Elpiji 3 Kg Mulai Langka
A
A
A
KAYUAGUNG - Melambungnya harga elpiji 12 kg, membuat masyarakat di wilayah OKI beralih ke elpiji 3 kg. Tingginya permintaan, menyebabkan terjadinya kelangkaan barang ditingkat pengecer maupun pangkalan.
Untuk harga elpiji 3 kg ditingkat pengecer yang semula berkisar Rp18.000, sekarang naik menjadi Rp20.000-25.000, se dangkan ditingkat sub agen men capai Rp18.000-20.000. Kenaikan harga elpiji 3 kg itu di ra sakan cukup memberatkan masya rakat, khususnya ibu rumah tangga. Selain harus merogoh ko cek lebih dalam lagi, ke beradaan gas tabung melon itu juga sudah mulai langka di pasaran.
Pety, 38, Warga kelurahan Tanjung Rancing, Kayuagung, mengaku bingung dengan kon - disi saat ini. Karena belakangan ini elpiji 3 kg nyaris tidak ada di pasaranataulangka. Jikapunada, harganya mencapai Rp21.000- 23.000/tabung, bahkan kalau di antar ke rumah bisa-bisa Rp25.000 /tabung. “Kalau lama- lama naik terus kita pasti yang susah. Itupun kalau gasnya ada, kalau tidak ada kan kita yang susah mau mencari kesana-sini,” katanya.
Samsul, pengecer elpiji 3 kilogram di Kayuagung, me nyata kankenaikan harga elpiji 3kg tersebut, lantaran dipengaruhi oleh kelangkaan pasokan yang diterima. Kemudian mahalnya harga tersebut, bukanlah akalaka lan dari para pengecer. Mere ka terpaksa menaikan harga, lantaran mengikuti permainan harga di pasaran, baik pang ka lan maupun agen.
“Biasa nya dalam seminggu dikirim 20 hing ga 30 tabung. Sekarang cuma da pat kebagian 15 tabung, itu pun harga yang di kasih oleh pangkalan juga tinggi. Kita juga terpaksa naikan harga. Karena barang ini masuknya dari agen, kemudian ke pangkalan dan baru dari pangkalan sampai ke pengecer. Harga pun ber va ria tif, jadi bukan kita naikan harga itu sekehendak hati, kita meng-hitungnya juga dilihat dari ongkos angkutnya,” tuturnya.
Sementara Guluk, pemilik pangakalan elpiji di Jalan yusuf singadekane, Kayuagung, meng ungkapkan, sempat kewalahan mencari stok elpiji untuk me menuhi permintaan pelanggan, khususnya stok ukuran 3 kg. “Kami juga sempat keha bisan stok sebelumnya, tapi sekarang stok sudah mulai lancar. Namun untuk harga dari agen tetap tinggi. Kita yang pang kalan ini tak bisa apa-apa, kalau tidak diambil bagaimana mau ngisi ke pelanggan. Jadi mau tak mau kita tetap ambil walaupun harganya tinggi,” ungkapnya.
Menyikapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Perindustrian Perda gangan dan Koperasi (Diperin dagkop) OKI Herry susanto, menuturkan, kalau selama ini pihaknya terus me mantau harga elpiji di tingkat sub agen dan pengecer. Me nurutnya, ini sudah sering terjadi, kalau dilihat kenaikan harga dan kelangkaan itu, disebabkan oleh pasokan dan harga dari tingkat agen, terutama untuk elpiji3 kg.
“Ini imbas dari kenaikan elpiji12 kg, sekarang banyak beralih ke elpiji 3 kg, sehingga elpiji 3 kg sering kehabisan sehingga membuat barang itu langka,” tutupnya.
M rohali
Untuk harga elpiji 3 kg ditingkat pengecer yang semula berkisar Rp18.000, sekarang naik menjadi Rp20.000-25.000, se dangkan ditingkat sub agen men capai Rp18.000-20.000. Kenaikan harga elpiji 3 kg itu di ra sakan cukup memberatkan masya rakat, khususnya ibu rumah tangga. Selain harus merogoh ko cek lebih dalam lagi, ke beradaan gas tabung melon itu juga sudah mulai langka di pasaran.
Pety, 38, Warga kelurahan Tanjung Rancing, Kayuagung, mengaku bingung dengan kon - disi saat ini. Karena belakangan ini elpiji 3 kg nyaris tidak ada di pasaranataulangka. Jikapunada, harganya mencapai Rp21.000- 23.000/tabung, bahkan kalau di antar ke rumah bisa-bisa Rp25.000 /tabung. “Kalau lama- lama naik terus kita pasti yang susah. Itupun kalau gasnya ada, kalau tidak ada kan kita yang susah mau mencari kesana-sini,” katanya.
Samsul, pengecer elpiji 3 kilogram di Kayuagung, me nyata kankenaikan harga elpiji 3kg tersebut, lantaran dipengaruhi oleh kelangkaan pasokan yang diterima. Kemudian mahalnya harga tersebut, bukanlah akalaka lan dari para pengecer. Mere ka terpaksa menaikan harga, lantaran mengikuti permainan harga di pasaran, baik pang ka lan maupun agen.
“Biasa nya dalam seminggu dikirim 20 hing ga 30 tabung. Sekarang cuma da pat kebagian 15 tabung, itu pun harga yang di kasih oleh pangkalan juga tinggi. Kita juga terpaksa naikan harga. Karena barang ini masuknya dari agen, kemudian ke pangkalan dan baru dari pangkalan sampai ke pengecer. Harga pun ber va ria tif, jadi bukan kita naikan harga itu sekehendak hati, kita meng-hitungnya juga dilihat dari ongkos angkutnya,” tuturnya.
Sementara Guluk, pemilik pangakalan elpiji di Jalan yusuf singadekane, Kayuagung, meng ungkapkan, sempat kewalahan mencari stok elpiji untuk me menuhi permintaan pelanggan, khususnya stok ukuran 3 kg. “Kami juga sempat keha bisan stok sebelumnya, tapi sekarang stok sudah mulai lancar. Namun untuk harga dari agen tetap tinggi. Kita yang pang kalan ini tak bisa apa-apa, kalau tidak diambil bagaimana mau ngisi ke pelanggan. Jadi mau tak mau kita tetap ambil walaupun harganya tinggi,” ungkapnya.
Menyikapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Perindustrian Perda gangan dan Koperasi (Diperin dagkop) OKI Herry susanto, menuturkan, kalau selama ini pihaknya terus me mantau harga elpiji di tingkat sub agen dan pengecer. Me nurutnya, ini sudah sering terjadi, kalau dilihat kenaikan harga dan kelangkaan itu, disebabkan oleh pasokan dan harga dari tingkat agen, terutama untuk elpiji3 kg.
“Ini imbas dari kenaikan elpiji12 kg, sekarang banyak beralih ke elpiji 3 kg, sehingga elpiji 3 kg sering kehabisan sehingga membuat barang itu langka,” tutupnya.
M rohali
(ftr)