BNPB Akan Bangun Hunian Sementara
A
A
A
MEDAN - Daerah rawan bencana erupsi Gunung Sinabung yang semakin meluas membuat penanganan pengungsi lebih baik lagi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merencanakan pembangunan hunian sementara untuk pengungsi agar bisa hidup lebih baik dibandingkan tinggal di kamp pengungsian.
“Kita belum tahu kapan erupsi Gunung Sinabung akan berakhir. Dari kunjungan lapangan dan rapat koordinasi tadi (kemarin), kami akan membangun hunian sementara untuk pengungsi,” kata Kepala BNPB, Syamsul Maarif seusai memimpin Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Gubernuran Jalan Sudirman, Medan, kemarin.
Menurut dia, saat ini erupsi gunung teraktif di Sumatera itu sudah mengarah ke selatan, tenggara, dan timur, sehingga sebagian warga di sana harus diungsikan. Namun, lokasi pengungsian yang ada jauh dari tempat warga bercocok tanam. Misalnya, di Desa Kutagugung, jarak terlalu jauh dari tempat pengungsian ke ladang sehingga hunian sementara akan diupayakan tidak jauh dari tempat mereka bercocok tanam.
Sebab sebagian dari perladangan masyarakat masih bisa dimanfaatkan hasilnya. Jumlah pengungsi juga mengalami fluktuatif. Terakhir data lapangan menyebutkan terdapat 11.000 orang berada di 10 titik pengungsian. Lantaran jumlah pengungsi lebih sedikit dari tahun sebelumnya, sarana pengungsian tercukupi.
“Tadi (kemarin) memang ada yang minta agar sarana MCK (mandi, cuci, kakus) diperbaiki. Langsung kami bereskan. Intinya masih cukup baik,” katanya. Syamsul Maarif mengapresiasi semangat terbangun di tengah masyarakat Karo yang sangat membantu penanganan pengungsi. Masyarakat Karo memiliki solidaritas tinggi membantu tetangga dan keluarga para pengungsi.
Sebab dia menemukan sebagian besar pengungsi tinggal di rumah keluarganya. “Jadi masyarakat Karo tidak tinggal diam, tapi ikut membantu juga. Ini menunjukkan kita masih punya local wisdom bernama gotong royong,” katanya. Kemudian soal tempat relokasi bagi masyarakat tiga desa, yakni Desa Bekerah, Desa Simacem, dan Desa Sukameriah, di Siosar, akanterusdikebutpenyelesaiannya pada Agustus 2015.
Memang di sana masih ada rumah-rumah kosong, tapi bukan karena tak bisa ditempati, melainkan warga belum mau. Ini semata-mata terkait mata pencaharian warga, yakni membutuhkan lahan pertanian. BNPB akan menyewakan lahan pertanian selama satu tahun lagi agar bisa dimanfaatkan warga.
Sebab lahan yang sewa saat ini akan habis kontraknya pada 30 Juni 2015. Jadi mulai 1 Juli 2015, Pemkab Karo sudah mencari lahan baru untuk disewakan untuk 112 kepala keluarga (KK) yang sudah direlokasi ke Siosar. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo akan membersihkan lahan pinjam pakai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas 416 hektare (ha).
Jika lahan pertanian ini terpenuhi dan 370 rumah di Siosar selesai dibangun pada Agustus 2015, BNPB optimistis kawasan itu menjadi kota baru yang memiliki fasilitas cukup memadai. “Masyarakat juga diajak optimistis. Kami terus bekerja sesuai tahapannya. Pemda sudah baik, masyarakat Karo juga mantap.
Mari sama-sama kita bekerja,” kata mantan asisten teritorial (aster) kepala staf umum (kasum) TNI ini. Untuk percepatan pembangunan rumah relokasi, Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho meminta Dinas Kehutanan Provinsi Sumut proaktif membantu Pemkab Karo terkait proses perizinan ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Soal sarana dan prasarana sosial, seperti puskesmas, jambur (balai adat), sekolah, dan sektor ekonomi produktif berupa bibit pertanian di lahan relokasi, Gatot juga mengimbau pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Sumut terkait memfasilitasinya. Sebagaimana kesepakatan bersama antara BNPB, Pemkab Karo, dan Pemprov Sumut, yang telah ditandatangani di Kabanjahe, Karo, pada 18 Januari 2015.
“Namun, perlu disinkronisasikan dan diintegrasikan terlebih dahulu dengan rencana aksi rehabilitasidanrekonstruksipascabencana erupsi Gunung Sinabung serta menjadi dokumen perencanaan dalam penanggulangan bencana,” ujarnya. Sebelumnya Kepala BNPB Syamsul Maarif menyerahkan bantuan dari pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi korban erupsi Sinabung senilai Rp6 miliar.
Bantuan itu diserahkan kepada Bupati Karo Terkelin Brahmana di pendopo rumah dinas Bupati Karo Kabanjahe, kemarin. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga kemarin aktivitas erupsi dan awan panas Gunung Sinabung masih tinggi. “Hampir sepanjang hari ini (kemarin) hujan abu tipis mengguyur sisi selatan- tenggara dari puncak Sinabung.
Sementara Jumlah pengungsi 10.184 jiwa atau 3.030 KK tersebar di 10 titik pos pengungsian,” ujarnya. “Jumlah pengungsi dinamis karena sebagian pengungsi, khususnya laki-laki dewasa, sering kembali ke kampung halaman memelihara kebun atau tanaman pertanian. Sebagian juga menginap di rumah sanak saudara atau warga yang berada di dekat pos pengungsian.
Rasa gotong royong dan solidaritas masyarakat Karo terlihat cukup tinggi membantu para saudara sesama pengungsi,” ujarnya dalam siaran persnya yang diterima KORAN SINDO MEDAN, kemarin. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVNBG) Armen Putra mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius yang telah direkomendasi sebelumnya, terutama radius 7 kilometer sektoral awan panas selatan-tenggara Sinabung.
Demikian juga untuk sektor tenggara-timur. “Jangkauan awan panas cenderung semakin jauh dari puncak Gunung Sinabung. Untuk itu, diimbau kepada masyarakat agar tidak memasuki zona bahaya yang kami rekomendasi. Kepada masyarakat yang daerahnya menjadi tempat pendaratan debu, diimbau agar mengenakan masker,” tuturnya.
Pengamatan di lapangan, kemarin, Kota Berastagi diselimuti debu vulkanik pascaawan panas meluncur kencang sejauh 4,5 kilometer ke sektor tenggaratimur Sinabung, Senin (22/6) sekitar pukul 23.03WIB. Ketebalan debu pada aspal, lahan pertanian, danataprumahwarga mencapai 2 sentimeter (cm).
Fakhrur rozi/ riza pinem
“Kita belum tahu kapan erupsi Gunung Sinabung akan berakhir. Dari kunjungan lapangan dan rapat koordinasi tadi (kemarin), kami akan membangun hunian sementara untuk pengungsi,” kata Kepala BNPB, Syamsul Maarif seusai memimpin Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Gubernuran Jalan Sudirman, Medan, kemarin.
Menurut dia, saat ini erupsi gunung teraktif di Sumatera itu sudah mengarah ke selatan, tenggara, dan timur, sehingga sebagian warga di sana harus diungsikan. Namun, lokasi pengungsian yang ada jauh dari tempat warga bercocok tanam. Misalnya, di Desa Kutagugung, jarak terlalu jauh dari tempat pengungsian ke ladang sehingga hunian sementara akan diupayakan tidak jauh dari tempat mereka bercocok tanam.
Sebab sebagian dari perladangan masyarakat masih bisa dimanfaatkan hasilnya. Jumlah pengungsi juga mengalami fluktuatif. Terakhir data lapangan menyebutkan terdapat 11.000 orang berada di 10 titik pengungsian. Lantaran jumlah pengungsi lebih sedikit dari tahun sebelumnya, sarana pengungsian tercukupi.
“Tadi (kemarin) memang ada yang minta agar sarana MCK (mandi, cuci, kakus) diperbaiki. Langsung kami bereskan. Intinya masih cukup baik,” katanya. Syamsul Maarif mengapresiasi semangat terbangun di tengah masyarakat Karo yang sangat membantu penanganan pengungsi. Masyarakat Karo memiliki solidaritas tinggi membantu tetangga dan keluarga para pengungsi.
Sebab dia menemukan sebagian besar pengungsi tinggal di rumah keluarganya. “Jadi masyarakat Karo tidak tinggal diam, tapi ikut membantu juga. Ini menunjukkan kita masih punya local wisdom bernama gotong royong,” katanya. Kemudian soal tempat relokasi bagi masyarakat tiga desa, yakni Desa Bekerah, Desa Simacem, dan Desa Sukameriah, di Siosar, akanterusdikebutpenyelesaiannya pada Agustus 2015.
Memang di sana masih ada rumah-rumah kosong, tapi bukan karena tak bisa ditempati, melainkan warga belum mau. Ini semata-mata terkait mata pencaharian warga, yakni membutuhkan lahan pertanian. BNPB akan menyewakan lahan pertanian selama satu tahun lagi agar bisa dimanfaatkan warga.
Sebab lahan yang sewa saat ini akan habis kontraknya pada 30 Juni 2015. Jadi mulai 1 Juli 2015, Pemkab Karo sudah mencari lahan baru untuk disewakan untuk 112 kepala keluarga (KK) yang sudah direlokasi ke Siosar. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo akan membersihkan lahan pinjam pakai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan seluas 416 hektare (ha).
Jika lahan pertanian ini terpenuhi dan 370 rumah di Siosar selesai dibangun pada Agustus 2015, BNPB optimistis kawasan itu menjadi kota baru yang memiliki fasilitas cukup memadai. “Masyarakat juga diajak optimistis. Kami terus bekerja sesuai tahapannya. Pemda sudah baik, masyarakat Karo juga mantap.
Mari sama-sama kita bekerja,” kata mantan asisten teritorial (aster) kepala staf umum (kasum) TNI ini. Untuk percepatan pembangunan rumah relokasi, Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho meminta Dinas Kehutanan Provinsi Sumut proaktif membantu Pemkab Karo terkait proses perizinan ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Soal sarana dan prasarana sosial, seperti puskesmas, jambur (balai adat), sekolah, dan sektor ekonomi produktif berupa bibit pertanian di lahan relokasi, Gatot juga mengimbau pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Sumut terkait memfasilitasinya. Sebagaimana kesepakatan bersama antara BNPB, Pemkab Karo, dan Pemprov Sumut, yang telah ditandatangani di Kabanjahe, Karo, pada 18 Januari 2015.
“Namun, perlu disinkronisasikan dan diintegrasikan terlebih dahulu dengan rencana aksi rehabilitasidanrekonstruksipascabencana erupsi Gunung Sinabung serta menjadi dokumen perencanaan dalam penanggulangan bencana,” ujarnya. Sebelumnya Kepala BNPB Syamsul Maarif menyerahkan bantuan dari pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi korban erupsi Sinabung senilai Rp6 miliar.
Bantuan itu diserahkan kepada Bupati Karo Terkelin Brahmana di pendopo rumah dinas Bupati Karo Kabanjahe, kemarin. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga kemarin aktivitas erupsi dan awan panas Gunung Sinabung masih tinggi. “Hampir sepanjang hari ini (kemarin) hujan abu tipis mengguyur sisi selatan- tenggara dari puncak Sinabung.
Sementara Jumlah pengungsi 10.184 jiwa atau 3.030 KK tersebar di 10 titik pos pengungsian,” ujarnya. “Jumlah pengungsi dinamis karena sebagian pengungsi, khususnya laki-laki dewasa, sering kembali ke kampung halaman memelihara kebun atau tanaman pertanian. Sebagian juga menginap di rumah sanak saudara atau warga yang berada di dekat pos pengungsian.
Rasa gotong royong dan solidaritas masyarakat Karo terlihat cukup tinggi membantu para saudara sesama pengungsi,” ujarnya dalam siaran persnya yang diterima KORAN SINDO MEDAN, kemarin. Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVNBG) Armen Putra mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius yang telah direkomendasi sebelumnya, terutama radius 7 kilometer sektoral awan panas selatan-tenggara Sinabung.
Demikian juga untuk sektor tenggara-timur. “Jangkauan awan panas cenderung semakin jauh dari puncak Gunung Sinabung. Untuk itu, diimbau kepada masyarakat agar tidak memasuki zona bahaya yang kami rekomendasi. Kepada masyarakat yang daerahnya menjadi tempat pendaratan debu, diimbau agar mengenakan masker,” tuturnya.
Pengamatan di lapangan, kemarin, Kota Berastagi diselimuti debu vulkanik pascaawan panas meluncur kencang sejauh 4,5 kilometer ke sektor tenggaratimur Sinabung, Senin (22/6) sekitar pukul 23.03WIB. Ketebalan debu pada aspal, lahan pertanian, danataprumahwarga mencapai 2 sentimeter (cm).
Fakhrur rozi/ riza pinem
(bbg)