Beras Plastik Dibuat dari Bahan Dasar Paralon
A
A
A
BEKASI - Temuan beras sintentis di Kota Bekasi dipastikan positif berbahan dasar plastik. Peredaran beras yang mem bahayakan kesehatan tersebut di duga sudah meluas di pasaran, terutama di Kota Bekasi.
Kemarin, seorang warga kembali me la porkan beras yang dibelinya juga berbahan sintetis. Kepastian beras berbahan sin tetis yang ditemukan di Pasar Tanah Merah, Perumahan Mutiara Gading Timur (MGT), Kecamatan Mustikajaya, positif berbahan dasar plastik di sampaikan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, kemarin.
Menurut dia, kepastian tersebut merupakan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium milik PT Sucofindo di wilayah Cibitung, Kabupaten Bekasi. Berdasarkan data dari PT Sucofindo, beras sin tetis tersebut mengandung bahan dasar pembuatan pipa paralon, kabel, dan lainnya. Kandungan senyawa tersebut identik dengan plyfiner, bahan baku pipa plastik.
“Beras sintetis itu sangat berbahaya bagi kesehatan manusia bila dikonsumsi.”Makan beras itu, sama saja kita menelan bahan plastik,” kata Rahmat. Kabag Pengujian Labora torium PT Sucofindo Bekasi Adisam ZN memaparkan, hasil uji lab pada beras itu terdapat tiga unsur plasticer plastik, di antaranya, BBP (Benzyil butyl phtalate), DEHP (Dis 2-ethylexyl phatalate), dan DINP (Diisionyl Phatalate).
Dengan demikian kandungan beras sitentiis tersebut sama dengan senyawa plastik. Dia menuturkan, beras yang diuji merupakan contoh yang diambil dari pembeli yaitu Dewi Septiani, dan dari penjual beras Sembiring. Masing-masing yang diuji sebanyak 250 gram. Ada pun proses pengujian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama menggunakan alat yang sensitif dapat mendeteksi kandungan plastik.
Hasil pengujian pertama menunjukkan tiga unsur tersebut. Kemudian Sucofindo menguji dengan alat lain yang lebih sensitif, dan hasilnya memang sama. Dari pengujian itu diketahui beras sintetis tersebut sudah dioplos dengan beras alami. Namun, lanjut dia, dari dua jenis beras tersebut sama-sama mengandung protein. Hanya, beras plastik kandungan proteinya lebih tinggi yaitu mencapai 7,38 gram, sedangkan beras alami kandungan proteinnya mencapai 6 gram lebih.
“Ciri-ciri beras plastik yang diuji, kata dia, adalah bening, jika dipatahkan tanpa ada bekas kapur atau karbohidrat. Sedangkan, dalam beras alami terlihat lebih putih, dan jika dipatahkan keluar kandungan kapurnya’’ jelasnya.
Sementara itu, meski Sucofindo sudah memastikan beras sintetis berbahan dasar plastik, Polresta Bekasi Kota tidak akan menggunakannya sebagai bahan penyelidikan lanjut terkait hasil pengujian beras yang disita di Pasar Tanah Merah Perumahan Mutiara Gading, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Selasa (19/5) lalu.
”Hasil lab dari PT Sucofindo tidak bisa kami gunakan untuk keperluan penyidikan, walaupun hasilnya beras itu mengandung plastik,” ujar Kapol resta Bekasi Kota Kombes Rudi Setiawan kepada wartawan. Rudi mengaku masih menunggu hasil laboratorium dari tiga lembaga terkait, yakni Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengetahui secara langsung isi kandungan beras itu,
Kementrian Pertanian dan Laboratorium Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengetahui butiran itu jenis beras atau bukan, dan Puslabpor Mabes Polri. Namun untuk penyidikan, polisi sudah memeriksa pelapor, pemilik toko beras dan karyawanya, serta supplier beras dari Duren Jaya, Bekasi Timur.
“Kami belum bisa menetapkan status tersangka kepada supplier tersebut. Namun, semua yang sudah diperiksa penyidik masih berstatus sebagai saksi. Kami masih telusuri dan dalami darimana beras itu di dapatkan, saya kira ada distributor besar yang menyuplainya,” ungkap Kapolres.
Kementerian Perdagangan juga mengaku masih harus menunggu hasil uji laboratorium dari Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kendati hasil uji laboratorium Sucofindo sudah menyatakan bahwa beras tersebut positif mengandung bahan baku plastik.
Direktur Jenderal Standa risasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, Widodo, menuturkan, hasil uji lab dari Bareskrim dan BPOM tersebut diperkirakan dalam waktu dekat akan bisa disampaikan untuk memastikan apakah benar bahwa beras yang diuji tersebut mengandung plas tik atau tidak. “Saya belum mengetahui apa mereknya, kita melakukan pengambilan sample yang sama (antara yang diuji oleh Sucofindon dengan BPOM dan Bareskrim),” ucap Wododo.
Warga Kembali Melapor
Beras sitentis dikhawa tirkan sudah meluas di pasaran, terutama di Kota Bekasi. Kemarin, Agasta Fransisca, 17, warga Kota Bekasi, mendatangi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi untuk melaporkan kecurigaaannya bahwa beras yang dibelinya juga sintetis. Saat datang ke Disperindag - kop, dia membawa segenggam beras yang memang mirip dengan beras sintetis yang ditemukan di Pasar Mutiara Gading Timur.
Wanita yang baru saja lulus SMA ini mengaku, beras yang dimasaknya itu aromanya berbeda dan memang berbau plastik. ”Saya membeli beras ini dua bulan lalu di toko beras di wilayah Harapan Baru,” kata warga Kampung Rawa pasung, Kelurahan Kota Baru, Bekasi Barat ini. Merespons temuan beras sintetis, Kapolda Jabar Irjen Pol Mochamad Iriawan menyatakan telah membentuk tim khusus menelusuri keberadaan be ras sintetis untuk kemudian diamankan dan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
“Saya sudah bentuk tim, sudah berang kat ke beberapa tempat titik rawan,” kata Kapolda usai meninjau pelaksanaan pemilihan kepala desa serempak di Garut, kemarin. Dia menilai peredaran beras sintetis tersebut telah mengarah pada tindakan pidana selain mengacu kepada undang-undang konsumen dan penipuan juga membahayakan kesehatan manusia. “Kalau beras plastik kan pidananya ada selain undang-undang konsumen dan penipuan juga merusak kesehatan,” katanya.
Kota Bandung Aman
Kota Bandung dinilai aman dari peredaran beras plastik atau sintetis. Kesimpulan itu diperoleh setelah Distan KP, BPOM, Diskoperindag UKM, dan Polrestabes Bandung menguji sampel beras dari beberapa pasar di Kota Kembang. Hasil pengujian itu, tim gabungan tak menemukan beras plastik beredar di kota berjuluk Parjis van Java ini.
Kemarin, tim gabungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Diskoperindang UKM, dan Polrestabes Bandung melak sanakan inspek si menda dak (sidak) di dua lokasi, yakni distributor beras di kawasan Jamika dan Carrefour Kiaracondong. Sementara itu, para pedagang dan pembeli beras di Pasar Atas Baru, Jalan Kolonel Masturi Kota Cimahi resah terkait temuan beras plastik di Kota Bekasi.
Namun, Pemkot Cimahi belum melakukan tindakan konkret dalam mencegah beras plastik masuk ke Kota Cimahi. Ai, 50, Salah seorang pedagang beras di pasar Atas Kota Cimahi menuturkan, hampir semua pembeli menanyakan tentang keaslian beras yang akan dibeli. Dia sendiri me ngaku khawatir beras plastik ber edar di Kota Cimahi. “Harusnya pemerintah pro aktif dengan memperlihatkan contoh beras sintetis itu,” kata Ai.
Beli Langsung di Penggilingan
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Distan KP) Kabupaten Tasikmalaya Hendry Nugroho mengimbau masyarakat untuk membeli beras langsung dari petani atau tempat penggilingan padi untuk menjamin kualitas beras yang mereka beli. Meski begitu di Kabupaten Tasikmalaya dipastikan beras yang diper jual belikan di pasaran di Kabupaten Tasikmalaya terkontrol.
Distan KP dan Diskoperindag Kabupaten Tasikmalaya langsung bergerak mengawasi pasokan dan penjualan beras di Kabupaten Tasikmalaya. “Kami belum menemukan beras plastik di Kabupaten Tasikma laya. Namun kami terus waspada jangan sampai kecolongan,” ungkap Hendri.
Untuk urusan pengawasan pendistribusian dan perdagangan beras, pihaknya menyerahkan kepada Diskoperindag. Sementara Distan KP lebih kepada cara mengetahui keaslian beras. Jika membeli beras dari kios beras, maka pastikan beras tersebut mengandung debu halus sisa bekatul.
Sementara itu,Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disindagsar) Kabupaten Subang menggelar sidak ke empat pasar tradisional di ka wasan pantura, yakni Pasar Inpres Pamanukan, Ciasem, Suka mandi, dan Pusakanagara, kemarin.
“Sejauh ini, kami belum te mu kan beras plastik beredar di Subang. Tapi sebagai langkah antisipasi, keempat pasar itu kami pantau ketat,” kata Kepala Disindagsar Subang Hidayat kepada KORAN SINDO, kemarin.
Dian rosadi/ nur azis/ nanang kuswara/ usep husaeni/ abdullah m surjaya
Kemarin, seorang warga kembali me la porkan beras yang dibelinya juga berbahan sintetis. Kepastian beras berbahan sin tetis yang ditemukan di Pasar Tanah Merah, Perumahan Mutiara Gading Timur (MGT), Kecamatan Mustikajaya, positif berbahan dasar plastik di sampaikan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, kemarin.
Menurut dia, kepastian tersebut merupakan hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium milik PT Sucofindo di wilayah Cibitung, Kabupaten Bekasi. Berdasarkan data dari PT Sucofindo, beras sin tetis tersebut mengandung bahan dasar pembuatan pipa paralon, kabel, dan lainnya. Kandungan senyawa tersebut identik dengan plyfiner, bahan baku pipa plastik.
“Beras sintetis itu sangat berbahaya bagi kesehatan manusia bila dikonsumsi.”Makan beras itu, sama saja kita menelan bahan plastik,” kata Rahmat. Kabag Pengujian Labora torium PT Sucofindo Bekasi Adisam ZN memaparkan, hasil uji lab pada beras itu terdapat tiga unsur plasticer plastik, di antaranya, BBP (Benzyil butyl phtalate), DEHP (Dis 2-ethylexyl phatalate), dan DINP (Diisionyl Phatalate).
Dengan demikian kandungan beras sitentiis tersebut sama dengan senyawa plastik. Dia menuturkan, beras yang diuji merupakan contoh yang diambil dari pembeli yaitu Dewi Septiani, dan dari penjual beras Sembiring. Masing-masing yang diuji sebanyak 250 gram. Ada pun proses pengujian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama menggunakan alat yang sensitif dapat mendeteksi kandungan plastik.
Hasil pengujian pertama menunjukkan tiga unsur tersebut. Kemudian Sucofindo menguji dengan alat lain yang lebih sensitif, dan hasilnya memang sama. Dari pengujian itu diketahui beras sintetis tersebut sudah dioplos dengan beras alami. Namun, lanjut dia, dari dua jenis beras tersebut sama-sama mengandung protein. Hanya, beras plastik kandungan proteinya lebih tinggi yaitu mencapai 7,38 gram, sedangkan beras alami kandungan proteinnya mencapai 6 gram lebih.
“Ciri-ciri beras plastik yang diuji, kata dia, adalah bening, jika dipatahkan tanpa ada bekas kapur atau karbohidrat. Sedangkan, dalam beras alami terlihat lebih putih, dan jika dipatahkan keluar kandungan kapurnya’’ jelasnya.
Sementara itu, meski Sucofindo sudah memastikan beras sintetis berbahan dasar plastik, Polresta Bekasi Kota tidak akan menggunakannya sebagai bahan penyelidikan lanjut terkait hasil pengujian beras yang disita di Pasar Tanah Merah Perumahan Mutiara Gading, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Selasa (19/5) lalu.
”Hasil lab dari PT Sucofindo tidak bisa kami gunakan untuk keperluan penyidikan, walaupun hasilnya beras itu mengandung plastik,” ujar Kapol resta Bekasi Kota Kombes Rudi Setiawan kepada wartawan. Rudi mengaku masih menunggu hasil laboratorium dari tiga lembaga terkait, yakni Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengetahui secara langsung isi kandungan beras itu,
Kementrian Pertanian dan Laboratorium Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengetahui butiran itu jenis beras atau bukan, dan Puslabpor Mabes Polri. Namun untuk penyidikan, polisi sudah memeriksa pelapor, pemilik toko beras dan karyawanya, serta supplier beras dari Duren Jaya, Bekasi Timur.
“Kami belum bisa menetapkan status tersangka kepada supplier tersebut. Namun, semua yang sudah diperiksa penyidik masih berstatus sebagai saksi. Kami masih telusuri dan dalami darimana beras itu di dapatkan, saya kira ada distributor besar yang menyuplainya,” ungkap Kapolres.
Kementerian Perdagangan juga mengaku masih harus menunggu hasil uji laboratorium dari Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kendati hasil uji laboratorium Sucofindo sudah menyatakan bahwa beras tersebut positif mengandung bahan baku plastik.
Direktur Jenderal Standa risasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, Widodo, menuturkan, hasil uji lab dari Bareskrim dan BPOM tersebut diperkirakan dalam waktu dekat akan bisa disampaikan untuk memastikan apakah benar bahwa beras yang diuji tersebut mengandung plas tik atau tidak. “Saya belum mengetahui apa mereknya, kita melakukan pengambilan sample yang sama (antara yang diuji oleh Sucofindon dengan BPOM dan Bareskrim),” ucap Wododo.
Warga Kembali Melapor
Beras sitentis dikhawa tirkan sudah meluas di pasaran, terutama di Kota Bekasi. Kemarin, Agasta Fransisca, 17, warga Kota Bekasi, mendatangi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi untuk melaporkan kecurigaaannya bahwa beras yang dibelinya juga sintetis. Saat datang ke Disperindag - kop, dia membawa segenggam beras yang memang mirip dengan beras sintetis yang ditemukan di Pasar Mutiara Gading Timur.
Wanita yang baru saja lulus SMA ini mengaku, beras yang dimasaknya itu aromanya berbeda dan memang berbau plastik. ”Saya membeli beras ini dua bulan lalu di toko beras di wilayah Harapan Baru,” kata warga Kampung Rawa pasung, Kelurahan Kota Baru, Bekasi Barat ini. Merespons temuan beras sintetis, Kapolda Jabar Irjen Pol Mochamad Iriawan menyatakan telah membentuk tim khusus menelusuri keberadaan be ras sintetis untuk kemudian diamankan dan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
“Saya sudah bentuk tim, sudah berang kat ke beberapa tempat titik rawan,” kata Kapolda usai meninjau pelaksanaan pemilihan kepala desa serempak di Garut, kemarin. Dia menilai peredaran beras sintetis tersebut telah mengarah pada tindakan pidana selain mengacu kepada undang-undang konsumen dan penipuan juga membahayakan kesehatan manusia. “Kalau beras plastik kan pidananya ada selain undang-undang konsumen dan penipuan juga merusak kesehatan,” katanya.
Kota Bandung Aman
Kota Bandung dinilai aman dari peredaran beras plastik atau sintetis. Kesimpulan itu diperoleh setelah Distan KP, BPOM, Diskoperindag UKM, dan Polrestabes Bandung menguji sampel beras dari beberapa pasar di Kota Kembang. Hasil pengujian itu, tim gabungan tak menemukan beras plastik beredar di kota berjuluk Parjis van Java ini.
Kemarin, tim gabungan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Diskoperindang UKM, dan Polrestabes Bandung melak sanakan inspek si menda dak (sidak) di dua lokasi, yakni distributor beras di kawasan Jamika dan Carrefour Kiaracondong. Sementara itu, para pedagang dan pembeli beras di Pasar Atas Baru, Jalan Kolonel Masturi Kota Cimahi resah terkait temuan beras plastik di Kota Bekasi.
Namun, Pemkot Cimahi belum melakukan tindakan konkret dalam mencegah beras plastik masuk ke Kota Cimahi. Ai, 50, Salah seorang pedagang beras di pasar Atas Kota Cimahi menuturkan, hampir semua pembeli menanyakan tentang keaslian beras yang akan dibeli. Dia sendiri me ngaku khawatir beras plastik ber edar di Kota Cimahi. “Harusnya pemerintah pro aktif dengan memperlihatkan contoh beras sintetis itu,” kata Ai.
Beli Langsung di Penggilingan
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Distan KP) Kabupaten Tasikmalaya Hendry Nugroho mengimbau masyarakat untuk membeli beras langsung dari petani atau tempat penggilingan padi untuk menjamin kualitas beras yang mereka beli. Meski begitu di Kabupaten Tasikmalaya dipastikan beras yang diper jual belikan di pasaran di Kabupaten Tasikmalaya terkontrol.
Distan KP dan Diskoperindag Kabupaten Tasikmalaya langsung bergerak mengawasi pasokan dan penjualan beras di Kabupaten Tasikmalaya. “Kami belum menemukan beras plastik di Kabupaten Tasikma laya. Namun kami terus waspada jangan sampai kecolongan,” ungkap Hendri.
Untuk urusan pengawasan pendistribusian dan perdagangan beras, pihaknya menyerahkan kepada Diskoperindag. Sementara Distan KP lebih kepada cara mengetahui keaslian beras. Jika membeli beras dari kios beras, maka pastikan beras tersebut mengandung debu halus sisa bekatul.
Sementara itu,Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disindagsar) Kabupaten Subang menggelar sidak ke empat pasar tradisional di ka wasan pantura, yakni Pasar Inpres Pamanukan, Ciasem, Suka mandi, dan Pusakanagara, kemarin.
“Sejauh ini, kami belum te mu kan beras plastik beredar di Subang. Tapi sebagai langkah antisipasi, keempat pasar itu kami pantau ketat,” kata Kepala Disindagsar Subang Hidayat kepada KORAN SINDO, kemarin.
Dian rosadi/ nur azis/ nanang kuswara/ usep husaeni/ abdullah m surjaya
(bbg)