Teluk Lamong Pesaing Kuat Pelabuhan Singapura
A
A
A
SURABAYA - Indonesia mulai mengejar ketertinggalan dalam bisnis logistik. Peresmian Terminal Teluk Lamong dan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin menjadi psywar bagi Singapura.
Kapal-kapal barang berukuran besar kini bisa melewati APBS tanpa harus mampir terlebih dahulu ke pelabuhan Singapura seperti yang selama ini terjadi. “Persaingan kita ini bukan antarprovinsi lagi, tetapi antarnegara. Jika kita bisa memangkas biaya logistik, maka barang kita bisa bersaing dengan negara lain,” kata Presiden Jokowi pada saat peresmian Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dan Terminal Teluk Lamong di Surabaya, kemarin.
Peresmian APBS dan Teluk Lamong ini menunjukkan kesiapan Indonesia menghadapi pasar bebas yang akan diterapkan akhir tahun ini. Pembangunan infrastruktur di laut merupakan wujud usaha menekan biaya operasional dalam pengiriman barang. Apabila antarpelabuhan sudah terkoneksi, pihaknya akan membangun sistem logistik nasional yang dioperasionalkan dalam satu tempat.
“Saya membayangkan biaya logistik akan jatuh separo atau sepertiganya, saat ini sangat mahal dibandingkan negara lain,” tutur mantan Gubernur DKI Jakarta ini. APBS adalah akses masuk ke kawasan Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Akses ini berhasil direvitalisasi dengan cara diperdalam dan diperlebar. APBS sebelumnya hanya memiliki kedalaman minus 9,5 meter low water sping (LWS) dan lebar 100 meter.
Kondisi ini mengakibatkan ukuran kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak menjadi terbatas. Setelah revitalisasi, APBS memiliki kedalaman hingga minus 13 meter LWS dan lebar 150 meter. “Kami bermaksud mengawali kebangkitan maritim Indonesia dari Jawa Timur atau Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,” kata Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto.
Dia mengatakan, revitalisasi APBS dan beroperasinya Terminal Teluk Lamong membuat daya saing Indonesia sebagai negara maritim akan semakin meningkat. “Dulu APBS hanya bisa dilalui kapal-kapal berukuran 15 ribu deadweight tonnage (DWT). Pascarevitalisasi kapal-kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya bisa mencapai 80 ribu DWT,” ujarnya.
Pencapaian ini sangat menguntungkan, bukan hanya bagi Pelindo III, tetapi juga pelabuhan- pelabuhan dan industri di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak. Pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik misalnya, sebelum revitalisasi kapal-kapal mereka hanya mampu membawa 15 ribu ton fosfat. Kini dengan alur memadai mereka dapat mendatangkan kapal-kapal bermuatan 60 hingga 80 ribu ton fosfat.
Tidak hanya itu, kapal-kapal pengangkut peti kemas yang selama ini hanya mampu mengangkut muatan 1.500 TEUs kini dapat membawa 3.000 TEUs. Kondisi ini tentu akan berdampak pada daya saing logistik nasional yang berpengaruh terhadap harga jual barang kepada konsumen. “Dengan kondisi APBS saat ini, memungkinkan Pelabuhan Tanjung Perak membuka jalur pelayaran langsung menuju Tiongkok maupun negara-negara lainnya, tidak perlu melalui Singapura,” kata Djarwo.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, keberadaan Teluk Lamong bisa meningkatkan perekonomian Jatim. Pada awal tahun 2015 terjadi penurunan ekonomi, tetapi menjelang triwulan kedua mengalami peningkatan. “Saya yakin triwulan kedua ini akan stabil. Ini terjadi karena pengembangan infrastruktur masih berjalan,” katanya.
Selain Teluk Lamong, pembangunan infrastruktur lain yang berjalan di antaranya pengembangan Tol Transjawa Ngawi-Kertosono, rel KA double track , dan Juanda Airport City. “Pengembangan ini akan meningkatkan perekonomian Jatim secara keseluruhan,” kata Karwo.
Tercanggih dan Ramah Lingkungan
Sementara untuk meningkatkan daya saing terminal, Pelindo III membangun Terminal Teluk Lamong sebagai perluasan dari Pelabuhan Tanjung Perak. Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III, Husein Latief mengungkapkan, Terminal Teluk Lamong tahap pertama memiliki luas sekitar 40 hektare. Terminal ini mulai dibangun sejak tahun 2010 lalu dan dinyatakan selesai tahun 2014.
Terminal ini akan digunakan untuk melayani peti kemas domestik, peti kemas internasional, dan curah kering, dengan standar pangan. “Terminal Teluk Lamong tahap pertama ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering akan siap tahun 2016 dengan kapasitas 5 juta ton,” katanya.
Husein menuturkan, Terminal Teluk Lamong disebut-sebut sebagai terminal tercanggih dan pertama di Indonesia yang menggunakan sistem operasi otomatis dan ramah lingkungan. Hampir sebagian besar alatalatnya digerakkan dengan tenaga listrik dan gas. Hanya beberapa alat masih menggunakan bahan bakar minyak dan itu pun bahan bakar dengan standar EURO 4.
“Bahkan ada alat yang di atasnya tidak ada operatornya. Alat tersebut dioperasikan dari ruang kontrol oleh operatoroperator perempuan. Ini untuk meminimalkan risiko kecelakaan di dalam terminal. Ada 150 karyawan yang ada di Teluk Lamong,” katanya. Pemilihan alat-alat dengan teknologi canggih itu didasarkan pada semangat mengurangi emisi gas karbon di lingkungan pelabuhan.
Selama ini pelabuhan identik dengan kawasan kotor dan sebagai sumber polusi udara. Untuk mendukung pasokan tenaga listrik, Pelindo III juga berencana membangun pembangkit listrik tenaga mesin gas. Pelindo III membutuhkan investasi sebesar Rp4,65 triliun untuk membangun proyekproyek itu.
Sumber pendanaan dari internal perusahaan dan pinjaman modal. Bahkan, untuk mendukung proyek-proyek Pelindo III lainnya, perseroan pada Oktober tahun 2014 meminjam global (global bond) dengan nilai USD 500 juta. Keberhasilan Pelindo III dalam memperoleh global bond menjadikan perseroan sebagai BUMN keempat serta BUMN infrastruktur pertama memperoleh kepercayaan internasional.
“Revitalisasi APBS dan pembangunan Terminal Teluk Lamong hanya contoh saja. Masih banyak proyek pengembangan pelabuhan yang kami lakukan di seluruh wilayah kerja kami,” katanya. Proyek besar Pelindo III lainnya yang kini masih proses pengerjaan adalah pembangunan Java Integrated Industrial and Port Estate. Proyek itu akan menggabungkan kawasan pelabuhan dan kawasan industri dalam satu area dengan luas sekitar 2.500 hektar.
Menurut rencana proyek ini akan selesai dan mulai beroperasi pada 2017 mendatang. Sebelumnya pada Oktober tahun lalu, Pelindo III juga telah meresmikan Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara yang merupakan terminal penumpang modern pertama di Indonesia.
Arief ardliyanto/ heru febrianto
Kapal-kapal barang berukuran besar kini bisa melewati APBS tanpa harus mampir terlebih dahulu ke pelabuhan Singapura seperti yang selama ini terjadi. “Persaingan kita ini bukan antarprovinsi lagi, tetapi antarnegara. Jika kita bisa memangkas biaya logistik, maka barang kita bisa bersaing dengan negara lain,” kata Presiden Jokowi pada saat peresmian Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dan Terminal Teluk Lamong di Surabaya, kemarin.
Peresmian APBS dan Teluk Lamong ini menunjukkan kesiapan Indonesia menghadapi pasar bebas yang akan diterapkan akhir tahun ini. Pembangunan infrastruktur di laut merupakan wujud usaha menekan biaya operasional dalam pengiriman barang. Apabila antarpelabuhan sudah terkoneksi, pihaknya akan membangun sistem logistik nasional yang dioperasionalkan dalam satu tempat.
“Saya membayangkan biaya logistik akan jatuh separo atau sepertiganya, saat ini sangat mahal dibandingkan negara lain,” tutur mantan Gubernur DKI Jakarta ini. APBS adalah akses masuk ke kawasan Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Akses ini berhasil direvitalisasi dengan cara diperdalam dan diperlebar. APBS sebelumnya hanya memiliki kedalaman minus 9,5 meter low water sping (LWS) dan lebar 100 meter.
Kondisi ini mengakibatkan ukuran kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak menjadi terbatas. Setelah revitalisasi, APBS memiliki kedalaman hingga minus 13 meter LWS dan lebar 150 meter. “Kami bermaksud mengawali kebangkitan maritim Indonesia dari Jawa Timur atau Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,” kata Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto.
Dia mengatakan, revitalisasi APBS dan beroperasinya Terminal Teluk Lamong membuat daya saing Indonesia sebagai negara maritim akan semakin meningkat. “Dulu APBS hanya bisa dilalui kapal-kapal berukuran 15 ribu deadweight tonnage (DWT). Pascarevitalisasi kapal-kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya bisa mencapai 80 ribu DWT,” ujarnya.
Pencapaian ini sangat menguntungkan, bukan hanya bagi Pelindo III, tetapi juga pelabuhan- pelabuhan dan industri di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak. Pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik misalnya, sebelum revitalisasi kapal-kapal mereka hanya mampu membawa 15 ribu ton fosfat. Kini dengan alur memadai mereka dapat mendatangkan kapal-kapal bermuatan 60 hingga 80 ribu ton fosfat.
Tidak hanya itu, kapal-kapal pengangkut peti kemas yang selama ini hanya mampu mengangkut muatan 1.500 TEUs kini dapat membawa 3.000 TEUs. Kondisi ini tentu akan berdampak pada daya saing logistik nasional yang berpengaruh terhadap harga jual barang kepada konsumen. “Dengan kondisi APBS saat ini, memungkinkan Pelabuhan Tanjung Perak membuka jalur pelayaran langsung menuju Tiongkok maupun negara-negara lainnya, tidak perlu melalui Singapura,” kata Djarwo.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, keberadaan Teluk Lamong bisa meningkatkan perekonomian Jatim. Pada awal tahun 2015 terjadi penurunan ekonomi, tetapi menjelang triwulan kedua mengalami peningkatan. “Saya yakin triwulan kedua ini akan stabil. Ini terjadi karena pengembangan infrastruktur masih berjalan,” katanya.
Selain Teluk Lamong, pembangunan infrastruktur lain yang berjalan di antaranya pengembangan Tol Transjawa Ngawi-Kertosono, rel KA double track , dan Juanda Airport City. “Pengembangan ini akan meningkatkan perekonomian Jatim secara keseluruhan,” kata Karwo.
Tercanggih dan Ramah Lingkungan
Sementara untuk meningkatkan daya saing terminal, Pelindo III membangun Terminal Teluk Lamong sebagai perluasan dari Pelabuhan Tanjung Perak. Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III, Husein Latief mengungkapkan, Terminal Teluk Lamong tahap pertama memiliki luas sekitar 40 hektare. Terminal ini mulai dibangun sejak tahun 2010 lalu dan dinyatakan selesai tahun 2014.
Terminal ini akan digunakan untuk melayani peti kemas domestik, peti kemas internasional, dan curah kering, dengan standar pangan. “Terminal Teluk Lamong tahap pertama ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering akan siap tahun 2016 dengan kapasitas 5 juta ton,” katanya.
Husein menuturkan, Terminal Teluk Lamong disebut-sebut sebagai terminal tercanggih dan pertama di Indonesia yang menggunakan sistem operasi otomatis dan ramah lingkungan. Hampir sebagian besar alatalatnya digerakkan dengan tenaga listrik dan gas. Hanya beberapa alat masih menggunakan bahan bakar minyak dan itu pun bahan bakar dengan standar EURO 4.
“Bahkan ada alat yang di atasnya tidak ada operatornya. Alat tersebut dioperasikan dari ruang kontrol oleh operatoroperator perempuan. Ini untuk meminimalkan risiko kecelakaan di dalam terminal. Ada 150 karyawan yang ada di Teluk Lamong,” katanya. Pemilihan alat-alat dengan teknologi canggih itu didasarkan pada semangat mengurangi emisi gas karbon di lingkungan pelabuhan.
Selama ini pelabuhan identik dengan kawasan kotor dan sebagai sumber polusi udara. Untuk mendukung pasokan tenaga listrik, Pelindo III juga berencana membangun pembangkit listrik tenaga mesin gas. Pelindo III membutuhkan investasi sebesar Rp4,65 triliun untuk membangun proyekproyek itu.
Sumber pendanaan dari internal perusahaan dan pinjaman modal. Bahkan, untuk mendukung proyek-proyek Pelindo III lainnya, perseroan pada Oktober tahun 2014 meminjam global (global bond) dengan nilai USD 500 juta. Keberhasilan Pelindo III dalam memperoleh global bond menjadikan perseroan sebagai BUMN keempat serta BUMN infrastruktur pertama memperoleh kepercayaan internasional.
“Revitalisasi APBS dan pembangunan Terminal Teluk Lamong hanya contoh saja. Masih banyak proyek pengembangan pelabuhan yang kami lakukan di seluruh wilayah kerja kami,” katanya. Proyek besar Pelindo III lainnya yang kini masih proses pengerjaan adalah pembangunan Java Integrated Industrial and Port Estate. Proyek itu akan menggabungkan kawasan pelabuhan dan kawasan industri dalam satu area dengan luas sekitar 2.500 hektar.
Menurut rencana proyek ini akan selesai dan mulai beroperasi pada 2017 mendatang. Sebelumnya pada Oktober tahun lalu, Pelindo III juga telah meresmikan Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara yang merupakan terminal penumpang modern pertama di Indonesia.
Arief ardliyanto/ heru febrianto
(bbg)