Kudus Diserbu Merica Palsu
A
A
A
KUDUS - Setelah menghebohkan warga Banjarnegara, Pati, dan Solo, kini merica palsu disinyalir marak beredar di pasar tradisional di Kabupaten Kudus.
Masyarakat diminta lebih waspada dan teliti saat membeli bumbu dapur itu. Temuan merica palsu itu merupakan hasil inspeksi mendadak (sidak) tim gabungan dari Polres dan Dinas Perdagangan Pengelolaan Pasar (Disdagsar) Kabupaten Kudus di Pasar Bitingan kemarin. Diduga merica palsu itu tak hanya beredar di pasar tersebut.
Sebab, penjual yang memasok merica palsu itu juga mengedarkan kepada para pedagang di pasar tradisional lain di Kudus. Sekilas, merica palsu ini memang berbeda dari yang asli. Bentuk merica tiruan ini tidak bulat dan permukaannya juga terasa kasar di tangan. Selain itu, jika ditekan merica itu juga mudah hancur.
Dari sisi harga, merica palsu ini memang lebih murah. Biasanya tiap kilogram merica asli dibanderol sekitar Rp200.000. Namun, harga merica palsu ini hanya sekitar separuh dari yang asli. “Kalau bungkusan kecil malah dijual hanya Rp500. Memang sejak awal saya curiga dengan merica ini,” kata salah seorang pedagang Pasar Bitingan, Jumiati kemarin.
Jumiati mengaku tak mengetahui jika merica yang dijualnya adalah palsu. Saat membeli dari sales, dia tak mengecek ulang fisik merica itu. Jumiati biasanya hanya berpatokan pada harga beli dan sekaligus jual bumbu dapur itu. “Kira-kira nanti kalau dijual lagi untung ya saya beli,” ucapnya.
Jumiati mengaku tak hafal sales yang menawarkan merica berbahan tepung itu. Itu karena ada beberapa sales merica yang menawari para pedagang di Pasar Bitingan. “Merica yang ditawarkan juga banyak macamnya. Ada yang bentuknya bulat mirip merica, namun ada juga yang bubuk,” katanya.
Plt Kepala Disdagsar Kabupaten Kudus Sudiharti menegaskan pihaknya akan melakukan pembinaan kepada para pedagang agar lebih waspada saat menerima pasokan barang dari sales. Para pedagang juga diminta bisa mengenali merica asli agar tidak tertipu ulah sales nakal. “Jangan mudah tergoda dengan harga murah yang ditawarkan. Nanti ujungnya kita sendiri yang rugi,” tandasnya.
Kaur Bin Ops Satreskrim Polres Kudus Ipda Heri Purwanto menegaskan, pihaknya akan melakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah merica yang beredar di Pasar Bitingan asli atau palsu. Uji lab ini juga penting agar masyarakat tidak waswas saat membeli bumbu dapur itu.
Terkait temuan tim gabungan, pihaknya tidak akan memproses pedagang yang menjual merica palsu. Sebab, para pedagang itu tidak mengetahui jika bumbu dapur yang dijualnya ternyata abal-abal. Meski begitu, pihaknya meminta peran aktif para pedagang agar mau melapor ke pihak kepolisian jika ada sales merica yang mencurigakan. “Catat saja identitasnya dan laporkan ke polisi. Nanti langsung kita tindak lanjuti,” ucapnya.
Heri juga mengimbau masyarakat agar lebih teliti saat membeli produk. Jika memang ada kejanggalan bisa dilaporkan kepada pihak berwajib. “Ini penting untuk keselamatan konsumen. Produk-produk palsu bisa saja membahayakan kesehatan manusia,” tandasnya.
Pengelola Pasar Panen Laporan
Peredaran merica yang diduga palsu ternyata tidak hanya ditemukan di Pasar Pleret, tetapi juga ditemukan di pasar-pasar tradisional lainnya. Kantor Pengelolaan Pasar (KPP) Bantul ternyata pernah mendapat laporan sekitar sebulan lalu ditemukan di Pasar Imogiri dan Pasar Bantul.
Di kedua pasar itu, beberapa pedagang juga mengaku tertipu merica yang diduga palsu. Kepala KPP Bantul Slamet Santosa mengatakan, penemuan merica palsu tersebut sebenarnya sudah ada jauh hari sebelum di Pasar Pleret. Sekitar sebulan lalu, pihaknya bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah( TPID) berencana melacak keberadaan beras plastik di Pasar Imogiri dan Pasar Bantul.
Tim tidak menemukan beras plastik, tetapi justru menemukan merica yang diduga palsu. “Awalnya, kami memang curiga kemungkinan ada beras plastik. Tetapi justru yang kami temukan merica palsu,” katanya, kemarin.
Slamet menambahkan, di dua pasar itu juga ditemukan oleh pedagang dan dipasok dari seseorang. Kemungkinan besar pemasoknya adalah oleh orang atau pihak sama karena ciri-ciri yang disebutkan sama. Namun, untuk memastikan merica palsu atau tidak sampai saat ini belum ada keterangan resmi.
Dalam inspeksi tersebut, pihaknya berhasil mengumpulkan setidaknya 10 kilogram merica diduga palsu dari pedagang. Jumlah itu bukan keseluruhan karena pihaknya hanya mengambil sampel- sampel merica palsu tersebut. Sisanya konon mau disimpan atau dikembalikan oleh pedagang kepada pemasok mereka. “Kalau kami sita semua nanti kasihan pedagang,” tuturnya.
Slamet mengungkapkan, sampel- sampel tersebut lantas ia serahkan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop). Rencananya sampel tersebut akan diuji laboratorium untuk menentukan unsur apa yang terkandung dalam merica palsu ini. Namun, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan hasil uji laboratorium.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul mengklaim tidak mendapatkan laporan terkait peredaran merica palsu. Ia baru mendapatkan laporan dari awak media yang mengonfirmasikannya.
Pihaknya juga langsung memerintahkan anak buahnya memantau ke pasar. “Kami hanya sekadar mengecek barang-barang palsu itu ada atau tidak,” ujarnya.
Muhammad oliez/ Erfanto linangkung
Masyarakat diminta lebih waspada dan teliti saat membeli bumbu dapur itu. Temuan merica palsu itu merupakan hasil inspeksi mendadak (sidak) tim gabungan dari Polres dan Dinas Perdagangan Pengelolaan Pasar (Disdagsar) Kabupaten Kudus di Pasar Bitingan kemarin. Diduga merica palsu itu tak hanya beredar di pasar tersebut.
Sebab, penjual yang memasok merica palsu itu juga mengedarkan kepada para pedagang di pasar tradisional lain di Kudus. Sekilas, merica palsu ini memang berbeda dari yang asli. Bentuk merica tiruan ini tidak bulat dan permukaannya juga terasa kasar di tangan. Selain itu, jika ditekan merica itu juga mudah hancur.
Dari sisi harga, merica palsu ini memang lebih murah. Biasanya tiap kilogram merica asli dibanderol sekitar Rp200.000. Namun, harga merica palsu ini hanya sekitar separuh dari yang asli. “Kalau bungkusan kecil malah dijual hanya Rp500. Memang sejak awal saya curiga dengan merica ini,” kata salah seorang pedagang Pasar Bitingan, Jumiati kemarin.
Jumiati mengaku tak mengetahui jika merica yang dijualnya adalah palsu. Saat membeli dari sales, dia tak mengecek ulang fisik merica itu. Jumiati biasanya hanya berpatokan pada harga beli dan sekaligus jual bumbu dapur itu. “Kira-kira nanti kalau dijual lagi untung ya saya beli,” ucapnya.
Jumiati mengaku tak hafal sales yang menawarkan merica berbahan tepung itu. Itu karena ada beberapa sales merica yang menawari para pedagang di Pasar Bitingan. “Merica yang ditawarkan juga banyak macamnya. Ada yang bentuknya bulat mirip merica, namun ada juga yang bubuk,” katanya.
Plt Kepala Disdagsar Kabupaten Kudus Sudiharti menegaskan pihaknya akan melakukan pembinaan kepada para pedagang agar lebih waspada saat menerima pasokan barang dari sales. Para pedagang juga diminta bisa mengenali merica asli agar tidak tertipu ulah sales nakal. “Jangan mudah tergoda dengan harga murah yang ditawarkan. Nanti ujungnya kita sendiri yang rugi,” tandasnya.
Kaur Bin Ops Satreskrim Polres Kudus Ipda Heri Purwanto menegaskan, pihaknya akan melakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah merica yang beredar di Pasar Bitingan asli atau palsu. Uji lab ini juga penting agar masyarakat tidak waswas saat membeli bumbu dapur itu.
Terkait temuan tim gabungan, pihaknya tidak akan memproses pedagang yang menjual merica palsu. Sebab, para pedagang itu tidak mengetahui jika bumbu dapur yang dijualnya ternyata abal-abal. Meski begitu, pihaknya meminta peran aktif para pedagang agar mau melapor ke pihak kepolisian jika ada sales merica yang mencurigakan. “Catat saja identitasnya dan laporkan ke polisi. Nanti langsung kita tindak lanjuti,” ucapnya.
Heri juga mengimbau masyarakat agar lebih teliti saat membeli produk. Jika memang ada kejanggalan bisa dilaporkan kepada pihak berwajib. “Ini penting untuk keselamatan konsumen. Produk-produk palsu bisa saja membahayakan kesehatan manusia,” tandasnya.
Pengelola Pasar Panen Laporan
Peredaran merica yang diduga palsu ternyata tidak hanya ditemukan di Pasar Pleret, tetapi juga ditemukan di pasar-pasar tradisional lainnya. Kantor Pengelolaan Pasar (KPP) Bantul ternyata pernah mendapat laporan sekitar sebulan lalu ditemukan di Pasar Imogiri dan Pasar Bantul.
Di kedua pasar itu, beberapa pedagang juga mengaku tertipu merica yang diduga palsu. Kepala KPP Bantul Slamet Santosa mengatakan, penemuan merica palsu tersebut sebenarnya sudah ada jauh hari sebelum di Pasar Pleret. Sekitar sebulan lalu, pihaknya bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah( TPID) berencana melacak keberadaan beras plastik di Pasar Imogiri dan Pasar Bantul.
Tim tidak menemukan beras plastik, tetapi justru menemukan merica yang diduga palsu. “Awalnya, kami memang curiga kemungkinan ada beras plastik. Tetapi justru yang kami temukan merica palsu,” katanya, kemarin.
Slamet menambahkan, di dua pasar itu juga ditemukan oleh pedagang dan dipasok dari seseorang. Kemungkinan besar pemasoknya adalah oleh orang atau pihak sama karena ciri-ciri yang disebutkan sama. Namun, untuk memastikan merica palsu atau tidak sampai saat ini belum ada keterangan resmi.
Dalam inspeksi tersebut, pihaknya berhasil mengumpulkan setidaknya 10 kilogram merica diduga palsu dari pedagang. Jumlah itu bukan keseluruhan karena pihaknya hanya mengambil sampel- sampel merica palsu tersebut. Sisanya konon mau disimpan atau dikembalikan oleh pedagang kepada pemasok mereka. “Kalau kami sita semua nanti kasihan pedagang,” tuturnya.
Slamet mengungkapkan, sampel- sampel tersebut lantas ia serahkan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop). Rencananya sampel tersebut akan diuji laboratorium untuk menentukan unsur apa yang terkandung dalam merica palsu ini. Namun, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan hasil uji laboratorium.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul mengklaim tidak mendapatkan laporan terkait peredaran merica palsu. Ia baru mendapatkan laporan dari awak media yang mengonfirmasikannya.
Pihaknya juga langsung memerintahkan anak buahnya memantau ke pasar. “Kami hanya sekadar mengecek barang-barang palsu itu ada atau tidak,” ujarnya.
Muhammad oliez/ Erfanto linangkung
(ftr)