Tanaman Padi Layu, Petani Subang Meradang
A
A
A
SUBANG - Para petani sawah di Kabupaten Subang Meradang. Pasalnya tanaman padi mereka yang baru berusia 25 hingga 40 hari layu kekeringan, akibat kurangnya pasokan air.
"Sudah tiga pekan ini hujan gak turun. Tanaman padi kami mulai layu gak kesiram air, sementara pasokan air dari sungai gak ada, karena Bendungan Leuwinangka masih diperbaiki," keluh Arcih (55), petani asal Desa Cidadap, Kecamatan Pagaden Barat.
Dikatakan, di Blok Tegalsalam perbatasan Desa Cidadap dengan Bendungan dan Margahayu, terdapat 20 hektar lebih tanaman padi yang kekeringan, dan terancam gagal puso. Selain di wilayah ini, kata dia, kekeringan juga melanda areal pesawahan di Desa Munjul.
"Sementara ini kami hanya mengandalkan air dengan cara menyedot lewat sumur bor. Tapi hasilnya gak banyak membantu. Itupun bagi petani yang punya mesin pompa . Petani yang gak punya, ya kepaksa padinya layu," paparnya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Subang H Otong Wiranta menuturkan, setiap tiba musim kemarau, sedikitnya ada 8.000 hektar areal pesawahan di wilayah pantura Subang yang sangat rawan dilanda kekeringan.
Ribuan hektar sawah ini, tersebar di empat kecamatan, yakni Pusakanagara, Pusakajaya, Pamanukan dan Legonkulon. "Tapi beberapa desa di Kecamatan Compreng dan Cipunagara juga terbilang rawan, karena sumber air terbatas," ujar Otong.
Selama ini, empat kecamatan tersebut mengandalkan pasokan air dari Bendung Salam Darma. Namun, karena aliran air dari bendung itu melewati Indramayu terlebih dahulu sebelum sampai ke pantura, akibatnya pasokan air yang sampai menjadi berkurang.
Solusinya, tegas dia, pembuatan sodetan Cipunagara sepanjang tujuh kilometer harus secepatnya direalisasikan pemerintah, untuk meningkatkan jatah pasokan air bagi areal sawah yang kondisinya rawan.
"Pompanisasi hanya solusi sementara, karena harus ada sumber air. Sedangkan di pantura kan minim sumbernya," katanya.
Saat ini, meski musim panen belum lama berlangsung, namun banyak petani sudah mulai kembali menggarap sawahnya. Diantaranya, di daerah Cipunagara, Subang, Pagaden, Pagaden Barat, dan sejumlah wilayah di pantura serta selatan.
"Kami berharap, rencana pemerintah untuk membangun sodetan segera diwujudkan, agar petani terbebas dari persoalan klasik kekurangan air," kata Otong.
Terpisah, Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Subang, Hendrawan, mengaku sudah mendapat informasi dari pemerintah pusat ihwal kepastian pembangunan sodetan Cipunagara. Jika terealisasi, sodetan diperkirakan mampu mengairi ribuan hektar sawah di lima kecamatan pantura.
"Targetnya, sodetan direalisasi tahun 2016 mendatang. Saat ini (tahun 2015,red) baru masuk tahap perencanaan," pungkasnya.
"Sudah tiga pekan ini hujan gak turun. Tanaman padi kami mulai layu gak kesiram air, sementara pasokan air dari sungai gak ada, karena Bendungan Leuwinangka masih diperbaiki," keluh Arcih (55), petani asal Desa Cidadap, Kecamatan Pagaden Barat.
Dikatakan, di Blok Tegalsalam perbatasan Desa Cidadap dengan Bendungan dan Margahayu, terdapat 20 hektar lebih tanaman padi yang kekeringan, dan terancam gagal puso. Selain di wilayah ini, kata dia, kekeringan juga melanda areal pesawahan di Desa Munjul.
"Sementara ini kami hanya mengandalkan air dengan cara menyedot lewat sumur bor. Tapi hasilnya gak banyak membantu. Itupun bagi petani yang punya mesin pompa . Petani yang gak punya, ya kepaksa padinya layu," paparnya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Subang H Otong Wiranta menuturkan, setiap tiba musim kemarau, sedikitnya ada 8.000 hektar areal pesawahan di wilayah pantura Subang yang sangat rawan dilanda kekeringan.
Ribuan hektar sawah ini, tersebar di empat kecamatan, yakni Pusakanagara, Pusakajaya, Pamanukan dan Legonkulon. "Tapi beberapa desa di Kecamatan Compreng dan Cipunagara juga terbilang rawan, karena sumber air terbatas," ujar Otong.
Selama ini, empat kecamatan tersebut mengandalkan pasokan air dari Bendung Salam Darma. Namun, karena aliran air dari bendung itu melewati Indramayu terlebih dahulu sebelum sampai ke pantura, akibatnya pasokan air yang sampai menjadi berkurang.
Solusinya, tegas dia, pembuatan sodetan Cipunagara sepanjang tujuh kilometer harus secepatnya direalisasikan pemerintah, untuk meningkatkan jatah pasokan air bagi areal sawah yang kondisinya rawan.
"Pompanisasi hanya solusi sementara, karena harus ada sumber air. Sedangkan di pantura kan minim sumbernya," katanya.
Saat ini, meski musim panen belum lama berlangsung, namun banyak petani sudah mulai kembali menggarap sawahnya. Diantaranya, di daerah Cipunagara, Subang, Pagaden, Pagaden Barat, dan sejumlah wilayah di pantura serta selatan.
"Kami berharap, rencana pemerintah untuk membangun sodetan segera diwujudkan, agar petani terbebas dari persoalan klasik kekurangan air," kata Otong.
Terpisah, Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Subang, Hendrawan, mengaku sudah mendapat informasi dari pemerintah pusat ihwal kepastian pembangunan sodetan Cipunagara. Jika terealisasi, sodetan diperkirakan mampu mengairi ribuan hektar sawah di lima kecamatan pantura.
"Targetnya, sodetan direalisasi tahun 2016 mendatang. Saat ini (tahun 2015,red) baru masuk tahap perencanaan," pungkasnya.
(nag)