Beranda
Nasional
Internasional
Metro
Daerah
Lifestyle
Sports
Ekonomi Bisnis
Teknologi
Sains
Otomotif
Edukasi
Kalam
GenSINDO
Infografis
Video
Foto
Indeks
BMKG Tegaskan Gempa Sulit Diprediksi
BMKG Tegaskan Gempa Sulit Diprediksi
A
A
A
YOGYAKARTA - Kabar tentang keluarnya cacing dari tanah dalam kondisi lemas, meresahkan masyarakat Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Apalagi, kemunculan cacing itu dikaitkan dengan isu datangnya gempa.
Kasi Observasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Bambang Subagyo menegaskan, tidak ada kaitan antara keluarnya cacing dari dalam tanah dengan akan terjadinya gempa bumi.
"Sebenarnya tidak ada hubungannya langsung (antara cacing dengan gempa). Gempa itu sulit diprediksi," kata Bambang Subagyo, Rabu (3/6/2015).
Dia menjelaskan, hewan tersebut beraktivitas keluar, akibat pengaruh cuaca. "Kemungkinan karena kepanasan. Beberapa hari sebelumnya, sekitar 27 sampai 31 Mei beberapa titik di Bantul tidak hujan, seperti di Pleret, Bantul, dan Imogiri. Baru kemudian tanggal 1 (Juni) hujan," ujarnya.
Lanjut dia, bencana gempa memang berbeda dengan yang lainnya. Jika gunung akan mengalami erupsi, di sekitar gunung akan ada perubahan suhu udara dan hewan-hewan pun biasanya akan turun.
"Tapi kalau gempa, belum bisa dibuktikan gejala awalnya cacing keluar dari tanah. Berbeda ketika bencana erupsi Merapi, misalnya, ada hewan di sekitarnya turun, karena suhunya berubah," ucapnya.
Ia pun meminta, agar kabar mengenai fenomena cacing tersebut disikapi dengan bijak.
"Tidak perlu secara berlebihan, kemudian dikait-kaitkan. Gempa belum bisa diprediksi, kapan dan di mananya. Kalaupun nantinya terjadi gempa, itu memang sudah waktunya," tuturnya.
Menurutnya, gempa bumi memang masih mengancam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karena, di wilayah Samudera Hindia terdapat lempengan di antara Australia dengan Pulau Jawa.
Diberitakan sebelumnya, muncul pesan berantai yang beredar di Yogyakarta melalui beragam media sosial terkait bakal terjadi bencana dahsyat dalam waktu dekat. Pesan itu berisi fenomena alam terkait keluarnya cacing tanah dalam kondisi lemas.
Baca juga:
Pesan Berantai Bakal Ada Gempa Dahsyat Resahkan Warga Yogya.
Fenomena Keluarnya Cacing di Bantul Bukan Tanda Gempa.
Kasi Observasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Bambang Subagyo menegaskan, tidak ada kaitan antara keluarnya cacing dari dalam tanah dengan akan terjadinya gempa bumi.
"Sebenarnya tidak ada hubungannya langsung (antara cacing dengan gempa). Gempa itu sulit diprediksi," kata Bambang Subagyo, Rabu (3/6/2015).
Dia menjelaskan, hewan tersebut beraktivitas keluar, akibat pengaruh cuaca. "Kemungkinan karena kepanasan. Beberapa hari sebelumnya, sekitar 27 sampai 31 Mei beberapa titik di Bantul tidak hujan, seperti di Pleret, Bantul, dan Imogiri. Baru kemudian tanggal 1 (Juni) hujan," ujarnya.
Lanjut dia, bencana gempa memang berbeda dengan yang lainnya. Jika gunung akan mengalami erupsi, di sekitar gunung akan ada perubahan suhu udara dan hewan-hewan pun biasanya akan turun.
"Tapi kalau gempa, belum bisa dibuktikan gejala awalnya cacing keluar dari tanah. Berbeda ketika bencana erupsi Merapi, misalnya, ada hewan di sekitarnya turun, karena suhunya berubah," ucapnya.
Ia pun meminta, agar kabar mengenai fenomena cacing tersebut disikapi dengan bijak.
"Tidak perlu secara berlebihan, kemudian dikait-kaitkan. Gempa belum bisa diprediksi, kapan dan di mananya. Kalaupun nantinya terjadi gempa, itu memang sudah waktunya," tuturnya.
Menurutnya, gempa bumi memang masih mengancam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karena, di wilayah Samudera Hindia terdapat lempengan di antara Australia dengan Pulau Jawa.
Diberitakan sebelumnya, muncul pesan berantai yang beredar di Yogyakarta melalui beragam media sosial terkait bakal terjadi bencana dahsyat dalam waktu dekat. Pesan itu berisi fenomena alam terkait keluarnya cacing tanah dalam kondisi lemas.
Baca juga:
Pesan Berantai Bakal Ada Gempa Dahsyat Resahkan Warga Yogya.
Fenomena Keluarnya Cacing di Bantul Bukan Tanda Gempa.
(zik)
Explore More