Fenomena Cacing Sebelum Gempa 2006 Tak Masuk Arsip
A
A
A
BANTUL - Kantor Arsip Kabupaten Bantul mengaku jika keluarnya cacing ke permukaan tanah dalam keadaan menggelepar tidak terekam dalam dokumen sebelum gempa yang mereka miliki. Sehingga, fenomena cacing keluar tanah tersebut tidak bisa dipastikan sebagai salah satu penanda akan terjadinya gempa bumi dahsyat lagi.
Kepala Kantor Arsip Bantul Partini mengatakan, saat ini pihaknya sudah memiliki puluhan ribu dokumen gempa bumi 2006 silam. Dokumen-dokumen tersebut dia kumpulkan bersama staf-stafnya, karena ingin membangun museum gempa.
Dokumen-dokumen tersebut berisi berbagai peristiwa paska gempa bumi mulai dari ketika terjadi hingga penanganan tanggap darurat. “Kami memang sedang memverifikasi dokumen-dokumen yang gempa yang telah terkumpul,” paparnya, Jumat (5/6/2015).
Terkait dengan fenomena cacing, dia tidak bisa memastikannya apakah penanda akan terjadinya gempa atau tidak. Sebab, secara umum Bangsa Indonesia memiliki kelemahan dalam mengelola dokumen apapun. Seperti peristiwa gempa besar tahun 1943 lalu, harusnya pemerintah sudah berupaya mengumpulkan dokumen-dokumen pendukungnya.
Dengan adanya dokumen gempa tersebut, masyarakat bisa mempelajari peristiwa apa saja yang mungkin bisa menjadi penanda akan terjadinya gempa. Tidak seperti saat ini, peristiwa apapun cenderung dihubung-hubungkan dengan gempa bumi 2006.
“Kalau cacing itu kan setiap menjelang musim kemarau pasti ke luar. Ini kok dihubung-hubungkan dengan gempa. Padahal tidak ada arsip ataupun dokumen yang menguatkannya,” tandasnya.
Partini mengungkapkan, saat ini pihaknya memang tengah mengumpulkan dokumen berkaitan dengan gempa. Mulai dari dokumen foto, rekaman video, hasil wawancara dengan stakeholder yang menangani gempa sudah berhasil dikumpulkan. Namun, pihaknya masih menunggu jika ada masyarakat yang ingin mengumpulkan sebagai dokumen Negara.
Arsiparis yang juga Koordinator Akuisisi Arsip Gempa Kantor Arsip Bantul Agus Subiyanto menambahkan, sudah puluhan ribu dokumen gempa yang berhasil dikumpulkan oleh Kantor Arsip Bantul.
Dokumen tersebut berisi tentang laporan kerusakan akibat gempa, kerusakan infrastruktur umum, korban gempa, tanggap darurat yang dulu semboyannya yang penting hidup dulu, pembagian living cost dan berbagai rekaman video lainnya.
“Kami juga menyimpan dokumen aduan-aduan yang ada di masyarakat. Namun sayang, belum ada yang berisi peristiwa sebelum gempa,” paparnya.
Menurutnya, rekaman peristiwa apapun terkait dengan gempa sangat menarik untuk dipelajari dan disimpan sebagai dokumen. Sebab, Bantul sebagai daerah yang rawan terjadi gempa bumi harus memiliki dokumen yang bisa dipelajari anak cucu mereka.
Kepala Kantor Arsip Bantul Partini mengatakan, saat ini pihaknya sudah memiliki puluhan ribu dokumen gempa bumi 2006 silam. Dokumen-dokumen tersebut dia kumpulkan bersama staf-stafnya, karena ingin membangun museum gempa.
Dokumen-dokumen tersebut berisi berbagai peristiwa paska gempa bumi mulai dari ketika terjadi hingga penanganan tanggap darurat. “Kami memang sedang memverifikasi dokumen-dokumen yang gempa yang telah terkumpul,” paparnya, Jumat (5/6/2015).
Terkait dengan fenomena cacing, dia tidak bisa memastikannya apakah penanda akan terjadinya gempa atau tidak. Sebab, secara umum Bangsa Indonesia memiliki kelemahan dalam mengelola dokumen apapun. Seperti peristiwa gempa besar tahun 1943 lalu, harusnya pemerintah sudah berupaya mengumpulkan dokumen-dokumen pendukungnya.
Dengan adanya dokumen gempa tersebut, masyarakat bisa mempelajari peristiwa apa saja yang mungkin bisa menjadi penanda akan terjadinya gempa. Tidak seperti saat ini, peristiwa apapun cenderung dihubung-hubungkan dengan gempa bumi 2006.
“Kalau cacing itu kan setiap menjelang musim kemarau pasti ke luar. Ini kok dihubung-hubungkan dengan gempa. Padahal tidak ada arsip ataupun dokumen yang menguatkannya,” tandasnya.
Partini mengungkapkan, saat ini pihaknya memang tengah mengumpulkan dokumen berkaitan dengan gempa. Mulai dari dokumen foto, rekaman video, hasil wawancara dengan stakeholder yang menangani gempa sudah berhasil dikumpulkan. Namun, pihaknya masih menunggu jika ada masyarakat yang ingin mengumpulkan sebagai dokumen Negara.
Arsiparis yang juga Koordinator Akuisisi Arsip Gempa Kantor Arsip Bantul Agus Subiyanto menambahkan, sudah puluhan ribu dokumen gempa yang berhasil dikumpulkan oleh Kantor Arsip Bantul.
Dokumen tersebut berisi tentang laporan kerusakan akibat gempa, kerusakan infrastruktur umum, korban gempa, tanggap darurat yang dulu semboyannya yang penting hidup dulu, pembagian living cost dan berbagai rekaman video lainnya.
“Kami juga menyimpan dokumen aduan-aduan yang ada di masyarakat. Namun sayang, belum ada yang berisi peristiwa sebelum gempa,” paparnya.
Menurutnya, rekaman peristiwa apapun terkait dengan gempa sangat menarik untuk dipelajari dan disimpan sebagai dokumen. Sebab, Bantul sebagai daerah yang rawan terjadi gempa bumi harus memiliki dokumen yang bisa dipelajari anak cucu mereka.
(san)