Pemuda Yogya Kurang Peduli Situs

Sabtu, 13 Juni 2015 - 10:50 WIB
Pemuda Yogya Kurang...
Pemuda Yogya Kurang Peduli Situs
A A A
YOGYAKARTA - Sikap generasi muda yang tinggal di wilayah Yogyakarta sangat memprihatinkan terhadap cagar maupun warisan budaya. Situs-situs bersejarah tersebut digunakan untuk pacaran, toilet, maupun aksi vandalisme.

Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, Wahyu Astuti mengatakan, perlakuan dari generasi muda tersebut dicontohkan seperti yang terjadi di Benteng Keraton Yogyakarta. Tepatnya di pojok benteng kulon ke timur sampai plengkung gading. “Sudah parah sekali,” kata dia, kemarin.

Bahkan, aksi vandalisme yang dilakukan tak tanggungtanggung. Kadang memakai spidol sampai cat semprot yang sulit dihilangkan. “Mereka sering memakai bahan-bahan sulit dibersihkan. Bahkan ada yang memahatnya,” tuturnya. Tidak hanya itu, di kawasan cagar budaya juga ada beberapa titik berbau pesing. Lorong di dalam benteng pun atas inisiatif masyarakat setempat dilakukan penggembokan karena sering ada laporan digunakan untuk tempat pacaran.

“Kesadarannya minim sekali. Digunakan toilet untuk kencing,” ujarnya. Bersama belasan juru pelihara (jupel), pihaknya kemarin membersihkan benteng keraton tersebut. Dia berharap dengan kondisi yang sudah baik lagi ini, kejadian itu tak terulang. Selain itu, diharapkan agar masyarakat ikut berperan aktif menjaga pelestarian situs cagar budaya. Jika menemukan ada orang berpotensi merusaknya, segera menegur.

“Harus ada rasa memilikiterhadapsituscagarbudaya yang ada di Yogyakarta ini,” ujarnya. Dengan semakin dilestarikan pasti juga berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat setempat. Paling tidak wisatawan luar daerah bisa lebih tertarik datang ke situs-situs itu. “Kan bisa juga meningkatkan perekonomian masyarakat semakin banyaknya wisatawan yang datang,” tuturnya.

Meskipun sudah dibersihkan, kemungkinan aksi vandalisme akan berhenti. Mereka akan kembali melakukan lagi, terutama pada saat malam hari ketika jupel sudah pulang. “Karena dulu kami juga pernah menangkap tangan siswi-siswi yang melakukan corat-coret. Kami amankan, diminta untuk membersihkan lagi. Kalau merusak bisa kena sanksi undang-undang.

Sebenarnya hanya ingin kami laporkan ke orang tua ataupun sekolahnya, mereka sudah takut,” ucapnya. Terpisah, Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Dinas Ketertiban (Dintib) Kota Yogyakarta, Udiyono mengatakan, pihaknya sedang proses mencari tempat khusus untuk para generasi muda ini berkreasi.

“Kami tidak bisa bergerak sendiri mencari lokasi. Sangat sulit mencari lahannya, harus bekerja sama dengan lainnya. Misal, kimpraswil atau pihak dinas pariwisata. Kalaupun tempat milik warga, juga harus koordinasi dengan yang bersangkutan,” ujarnya. Dalam menertibkan mereka yang melakukan aksi vandalisme pun diharap seluruh kalangan masyarakat ikut.

Paling tidak jika melihat agar melaporkan ke kecamatan, Polsek, atau Polres. “Masyarakat pun boleh mengamankannya, diserahkankepihak berwajib. Kalau masih di bawah 17 tahun, dilakukan pembinaan. Tapi kalau takut mengamankannya, minimal dilaporkan,” ucapnya.

Ridho hidayat
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1213 seconds (0.1#10.140)