, rendah hati, suka menolong yang menderita, bijaksana, mahir berbahasa dan sastra. Salah satu ajaran yang cukup terkenal dan masih dipegang teguh adalah Pepali Ki Ageng Selo.

Juru Kunci makam Ki Agen Selo Abdul Rahman mengatakan, Pepali Ki Agen Selo berisi pedoman hidup yang menyangkut tentang ajaran, petunjuk, aturan, maupun larangan, yang kenyataannya masih banyak yang relevan dengan keadaan zaman sekarang. Pepali Ki Ageng Selo di antaranya adalah “Aja nggawe angkuh , Aja ladak lan aja jail, Aja ati serakah,Lan aja celimut, Lan aja mburu alema, Aja ladak, wong ladak pan gelis mati, Lan aja ati ngiwa”.

( Jangan berbuat angkuh, jangan bengis dan jangan jahil, jangan hati serakah, dan jangan panjang tangan, jangan memburu pujian, jangan angkuh, orang angkuh lekas mati, dan jangan cendurung ke kiri). “Pepali mengandung nilainilai luhur seperti jangan sombong, jangan mendewakan harta, bertingkah laku yang bagus, jangan menggurui orang lain, rendah hati dan banyak lagi ajaran beliau, yang masih sangat berkaitan dengan kehidupan masyarkat, sebagaimana yang diajarkan dalam Alquran dan Hadis,” katanya, kemarin.

Selain terkenal dengan pedoman hidupnya, Ki Ageng Selo selama ini lebih dikenal sebagai tokoh yang mampu menaklukan petir. Konon salah satu daun pintu di Masjid Agung Demak yang berhiaskan petir merupakan petir yang ditangkap oleh ki Ageng Selo. “Orang-orang sekitar kalau ada petir menyambar-nyambar masih sering mengatakan “aku putune ki ageng Selo “ (Saya Cucunya Ki Ageng Selo), dengan harapan tidak terkena petir,” ucapnya.

Namun lebih dari itu, tidak banyak yang tahu bahwa Ki Ageng Selo atau murid dari Kanjeng Sunan Kalijaga itu adalah nenek moyang yang menurunkan raja-raja Mataram. Sri Sunan Paku Buwana XII yang bertahta di Keraton Surakarta sekarang ini adalah keturunannya ke-17. Yang menarik, salah satu ada mitos di mana warga di sekitar makan Ki Ageng Selo, ada larangan menjual nasi. Bahkan larangan tersebut sampai saat ini masih berlaku bagi warga setempat.

Suwarlan, 32, warga sekitar menceritakan, larangan tersebut dari cerita di mana suatu ketika Ki Ageng Selo kedatangan tamu. Karena menerima tamu, Ki Ageng Selo menyuruh istrinya untuk menyiapkan hidangan. Saat hidangan siap, Ki Ageng Selo pun mengajak tamunya bersantap. Namun, di luar dugaan ajakan itu ditolak. Sang tamu berdalih baru saja makan nasi di warung. Merasa jengkel, lelaki bernama kecil Raden Bagus Sogom itu lantas mengucap kata, “Wiwit saiki tekane besok, anak turunanku aja padha dodolan sega ing papan kene“ (Mulai sekarang hingga kelak, anak keturunanku jangan ada yang berjualan nasi di tempat ini)”.

Dari situlah kemudian tidak ada yang berjualan nasi sampai sekarang, kalau ada warung makan pun biasanya hanya jual mi ayam, bakso atau lontong,” ujarnya.

Andik Sismanto
Kabupaten Grobogan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9140 seconds (0.1#10.140)