Sulap Air Laut Menjadi Air Layak Konsumsi

Selasa, 23 Juni 2015 - 07:45 WIB
Sulap Air Laut Menjadi Air Layak Konsumsi
Sulap Air Laut Menjadi Air Layak Konsumsi
A A A
Kebutuhan air bersih masyarakat semakin hari kian meningkat. Untuk memenuhinya dibutuhkan sumber air yang sangat besar. Namun sayang, tingginya pencemaran air sungai dan pengambilan air tanah berlebihan membuat sumber air bersih terus menipis.

Menghadapi tantangan tersebut, lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, yakni Giga Verian Pratama, Suwastika Wijayanti, Shabrina Hayu Adhani (Jurusan Fisika); Tri Dian Dhaneswara dan Rahmat Juliansyah (Jurusan Teknik Mesin Undip) mencoba mengembangkan solusi pemanfaatan air laut sebagai sumber air bersih. Tim yang diketuai Giga Verian Pratama itu membuat sebuah alat yang diberi nama Omitor atau Ocean Windmill Desalinator.

Alat tersebut memiliki fungsi mengambil air laut kemudian mengubahnya menjadi air tawar yang layak dikonsumsi. Dipilihnya sumber air laut dikarenakan laut bisa menjadi sumber air yang konstan. “Sebenarnya memang banyak cara untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih, seperti mengolah air banjir menjadi air bersih, lalu mengolah air yang sudah tercemar dan lain-lain.”

“Namun, langkah-langkah itu masih terkendala karena sumber airnya tidak konstan dan stabil. Sedangkan laut merupakan sumber air yang besar dan konstan,” papar Giga. Dengan teknologi alat ini, beberapa daerah di Indonesia dapat memanfaatkan air laut sebagai sumber air bersih. Terutama di daerah-daerah yang memang sudah kesulitan mendapatkan sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari.

“Omitor diciptakan sebagai suatu alat penghasil air bersih yang dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan masyarakat. Tujuan dirakitnya Omitor antara lain sebagai alat yang bekerja mengubah air laut menjadi air bersih siap pakai, sebagai sumber air yang stabil, serta mengurangi sumber air tanah yang ikut berdampak pada penurunan lapisan tanah,” paparnya. Alat Omitor memiliki kelebihan tersendiri. Proses kerjanya sangat ramah lingkungan. Omitor memanfaatkan cahaya matahari sebagai pemanas dan angin sebagai penggerak pompa.

“Cahaya mataharinya sebagai pemanas, lalu angin sebagai penggerak pompa dan untuk desalinasi menggunakan metode evaporasi. Metode desalinasi air laut tidak hanya mendapatkan air bersih, tetapi juga menghasilkan endapan garam yang juga dapat dimanfaatkan,” kata Giga. Proses kerja Omitor dimulai dengan pemompaan air laut ke tangki penyimpanan menggunakan pompa bertenaga kincir angin. Kemudian, air laut yang telah masuk ke dalam tangki berbahan stainless steel dipanaskan di bawah sinar matahari.

Air laut dalam tangki yang sudah terpanaskan itu akan menguap dan uap air tersebut akan menempel pada atap Omitor. Uap air yang sudah terkumpul itu akan turun karena atap Omitor dibuat miring lalu dialirkan menuju tempat penampungan. Uap yang terkumpul itulah yang akhirnya menjadi air bersih layak konsumsi. Sementara itu, sisa air laut yang berada di tangki dan sudah terevoporasi sempurna akan meninggalkan endapan garam yang kemudian bisa diangkat untuk diambil garamnya.

“Dengan Omitor, tingkat salinitas (kadar garam) air laut yang sebelumnya 24/ml dapat turun menjadi 0,2/ml. Hal ini membuktikan bahwa Omitor dapat menurunkan salinitas dari air laut sehingga bisa berkontribusi mengatasi persoalan krisis air bersih. Kami akan melakukan survei pendapat masyarakat tentang Omitor ini. Jika dirasa sudah memenuhi kualitas dan kelayakan konsumsi, Omitor siap kami perkenalkan kepada masyarakat agar dapat membantu permasalahan krisis air bersih,” papar Giga.

Susilo Himawan
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3308 seconds (0.1#10.140)