Komnas PA Usul Monumen Angeline, Dewan Sebut Belum Perlu
A
A
A
DENPASAR - Angeline dideklarasikan sebagai ikon perlawanan kekerasan,dan penganiayaan terhadap anak oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada 20 Juni 2015.
Bahkan Komnas PA akan dalam waktu dekat akan membuat sebuah monumen perlawanan terhadap kekerasan untuk mengenang Angeline.
Namun Nyoman Parta salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali menyebutkan belum perlu membuatkan monumen untuk Angeline. Pasalnya sejauh ini pengungkapan kasus pembunuhan anak kelas II SD itu belum diketahui.
Patra mengatakan, yang penting dalam waktu dekat ini yaitu ungkap siapa pembunuh yang sebenarnya serta motif pembunuhan.
"Semua ini harus jelas, sekarang kasus itu masih belum jelas. Kita belum tahu siapa dibalik pembunuhan ini. Pihak polisi belum mengetahui siapa yang menjadi pembunuhnya, dan kenapa anak ini dibunuh," ungkapnya saat dihubungi via telepon, di Denpasar, Minggu (21/6/2015).
Politisi dari PDIP ini juga mengatakan, tidak mudah untuk mendirikan sebuah monumen. "Untuk membangun sebuah monumen itu harus ada lahan, belum lagi membuat patung, itu semua memerlukan dana. Angeline bisa dikenang di hati masyarakat, tidak perlu dengan monumen, karena sekarang ini masih mencari kejelasan," terangnya.
Ditegaskan, bila ada monumen untuk mengenang Angeline, semuanya harus terang. Mulai dari asal usul Angeline hingga peristiwa yang menewaskan anak berparas ayu itu harus jelas. "Ungkap kasus ini dulu, baru yang lain-lainnya menyusul," pungkasnya.
Seperti diketahui Angeline, bocah kelas II SDN 12 Sanur dikabarkan menghilang pada 16 Mei 2015, kemudian ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di belakang kandang ayam di rumah ibu angkatnya Margriet Christina Megawe (Margareta) di Jalan Sedap Malam, Sanur, Denpasar, pada Rabu 10 Juni 2015 setelah 26 hari pihak kepolisian mencari.
Bahkan Komnas PA akan dalam waktu dekat akan membuat sebuah monumen perlawanan terhadap kekerasan untuk mengenang Angeline.
Namun Nyoman Parta salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali menyebutkan belum perlu membuatkan monumen untuk Angeline. Pasalnya sejauh ini pengungkapan kasus pembunuhan anak kelas II SD itu belum diketahui.
Patra mengatakan, yang penting dalam waktu dekat ini yaitu ungkap siapa pembunuh yang sebenarnya serta motif pembunuhan.
"Semua ini harus jelas, sekarang kasus itu masih belum jelas. Kita belum tahu siapa dibalik pembunuhan ini. Pihak polisi belum mengetahui siapa yang menjadi pembunuhnya, dan kenapa anak ini dibunuh," ungkapnya saat dihubungi via telepon, di Denpasar, Minggu (21/6/2015).
Politisi dari PDIP ini juga mengatakan, tidak mudah untuk mendirikan sebuah monumen. "Untuk membangun sebuah monumen itu harus ada lahan, belum lagi membuat patung, itu semua memerlukan dana. Angeline bisa dikenang di hati masyarakat, tidak perlu dengan monumen, karena sekarang ini masih mencari kejelasan," terangnya.
Ditegaskan, bila ada monumen untuk mengenang Angeline, semuanya harus terang. Mulai dari asal usul Angeline hingga peristiwa yang menewaskan anak berparas ayu itu harus jelas. "Ungkap kasus ini dulu, baru yang lain-lainnya menyusul," pungkasnya.
Seperti diketahui Angeline, bocah kelas II SDN 12 Sanur dikabarkan menghilang pada 16 Mei 2015, kemudian ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di belakang kandang ayam di rumah ibu angkatnya Margriet Christina Megawe (Margareta) di Jalan Sedap Malam, Sanur, Denpasar, pada Rabu 10 Juni 2015 setelah 26 hari pihak kepolisian mencari.
(nag)