Sukuran, WTT Bagikan Sayuran ke Pengguna Jalan

Jum'at, 26 Juni 2015 - 09:31 WIB
Sukuran, WTT Bagikan Sayuran ke Pengguna Jalan
Sukuran, WTT Bagikan Sayuran ke Pengguna Jalan
A A A
KULONPROGO - Puluhan warga penolak bandara yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) melakukan aksi bagi-bagi sayuran hasil panen kepada pengguna jalan yang melintas di Jalur Jalan Lintas selatan (JJLS) Kulonprogo.

Ini menjadi salah satu ungkapan rasa syukur atas terkabulnya gugatan mereka oleh PTUN Yogyakarta untuk mencabut IPL Bandara. Aksi warga ini dilakukan di salah satu posko yang terdapat di Kragon, Desa Palihan Temon. Setiap kendaraan roda empat maupun roda dua yang melintas dihentikan oleh warga. Sambil memberikan pemahaman kepada pengguna jalan mereka menyerahkan satu paket sayuran.

Isinya berupa cabai, kangkung, sawi, terong, waluh, gambas, dan beberapa hasil panenan lain kepada pengguna jalan. “Ada 110 paketyangkamibagikan, semuanya hasil panen warga,” ujar Ketua WTT Martono. Menurut Martono, pembagian ini hanyalah sebagai ungkapan rasa syukur. Warga sendiri akan menggelar mujahadah, setelah tokoh WTT Sarijo dan tiga warga Wakidi, Wasiyo, dan Tri Marsudi selesai menjalani masa tahanan di Rutan Klas IIA Wates.

Empat warga ini divonis bersalah oleh majelis hakim di PN Wates karena melakukan penghasutan hingga berujung penyegelan kantor balai Desa Glagah saat aksi demo menolak pembangunan bandara. Warga sangat bersyukur dan puas dengan putusan PTUN Yogyakarta yang mengabulkan gugatan mereka.

Perihal pemda DIY yang akan melakukan kasasi ke MA, itu akan menjadi urusan belakangan. Setidaknya warga bisa membuktikan jika bertani lebih baik dari pada tergusur karena korban pembangunan bandara. “Meski saat ini musim kering, lahan pertanian kami tetap subur dan air melimpah. Sayuran ini hasil panenan kami,” katanya.

Warga yang lain, Samiyati mengatakan, banyak sekali potensi pertanian yang bisa dikembangkan warga. Mereka banyak mengandalkan dari bertani cabai. Sedangkan sayuran hanyalah bagian kecil dari panen tumpang sari. Tidak hanya itu, hasil mengolah lahan, bisa menjadi andalan bagi warga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan dari menggarap lahan itu pula, warga bisa bersekolah dan menempuh pendidikan sampai di perguruan tinggi. “Sampai kapan pun kami akan menolak bandara,” katanya.

Salah seorang pengguna jalan, Anik, mengaku tidak masalah perjalanannya terganggu. Dia justru senang mendapatkan sayuran yang masih segar dari warga. Sayuran itu akan dimasaknya untuk berbuka puasa.

Menanggapi masalah tuntutan warga yang menolak bandara, Anik mengaku kasihan karena warga yang akan menjadi korban. Pemerintah semestinya memperhatikan warga kecil. “Rakyat harus diperhatikan agar tidak menjadi korban,” ujar warga yang mudik dari Purwokerto menuju Solo ini.

Kuntadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6852 seconds (0.1#10.140)