Lindungi Warga dari Mara Bahaya

Kamis, 25 Juni 2015 - 09:37 WIB
Lindungi Warga dari Mara Bahaya
Lindungi Warga dari Mara Bahaya
A A A
SEMARANG - Matahari belum terlalu tinggi saat KORAN SINDO mengunjungi makam di Jalan Pedamaran, Kampung Sumeneban, Kawasan Pasar Johar, Kota Semarang.

Tidak jauh melangkah, tampak sebuah makam bercat kuning yang dihimpit rumahru mah warga. Di dalamnya terdapat tiga buah makam ber dam pingan dengan ukuran pan jang yang persis sama. Salah satu di antara ketiga makam tersebut adalah ma kam Kiai Damar, sosok penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Pedamaran, Kota Sema rang.

“Itu kompleks makam Raden Dipa Pamulya alias Kiai Damar, tokoh penyebar agama Islam di wilayah ini pada zaman dahulu. Selain Kiai Damar, di kompleks pemakaman itu juga ada dua makam lain, yakni ma kam istri Kiai Damar dan keponakannya,” kata juru kunci makam, Kiai Masruh Budiono Abdul Kholib mengawali obrolan.

Masruh mengaku tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai siapa sosok Kiai Damar ataupun kisah perjalanan hidupnya saat bertugas menyebarkan agama Islam. “Namun dari cerita-cerita para pendahulu mengatakan bahwa Kiai Damar adalah seorang wali penyebar agama Islam dari Kerajaan Demak Bintoro. Beliau ditugaskan menyebarkan agama Islam bersama Syekh Jangkung, tokoh yang cukup terkenal di dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa,” ucapnya.

Nama Kiai Damar merupakan sebuah sebutan dari masyarakat. Berdasarkan silsilah, warga menyebut Raden Dipa Pamulya dengan sebutan Kiai Damar karena sosoknya seolah seperti Damar yang dalam bahasa Jawa artinya adalah lampu, lentera atau dian yang menerangi gelap gulita.

“Jadi, nama itu diberikan masyarakat karena sosok Raden Dipa Pamulya ini mampu menjadi lentera dan memberikan jalan terang kepada masyarakat dengan ajaran Islamnya. Saat itu banyak warga yang masih tersesat dalam kegelapan hidup,” ucapnya.

Menurut Masruh, makam Kiai Damar saat ditemukan berada di sebuah lubang yang cukup dalam. Di lokasi itu masyarakat zaman dahulu sering menggunakannya untuk bersemedi atau melakukan meditasi dan halhal gaib lainnya. “Untuk menjaga dari kesyirikan, akhirnya lubang tersebut ditimbun dan dijadikan seperti saat ini. Jika digali, di bawah makam itu masih ada makam asli dari Kiai Damar, dengan tiga nisan yang besar dan masih asli,” ucapnya.

Makam Kiai Damar kemudian dipugar dan diresmikan oleh Wali Kota Semarang Kolonel Infanteri Soetrisno Soeharto pada 26 Februari 1998 silam. Setelah diresmikan, lokasi tersebut sering dikunjungi oleh peziarah untuk berdoa di makam tersebut. “Para peziarah tidak hanya dari Kota Semarang, tapi dari berbagai daerah lain bahkan luar Jawa. Acara rutin doa bersama digelar setiap Kamis malam, namun yang paling ramai adalah saat gelaran haul Kiai Damar yakni setiap bulan Maulud,” katanya.

Kiai Damar tidak hanya dikenal sebagai sosok penyebar agama Islam di kawasan Pedamaran Kota Semarang. Dia juga dikenal sebagai tokoh yang selalu melindungi warga dari segala bala bencana. Hal itu semakin diyakini warga usai musibah kebakaran yang melanda Pasar Johar awal Mei lalu.

Saat musibah kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan pasar peninggalan Belanda tersebut, api tidak sedikit pun membakar rumah warga yang ada di kawasan Kampungan Pedamaran, Sumeneban.

Padahal lokasi perkampungan Pedamaran berdekatan dan berada persis di belakang Pasar Johar. “Saat musibah kebakaran Pasar Johar memang tidak sampai merembet ke kampung kami. Kami meyakini bahwa itu adalah izin Allah melalui lantaran Kyai Damar ini. Kami yakin Kiai Damar selalu melindungi warga,” ujar Ngatiyem, 40, salah satu warga Pedamaran.

“Kami semua percaya bahwa kawasan Pedamaran kampung Sumeneban telah dilindungi oleh berkah Kiai Damar. Sehingga kami yakin tidak akan ada musibah besar yang menimpa kampung ini,” pungkasnya.

Andika Prabowo
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1219 seconds (0.1#10.140)