Menggelinding di Usia Muda

Minggu, 31 Mei 2015 - 15:15 WIB
Menggelinding di Usia...
Menggelinding di Usia Muda
A A A
Sudah fitrahnya, anak manusia dilahirkan dengan membawa potensi masing-masing. Berkembang atau tidaknya potensi itu, tetap bergantung dari masing-masing individu.

Jika terus digali, kemungkinan besar potensinya itu akan melejit dan mencapai puncak prestasi. Alisha Nabila Larasati adalah salah satu contoh yang sukses mengembangkan potensi yang dimilikinya. Atlet boling asal Kota Bandung ini termasuk salah satu atlet yang memperkuat tim boling Indonesia dalam SEA Games 2015 di Singapura dan siap membuat lagu Indonesia Raya berkumandang.

Berkat keuletannya itu, nama Alisha kini patut disejajarkan dengan nama-nama besar di tanah air, bahkan luar negeri. Ya, berkat kehebatannya dalam menggelindingkan bola bolling, gadis berkacamata ini mulai diperhitungkan para atlet boling dunia. Kelihaian gadis 19 tahun mengarahkan bola ke deretan pin ini, tentunya tidak didapat secara instan, dibutuhkan keuletan dan konsentrasi tinggi menekuni boling.

Tidak tanggung-tanggung, Alisha sudah bergelut dengan dunia yang melambungkan namanya itu sejak duduk di bangku SD. Untuk seorang atlet boling yang sudah berkiprah di level internasional, usia 19 tahun termasuk sangat muda. Sebab di cabor boling, cukup banyak atletnya yang masih matang dan berprestasi di usia 40’an.

Perkenalannya dengan boling tak lepas dari kebiasan ibunya kumpul menggelar kegiatan arisan. “Nahpada saat itu, ada salah satu teman mama yang bilang ‘wah, kayaknya seru nih kalau anak-anak kita main boling.’Dari sana lah, akhirnya saya bersama anakanak seusia saya main boling,” kata Alisha saat berbincang dengan KORAN SINDO di Siliwangi Bowling Center, Jalan Aceh, Kota Bandung.

Tidak hanya berlatih, potensi boling Alisha juga terus diasah dengan mengikuti berbagai permainan boling. “Kelas VI SD sudah mulai ambil pelatih,” paparnya. Latihan keras serta pendampingan yang dilakukan oleh pelatihnya, membuat Alisha kecil berubah jadi sosok yang ditakuti di arena bolling.

Sederet penghargaan sudah direbut oleh gadis kelahiran Bandung 24 April 1996 itu, saat masih usia SD. Kejurnas Boling Gubernur DKI Jaya Cup ke-34 bisa dikatakan sebagai awal keterlibatan Alisha di level nasional. Dia sukses merebut juara ketiga untuk kategori master junior SD.

Setelah itu, sederet prestasi di tingkat nasional, semakin memenuhi koleksi gadis berkulit kuning langsat itu. Pada 2009 dia mencoba merambah level internasional dan berpartisipasi di ajang 2nd Ancol International Open Ten Pin Bowling Championship 2009. Enam tahun berjalan sejak keikutsertaanya di ajang internasional, berbagai penghargaan sudah pernah diraih.

Dari sekian banyak event yang diikutinya, kejuaraan Alisha sukses menggondol medali perunggu di Asian Games Incheon 2014 untuk kategori Team of Fourputri. “Itu adalah ajang Asian Gamespertama yang saya ikuti dan sukses mendapatkan perunggu. Itu salah satu event yang sangat berkesan bagi saya,” paparnya.

“Terakhir yang saya ikuti adalah kejuaran Boling tingkat Internasional 2015 Pan American Prep Eventdi Orlando, Florida, AS. Di sana, alhamdulillah dapat medali perak untuk kategori Girl’s doubles,” ungkapnya. Intensitas pertandingan di level internasional membuat Alisha semakin matang, meskipun usianya masih sangat belia.

Tak hanya itu, dari ajang-ajang tersebut, juga bisa diketahui sejauh mana kualitas permainan atlet-atlet dari penjuru dunia. Dari sekian banyak atlet yang pernah sama-sama ikut dalam sebuah event, atletatlet dari Korsel bisa dikatakan yang paling bagus, dengan kualitas di atas rata-rata. Selain itu, regenerasi atlet di negera tersebut juga cukup cepat, jauh berbeda dengan di tanah air.

“Korea Selatan paling jago, regenerasinya juga bagus,” paparnya. Dalam beberapa turnamen, atlet boling dari Indonesia tidak jarang dianggap sebelah mata oleh peserta dari negara lain. Namun, alih-alih membuat putus asa, anggapan tersebut justru ditanggapi Alisha bersama teman-temannya sebagai dukungan tersendiri, ajang untuk pembuktian.

“Kami selalu dianggap underdog. Tapi ketika kami pulang, pasti selalu bawa medali. Kami tetap optimistis,” jelas dia. Sebagai manusia biasa, meskipun sudah sering mengikuti berbagai kejuaran, Alisha pernah mengalami nervous yang luar biasa. Apalagi jika yang menjadi lawan adalah atlet-atlet yang sudah dikenal sebagai langganan juara, seperti dari Korsel.

Namun, dukungaan yang diberikan oleh pelatih dan sesama pemain, mampu menyingkirkan perasaan nervousyang kemudian berujung manis. “Pernah merasakan nervous banget. Ada target, tekanan untuk main bagus, sementara saingan sangat handal.

Al - hamdullilah, semangat yang diberikan oleh teman-teman mampu membangkitkan semangat saya,” jelasnya. Sederet prestasi yang diraih oleh Alisha bersama teman-temannya sesama atlet boling, tentunya membumbungkan asa kita sebagai warga Indonesia. Dengan pengalaman yang semakin matang pada diri Alisha, kita akan selalu menunggu gelindingan bola Alisha berbuah pada semerbaknya keharuman Indonesia di dunia internasional.

Inin nastain
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1350 seconds (0.1#10.140)