FR Beres, JLLT Terbengkalai
A
A
A
PEMERINTAH Kota (Pemkot) Surabaya menargetkan akhir tahun ini proyek Frontage Road (FR) sisi barat Jalan Ahmad Yani rampung hingga titik Royal Plaza. Sisanya sampai titik Terminal Joyoboyo akan dilanjutkan tahun depan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pembebasan lahan FR sisi barat sejauh ini tidak ada kendala. Lahan yang ada depan Pusat Veterineria Farma (Pusvetma) milik Kementerian Pertanian juga sudah mendapat persetujuan dari presiden.
Begitu juga dengan lahan di depan Mapolda Jatim dan lahan di depan Hotel Cemara semua sudah beres. Sembari menunggu proses serah terima lahan secara legal formal, pemkot sudah siap mengerjakan FR di titik Mapolda. ”Insya Allah, akhir tahun ini kelar hingga depan Royal Plaza,” katanya. Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengatakan, tahun depan akan dilanjutkan titik Royal Plaza sampai Terminal Joyoboyo.
Pihaknya sudah memerintahkan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) untuk membebaskan lahan yang akan digunakan FR di antaranya lahan di depan RSI dan SMA Khodijah. ”Kalau dari ukuran lebar, FR yang ada di sisi barat memang lebih lebar dibanding sisi timur,” ujar perempuan yang akrab disapa Risma ini. Data DBMP Kota Surabaya menunjukkan FR Jalan Ahmad Yani sisi barat membentang sepanjang 4 kilometer. Total anggaran pembebasan lahan mencapai Rp200 miliar.
Namun, pengerjaan jalan yang bertujuan mengurai kemacetan lalu lintas arah Surabaya-Sidorjo maupun sebaliknya ini sedikit terkendala pembebasan lahan. Untuk lahan milik BUMN akan menggunakan aturan di BUMN yang bersangkutan. Jika lahan milik pemerintah akan menggunakan mekanisme saling hibah. Kalau lahan itu miliki perorangan, maka akan ganti rugi lahan seperti pada umumnya. Tahun ini pemkot menyiapkan anggaran sebesar Rp70 miliar untuk mengerjakan FR sisi barat.
Anggaran itu hanya khusus untuk biaya pengerjaan jalan. Sementara untuk ganti rugi lahan masih belum dipastikan tergantung kesepakatan dengan pemilik lahan. Tahun ini lahan yang akan dikerjakan di antaranya di depan Kantor Dinas Peternakan (Disnak) Jatim, Dinas Pertanian (Distan) Jatim, Badan Urusan Logistik (Bulog) Jatim, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Satuan Kordinator Pelaksana (Satkorlak) Jatim, Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), Universitas Bhayangkara (Ubhara), dan Polda Jatim.
Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Vinsensius, berharap pengerjaan FR sisi barat bisa sesuai rencana. Pihaknya juga meminta agar infrastruktur penunjang, seperti traffic light (TL) dan rambu-rambu untuk pengaturan arus lalu lintas sudah disiapkan. Politikus Partai NasDem ini tidak ingin progres pembangunan FR sisi barat banyak hambatan seperti hal FR sisi timur.
FR sisi timur sempat mengalami kendala yang rumit ketika harus berurusan dengan pemilik lahan, yakni IAIN Sunan Ampel. ”Proyek-proyek saluran yang ada di sekitar FR, saya harap segera diselesaikan. Jika tidak, bisa-bisa terjadi banjir,” katanya. Sementara setelah sekian lama terbengkalai, pembangunan proyek FR sisi timur, tepatnya di depan Kampus Universitas Islam Negeri (UINSA), berhasil diselesaikan.
Sebelumnya pembangunan FR depan Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan hingga JX International juga sudah tuntas. FR sisi timur saat ini sudah beroperasi penuh dengan titik diawali dari RSAL dr Ramelan sampai Waru, Sidoarjo. Sejumlah tiang TL sudah dipasang. Pemkot Surabaya mengucurkan dana sekitar Rp34 miliar untuk pembangunan FR sisi timur ini.
Sementara untuk proyek jalan lingkar luar timur (JLLT) sampai saat ini masih menggantung. Pasalnya, proyek jalan sepanjang 18 kilometer (km) itu menunggu kepastian penetapan lokasi (penlok) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim). Di sisi lain, pemkot menargetkan pertengahan tahun ini pembebasan lahan segera dituntaskan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Sonhaji mengatakan, pihaknya belum bisa melakukan langkah signifikan terkait proyek JLLT. Sebab pihaknya terhambat belum turun SK Penlok dari Gubernur Jatim. Sementara surat pengajuan penlok itu sudah dimasukkan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) sejak awal tahun ini. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda penlok disetujui gubernur.
”Tahapan untuk pembangunan proyek setelah penlok diturunkan adalah pembebasan lahan,” katanya. Pemkot sudah menyiapkan dana sebesar Rp100 miliar untuk pembangunan jalan itu. Namun kembali lagi, pembebasan belum bisa dilakukan tanpa ada SK Penlok. Pihaknya berharap Pemprov Jatim bisa menyegerakan penlok agar bisa keluar. Sebab setelah penlok keluar, DBMP juga akan segera mengerjakan Detail Engeneering Desain (DED) dari jalan itu.
JLLT rencananya akan dibangun membentang di sisi timur jalan Middle East Ring Road (MERR). Jalan ini akan membela beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kenjeran, Bulak, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gunung Ayar. ”Jalan ini akan memberi sarana infrastruktur yang bagus lantaran dirancang bebas hambatan namun tidak berbayar,” ungkapnya. Jalan yang akan dibangun mempunyai lebar 60 meter dengan lima lajur.
Tidak hanya itu, jalan ini akan dilengkapi jalur lambat, seperti frontage road sehingga bisa memberikan akses jalan yang luas dan lancar serta bebas macet. Selain menyiapkan JLLT, jalan lingkar luar barat (JLLB) juga kini tengah disiapkan pemkot. Dibanding dengan JLLT, menurut Agus, pemkot akan memprioritaskan penyelesaian JLLB. Karena jika dibandingkan dengan JLLT, JLLB akan lebih mendatangkan manfaat untuk perekonomian. Sebagaimana diketahui JLLB akan dibangun memanjang 26 kilometer dari Pelindo Perak sampai perbatasan Kota Surabaya dengan Sidoarjo.
”Ini amanah pusat agar disediakan jalan yang bisa langsung ke Perak tanpa hambatan,” tuturnya. Agus menyebutkan, di JLLB akan melibatkan banyak pengembang sehingga pemkot lebih ringan dalam penggarapannya. Sebab sekitar 60% penggarapan JLLB akan dibantu pengembang. Karena banyak tanah fasum yang disumbangkan dan juga jalan yang dibangun pengembang di kawasan Surabaya Barat akan disambungkan langsung dengan jalan pemerintah.
”Di sana (JLLB) lebih siap, pengembangnya lebih banyak, lebih dari 50%, dan di sana juga dekat dengan pelabuhan sehingga manfaatnya akan lebih besar daripada JLLB,” ujarnya.
Lukman hakim
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pembebasan lahan FR sisi barat sejauh ini tidak ada kendala. Lahan yang ada depan Pusat Veterineria Farma (Pusvetma) milik Kementerian Pertanian juga sudah mendapat persetujuan dari presiden.
Begitu juga dengan lahan di depan Mapolda Jatim dan lahan di depan Hotel Cemara semua sudah beres. Sembari menunggu proses serah terima lahan secara legal formal, pemkot sudah siap mengerjakan FR di titik Mapolda. ”Insya Allah, akhir tahun ini kelar hingga depan Royal Plaza,” katanya. Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengatakan, tahun depan akan dilanjutkan titik Royal Plaza sampai Terminal Joyoboyo.
Pihaknya sudah memerintahkan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) untuk membebaskan lahan yang akan digunakan FR di antaranya lahan di depan RSI dan SMA Khodijah. ”Kalau dari ukuran lebar, FR yang ada di sisi barat memang lebih lebar dibanding sisi timur,” ujar perempuan yang akrab disapa Risma ini. Data DBMP Kota Surabaya menunjukkan FR Jalan Ahmad Yani sisi barat membentang sepanjang 4 kilometer. Total anggaran pembebasan lahan mencapai Rp200 miliar.
Namun, pengerjaan jalan yang bertujuan mengurai kemacetan lalu lintas arah Surabaya-Sidorjo maupun sebaliknya ini sedikit terkendala pembebasan lahan. Untuk lahan milik BUMN akan menggunakan aturan di BUMN yang bersangkutan. Jika lahan milik pemerintah akan menggunakan mekanisme saling hibah. Kalau lahan itu miliki perorangan, maka akan ganti rugi lahan seperti pada umumnya. Tahun ini pemkot menyiapkan anggaran sebesar Rp70 miliar untuk mengerjakan FR sisi barat.
Anggaran itu hanya khusus untuk biaya pengerjaan jalan. Sementara untuk ganti rugi lahan masih belum dipastikan tergantung kesepakatan dengan pemilik lahan. Tahun ini lahan yang akan dikerjakan di antaranya di depan Kantor Dinas Peternakan (Disnak) Jatim, Dinas Pertanian (Distan) Jatim, Badan Urusan Logistik (Bulog) Jatim, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Satuan Kordinator Pelaksana (Satkorlak) Jatim, Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), Universitas Bhayangkara (Ubhara), dan Polda Jatim.
Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Vinsensius, berharap pengerjaan FR sisi barat bisa sesuai rencana. Pihaknya juga meminta agar infrastruktur penunjang, seperti traffic light (TL) dan rambu-rambu untuk pengaturan arus lalu lintas sudah disiapkan. Politikus Partai NasDem ini tidak ingin progres pembangunan FR sisi barat banyak hambatan seperti hal FR sisi timur.
FR sisi timur sempat mengalami kendala yang rumit ketika harus berurusan dengan pemilik lahan, yakni IAIN Sunan Ampel. ”Proyek-proyek saluran yang ada di sekitar FR, saya harap segera diselesaikan. Jika tidak, bisa-bisa terjadi banjir,” katanya. Sementara setelah sekian lama terbengkalai, pembangunan proyek FR sisi timur, tepatnya di depan Kampus Universitas Islam Negeri (UINSA), berhasil diselesaikan.
Sebelumnya pembangunan FR depan Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan hingga JX International juga sudah tuntas. FR sisi timur saat ini sudah beroperasi penuh dengan titik diawali dari RSAL dr Ramelan sampai Waru, Sidoarjo. Sejumlah tiang TL sudah dipasang. Pemkot Surabaya mengucurkan dana sekitar Rp34 miliar untuk pembangunan FR sisi timur ini.
Sementara untuk proyek jalan lingkar luar timur (JLLT) sampai saat ini masih menggantung. Pasalnya, proyek jalan sepanjang 18 kilometer (km) itu menunggu kepastian penetapan lokasi (penlok) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim). Di sisi lain, pemkot menargetkan pertengahan tahun ini pembebasan lahan segera dituntaskan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Sonhaji mengatakan, pihaknya belum bisa melakukan langkah signifikan terkait proyek JLLT. Sebab pihaknya terhambat belum turun SK Penlok dari Gubernur Jatim. Sementara surat pengajuan penlok itu sudah dimasukkan Dinas Bina Marga dan Pematusan (DBMP) sejak awal tahun ini. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda penlok disetujui gubernur.
”Tahapan untuk pembangunan proyek setelah penlok diturunkan adalah pembebasan lahan,” katanya. Pemkot sudah menyiapkan dana sebesar Rp100 miliar untuk pembangunan jalan itu. Namun kembali lagi, pembebasan belum bisa dilakukan tanpa ada SK Penlok. Pihaknya berharap Pemprov Jatim bisa menyegerakan penlok agar bisa keluar. Sebab setelah penlok keluar, DBMP juga akan segera mengerjakan Detail Engeneering Desain (DED) dari jalan itu.
JLLT rencananya akan dibangun membentang di sisi timur jalan Middle East Ring Road (MERR). Jalan ini akan membela beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kenjeran, Bulak, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gunung Ayar. ”Jalan ini akan memberi sarana infrastruktur yang bagus lantaran dirancang bebas hambatan namun tidak berbayar,” ungkapnya. Jalan yang akan dibangun mempunyai lebar 60 meter dengan lima lajur.
Tidak hanya itu, jalan ini akan dilengkapi jalur lambat, seperti frontage road sehingga bisa memberikan akses jalan yang luas dan lancar serta bebas macet. Selain menyiapkan JLLT, jalan lingkar luar barat (JLLB) juga kini tengah disiapkan pemkot. Dibanding dengan JLLT, menurut Agus, pemkot akan memprioritaskan penyelesaian JLLB. Karena jika dibandingkan dengan JLLT, JLLB akan lebih mendatangkan manfaat untuk perekonomian. Sebagaimana diketahui JLLB akan dibangun memanjang 26 kilometer dari Pelindo Perak sampai perbatasan Kota Surabaya dengan Sidoarjo.
”Ini amanah pusat agar disediakan jalan yang bisa langsung ke Perak tanpa hambatan,” tuturnya. Agus menyebutkan, di JLLB akan melibatkan banyak pengembang sehingga pemkot lebih ringan dalam penggarapannya. Sebab sekitar 60% penggarapan JLLB akan dibantu pengembang. Karena banyak tanah fasum yang disumbangkan dan juga jalan yang dibangun pengembang di kawasan Surabaya Barat akan disambungkan langsung dengan jalan pemerintah.
”Di sana (JLLB) lebih siap, pengembangnya lebih banyak, lebih dari 50%, dan di sana juga dekat dengan pelabuhan sehingga manfaatnya akan lebih besar daripada JLLB,” ujarnya.
Lukman hakim
(ars)