Pengungsi Sinabung Butuh Penanganan Serius
A
A
A
KARO - Rekomendasi PVMBG terkait peningkatan status Sinabung dari Siaga menjadi Awas berdampak besar terhadap kehidupan sosial masyarakat di radius 5 kilometer (km) dari puncak kawah, dan 7 kilometer khusus arah selatan-tenggara bukaan kawah (jalur luncuran awan panas/guguran lava).
Sejumlah desa yang masuk dalam rekomendasi pemindahan sementara ke lokasi aman, telah dilakukan Pemkab Karo beserta unsur terkait.
Warga Desa Gurukinayan, Berastepu, Tiga Pancur, dan Pintu Mbesi, telah ditempatkan terpisah di empat posko penampungan sementara.
Akibat aktivitas Gunung Api Sinabung yang mengalami peningkatan sebanyak 2.418 jiwa (762 KK) harus meninggalkan kampung halaman untuk beberapa saat karena ancaman letusan gunung api tersebut.
“Sampai kapan kami seperti ini, belum ada kejelasan. Harta benda serta rutinitas untuk saat ini terpaksa kami tinggalkan. Yang berat adalah besok, anak-anak kami menjalani ujian sekolah. Tentunya tidak dapat belajar maksimal di posko dengan kondisi seperti ini,” ujar warga Tiga Pancur, Surya Sitepu saat ditemui di Posko Paroki Kabanjahe, Minggu (7/6/2015).
Sejauh ini, ungkap pria kelahiran 42 tahun silam itu, logistik masih cukup untuk makan pengungsi.
Hanya saja uluran tangan dermawan di berbagai hal, misalnya di bidang medis, pendidikan, juga psikiater masih sangat dibutuhkan.
Kondisi Sinabung yang terus fluktuatif sejak letusan 2013 silam hingga sekarang, seolah membuat kesan biasa.
“Karena sudah seringnya (berulang) pengungsi pulang dan kembali mengungsi. Membuat kesan tidak ada ancaman bahaya yang berarti. Seiring itu, perhatian pihak donator menjadi berkurang. Padahal jika ditelusuri, kondisi para pengungsi semakin lama semakin memburuk. Baik dalam hal kehidupan ekonomi, kesehatan, maupun juga pendidikan,” papar bapak 3 anak itu.
Dermawan peduli pendidikan sangat dibutuhkan saat ini mengingat jelang pelaksanaa ujian kenaikan kelas.
Apabila ada organisasi, lembaga, atau wadah yang mau membatu penyelenggaraan pendidikan diluar sekolah (di posko), tentunya akan menambah wawasan dan semangat para pelajar.
“Kasihan mereka itu semua. Tidak mungkin belajar maksimal di camp pengungsian. Nilai rapor itu tidak penting, bisa saja di dongkrak angkanya. Yang terpenting adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh. Bagaimana nantinya nasib mereka jika tidak dibekali ilmu yang mapan. Sementara kampung halaman terancam bahaya bencana alam,” lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan pengungsi lainnya, Rumian Br Perangi-angin ketika ditemui di tempat penampungan sementara Gedung KNPI Kabanjahe, juga berharap agar pemerintah dan instansi terkait dapat memberikan penjelasan lebih lanjut terkait keberadaan mereka.
“Kami tidak mendapat penjelasan secara rinci. Sampai kapan disini dan akan bagaimana nantinya juga belum ada kepastian. Apa kegiatan selanjutnya belum ada jawaban. Kalau untuk makan sih, sampai hari ini, masih cukup. Tapi perjuangan hidup, bukan hanya untuk makan saja,” ujarnya.
Diharapkannya, pemerintah segera membuat satu solusi, terobosan baru terkait penanganan pengungsi erupsi Sinabung.
Agar kedepannya, penanganan kasus, tidak hanya sebatas memulangkan dan mengangkut pengungsi ketika terjadi peningkatan atau penurunan status gunung.
“Kami ini benar-benar korban ketidakbijakan pemerintah. Banyak yang menganggap kami ini manja. Padahal hidup di camp pengungsian ini sangat melelahkan, baik secara fisik dan psikis. Kami butuh penaganan yang serius. Harapan kami, pemerintah sigap dalam menghadapi bencana ini, sehingga tidak berulang dan itu-itu saja permasalahannya,” ujarnya sambil mengusap air mata.
Pantuan di lapangan, para pengungsi ditempatkan di empat lokasi terpisah. Sejumlah aktivis peduli anak-anak tampak menggelar kegiatan trauma healing.
Para pengungsi dewasa dan lansia terlihat bingung-bingung di lokasi penampungan. Hal ini terkait dengan perubahan aktivitas. Banyak diantara pengungsi berharap adanya pelatihan keahlian baru dari pihak berkompeten.
Data yang diperoleh dari Media Center, Warga Desa Gurukinayan yang diungsikan sebanyak 268 kk (767 jiwa), Berastepu 133 kk (447 jiwa), Tiga Pancur 285 kk (929 jiwa), dan Pintu Mbesi 76 kk (275 jiwa).
Informasi dari pos pengamatan gunung api (PPGA) Sinabung, PVMBG menyebutkan, sejak pukul 00.00 – 18.00 WIB telah terjadi delapan kali guguran lava dari puncak kawah, dengan jarak luncur 500 – 1.500 meter.
“Sampai saat ini aktivitas kegempaan Sinabung masih tergolong tinggi. Untuk itu kita terus mengimbau kepada masyarakat agar mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG),” imbaunya.
Sejumlah desa yang masuk dalam rekomendasi pemindahan sementara ke lokasi aman, telah dilakukan Pemkab Karo beserta unsur terkait.
Warga Desa Gurukinayan, Berastepu, Tiga Pancur, dan Pintu Mbesi, telah ditempatkan terpisah di empat posko penampungan sementara.
Akibat aktivitas Gunung Api Sinabung yang mengalami peningkatan sebanyak 2.418 jiwa (762 KK) harus meninggalkan kampung halaman untuk beberapa saat karena ancaman letusan gunung api tersebut.
“Sampai kapan kami seperti ini, belum ada kejelasan. Harta benda serta rutinitas untuk saat ini terpaksa kami tinggalkan. Yang berat adalah besok, anak-anak kami menjalani ujian sekolah. Tentunya tidak dapat belajar maksimal di posko dengan kondisi seperti ini,” ujar warga Tiga Pancur, Surya Sitepu saat ditemui di Posko Paroki Kabanjahe, Minggu (7/6/2015).
Sejauh ini, ungkap pria kelahiran 42 tahun silam itu, logistik masih cukup untuk makan pengungsi.
Hanya saja uluran tangan dermawan di berbagai hal, misalnya di bidang medis, pendidikan, juga psikiater masih sangat dibutuhkan.
Kondisi Sinabung yang terus fluktuatif sejak letusan 2013 silam hingga sekarang, seolah membuat kesan biasa.
“Karena sudah seringnya (berulang) pengungsi pulang dan kembali mengungsi. Membuat kesan tidak ada ancaman bahaya yang berarti. Seiring itu, perhatian pihak donator menjadi berkurang. Padahal jika ditelusuri, kondisi para pengungsi semakin lama semakin memburuk. Baik dalam hal kehidupan ekonomi, kesehatan, maupun juga pendidikan,” papar bapak 3 anak itu.
Dermawan peduli pendidikan sangat dibutuhkan saat ini mengingat jelang pelaksanaa ujian kenaikan kelas.
Apabila ada organisasi, lembaga, atau wadah yang mau membatu penyelenggaraan pendidikan diluar sekolah (di posko), tentunya akan menambah wawasan dan semangat para pelajar.
“Kasihan mereka itu semua. Tidak mungkin belajar maksimal di camp pengungsian. Nilai rapor itu tidak penting, bisa saja di dongkrak angkanya. Yang terpenting adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh. Bagaimana nantinya nasib mereka jika tidak dibekali ilmu yang mapan. Sementara kampung halaman terancam bahaya bencana alam,” lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan pengungsi lainnya, Rumian Br Perangi-angin ketika ditemui di tempat penampungan sementara Gedung KNPI Kabanjahe, juga berharap agar pemerintah dan instansi terkait dapat memberikan penjelasan lebih lanjut terkait keberadaan mereka.
“Kami tidak mendapat penjelasan secara rinci. Sampai kapan disini dan akan bagaimana nantinya juga belum ada kepastian. Apa kegiatan selanjutnya belum ada jawaban. Kalau untuk makan sih, sampai hari ini, masih cukup. Tapi perjuangan hidup, bukan hanya untuk makan saja,” ujarnya.
Diharapkannya, pemerintah segera membuat satu solusi, terobosan baru terkait penanganan pengungsi erupsi Sinabung.
Agar kedepannya, penanganan kasus, tidak hanya sebatas memulangkan dan mengangkut pengungsi ketika terjadi peningkatan atau penurunan status gunung.
“Kami ini benar-benar korban ketidakbijakan pemerintah. Banyak yang menganggap kami ini manja. Padahal hidup di camp pengungsian ini sangat melelahkan, baik secara fisik dan psikis. Kami butuh penaganan yang serius. Harapan kami, pemerintah sigap dalam menghadapi bencana ini, sehingga tidak berulang dan itu-itu saja permasalahannya,” ujarnya sambil mengusap air mata.
Pantuan di lapangan, para pengungsi ditempatkan di empat lokasi terpisah. Sejumlah aktivis peduli anak-anak tampak menggelar kegiatan trauma healing.
Para pengungsi dewasa dan lansia terlihat bingung-bingung di lokasi penampungan. Hal ini terkait dengan perubahan aktivitas. Banyak diantara pengungsi berharap adanya pelatihan keahlian baru dari pihak berkompeten.
Data yang diperoleh dari Media Center, Warga Desa Gurukinayan yang diungsikan sebanyak 268 kk (767 jiwa), Berastepu 133 kk (447 jiwa), Tiga Pancur 285 kk (929 jiwa), dan Pintu Mbesi 76 kk (275 jiwa).
Informasi dari pos pengamatan gunung api (PPGA) Sinabung, PVMBG menyebutkan, sejak pukul 00.00 – 18.00 WIB telah terjadi delapan kali guguran lava dari puncak kawah, dengan jarak luncur 500 – 1.500 meter.
“Sampai saat ini aktivitas kegempaan Sinabung masih tergolong tinggi. Untuk itu kita terus mengimbau kepada masyarakat agar mematuhi rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG),” imbaunya.
(sms)