Nilai IPA 10.00, meski Sempat Begadang Nonton Bola
A
A
A
Mendapatkan nilai ujian nasional (UN) terbaik se-Kota Yogyakarta dan peringkat dua di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) awalnya tak terpikirkan oleh Widya Sri Lestari. Siswi SMPN 5 Kota Yogyakarta ini hanya belajar dengan keras menghadapi ujian akhir tersebut.
Penggila olahraga sepak bola ini pun bertekad tak ingin sedikit pun mengecewakan orang tuanya. “Yang penting bekerja keras saja dalam proses. Tidak usah memikirkan hasilnya dulu,” kata remaja berusia 15 tahun tersebut. Wiwid, sapaan akrab Widya Sri Lestari, menyebut persiapan menghadapi UN pada awal Mei lalu itu normalnormal saja.
Jam belajarnya tidak banyak berubah seperti hari-hari biasanya. Bahkan, menjelang ujian pelajaran IPA, dini harinya dia sempat menonton tim kebanggaannya, Barcelona, yang saat itu melawan Bayern Munchen saat legpertama Semifinal Liga Champions 2015. Padahal, dia juga mengakui pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang masih menjadi kelemahannya.
Namun, karena begitu sukanya terhadap tim kesayangan dia pun tetap menonton siaran langsung pertandingan itu hingga rampung. Sambil menonton dia menyempatkan membaca-baca materi pelajaran yang belum dipahaminya. “Dan alhamdulillah, saat itu Barca menang, jadi tambah bersemangat,” ujarnya. Meski sempat begadang, hasil UN pun rupanya tak mengecewakan.
Untuk mata pelajaran IPA nilainya 10.00, sama dengan matematika. Adapun bahasa Inggris dia peroleh angka 98.00 dan nilai bahasa Indonesianya 98.00. Meski tak bisa bermain sepak bola, kesukaannya terhadap olahraga ini ditularkan oleh ayahnya sejak 2010 silam. Saat itu berlangsung Piala AFF yang diikuti oleh tim nasional senior Indonesia.
“Untuk belajar pun kerap kali memanfaatkan internet untuk browsinguntuk mencari bahan pelajaran,” tutur siswi yang tinggal di Ronodikdayan, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta, tersebut. Seperti remaja lain, saat belajar di rumah pun kadang dia dimarahi oleh orang tuanya. Namun hal itu bukan sebagai tekanan, melainkan sifatnya mengingatkan akan lebih serius menghadapi UN.
“Untuk jam belajar tidak ada durasi waktu dari jam berapa sampai berapa. Kalau lupa ya diingatkan orang tua saja,” kata putri pasangan dari Rohmadi dan Sukinem tersebut. Di sekolah Wiwid dikenal cukup berprestasi, meski tak terlalu menonjol. Kadang dia sering masuk tiga besar di kelasnya. “Siswa seperti yang lainnya juga, tidak kutu buku kok,” kata guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 5 Yogyakarta, Siti Purbani.
Purbani mengungkapkan, selama di sekolah seluruh siswa, termasuk Wiwid, mendapatkan tambahan ekstrakurikuler. Namun, khusus siswa yang menghadapi UN dibedakan. Para siswa kelas IX diberi tambahan pelajaran atau les. Yang menarik, pelajaran les sifatnya lebih dikedepankan untuk mengelola kondisi psikologis siswa. Siswa diberikan suatu kegiatan yang membuatnya lebih nyaman dan enjoy.
Dengan begitu, setiap kali mengikuti pelajaran sekolah, siswa lebih mudah menyerap dan paham. “Kita berikan kegiatan outbound. Bahkan kita juga bekerja sama dengan Fakultas Psikologi UGM untuk menangani psikologi siswa. Misal ketika di dalam kelas dan cuaca sedang panas siswa ingin minum pun diperbolehkan,” ujarnya. Dengan konsep pembelajaran seperti itu sudah banyak prestasi yang telah diraih siswa SMPN 5 Yogyakarta. Baik dalam bidang pendidikan, seni, bahkan olahraga.
RIDHO HIDAYAT
Yogyakarta
Penggila olahraga sepak bola ini pun bertekad tak ingin sedikit pun mengecewakan orang tuanya. “Yang penting bekerja keras saja dalam proses. Tidak usah memikirkan hasilnya dulu,” kata remaja berusia 15 tahun tersebut. Wiwid, sapaan akrab Widya Sri Lestari, menyebut persiapan menghadapi UN pada awal Mei lalu itu normalnormal saja.
Jam belajarnya tidak banyak berubah seperti hari-hari biasanya. Bahkan, menjelang ujian pelajaran IPA, dini harinya dia sempat menonton tim kebanggaannya, Barcelona, yang saat itu melawan Bayern Munchen saat legpertama Semifinal Liga Champions 2015. Padahal, dia juga mengakui pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang masih menjadi kelemahannya.
Namun, karena begitu sukanya terhadap tim kesayangan dia pun tetap menonton siaran langsung pertandingan itu hingga rampung. Sambil menonton dia menyempatkan membaca-baca materi pelajaran yang belum dipahaminya. “Dan alhamdulillah, saat itu Barca menang, jadi tambah bersemangat,” ujarnya. Meski sempat begadang, hasil UN pun rupanya tak mengecewakan.
Untuk mata pelajaran IPA nilainya 10.00, sama dengan matematika. Adapun bahasa Inggris dia peroleh angka 98.00 dan nilai bahasa Indonesianya 98.00. Meski tak bisa bermain sepak bola, kesukaannya terhadap olahraga ini ditularkan oleh ayahnya sejak 2010 silam. Saat itu berlangsung Piala AFF yang diikuti oleh tim nasional senior Indonesia.
“Untuk belajar pun kerap kali memanfaatkan internet untuk browsinguntuk mencari bahan pelajaran,” tutur siswi yang tinggal di Ronodikdayan, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta, tersebut. Seperti remaja lain, saat belajar di rumah pun kadang dia dimarahi oleh orang tuanya. Namun hal itu bukan sebagai tekanan, melainkan sifatnya mengingatkan akan lebih serius menghadapi UN.
“Untuk jam belajar tidak ada durasi waktu dari jam berapa sampai berapa. Kalau lupa ya diingatkan orang tua saja,” kata putri pasangan dari Rohmadi dan Sukinem tersebut. Di sekolah Wiwid dikenal cukup berprestasi, meski tak terlalu menonjol. Kadang dia sering masuk tiga besar di kelasnya. “Siswa seperti yang lainnya juga, tidak kutu buku kok,” kata guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 5 Yogyakarta, Siti Purbani.
Purbani mengungkapkan, selama di sekolah seluruh siswa, termasuk Wiwid, mendapatkan tambahan ekstrakurikuler. Namun, khusus siswa yang menghadapi UN dibedakan. Para siswa kelas IX diberi tambahan pelajaran atau les. Yang menarik, pelajaran les sifatnya lebih dikedepankan untuk mengelola kondisi psikologis siswa. Siswa diberikan suatu kegiatan yang membuatnya lebih nyaman dan enjoy.
Dengan begitu, setiap kali mengikuti pelajaran sekolah, siswa lebih mudah menyerap dan paham. “Kita berikan kegiatan outbound. Bahkan kita juga bekerja sama dengan Fakultas Psikologi UGM untuk menangani psikologi siswa. Misal ketika di dalam kelas dan cuaca sedang panas siswa ingin minum pun diperbolehkan,” ujarnya. Dengan konsep pembelajaran seperti itu sudah banyak prestasi yang telah diraih siswa SMPN 5 Yogyakarta. Baik dalam bidang pendidikan, seni, bahkan olahraga.
RIDHO HIDAYAT
Yogyakarta
(bbg)