Bocah SD di Pesisir Selatan Ini Menantang Maut demi Sekolah

Bocah SD di Pesisir Selatan Ini Menantang Maut demi Sekolah
A
A
A
PAINAN - Bertaruh nyawa di atas titian kawat merupakan hal wajib yang harus ditempuh oleh sebagian kecil warga yang menetap di Kampung Langgai, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Hal itu pula yang dijalani bocah SD yang hendak menuntut ilmu di sekolah.
Sebanyak 15 orang anak berusia sekolah tinggal di Kampung Langgai, Kecamatan Sutera. Demi menggapai cita-cita, anak-anak ini dengan semangat berangkat dari rumahnya menuju sekolah mereka yang berada sekitar satu kilometer dari rumahnya, yang berada di seberang sungai.
Anak-anak ini harus menantang maut dengan cara meniti kawat sepanjang 50 meter untuk bisa sampai ke sekolah.
Satu demi satu anak-anak ini harus memanjat pohon dan meniti di atas seutas kawat yang berfungsi sebagai jembatan. Terpeleset sedikit, karena lapar atau mengantuk, bisa berakibat fatal dan terjatuh ke sungai yang berarus deras.
Feni, warga Langgai, mengatakan, titian kawat ini setiap harinya difungsikan sebagai penghubung antara Desa Langgai dengan Desa Batu Lantiak.
Sebenarnya, Kabupaten Pesisir Selatan cukup kaya sumber daya alam, baik dari segi pertanian maupun dari segi kelautan. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat pembangunan infrastrukturnya dilakukan secara merata.
Kecilnya APBD untuk daerah ini menjadi alasan pemerintah setempat untuk tidak bisa membangun infrastruktur secara merata.
Menurut Wakil Bupati Pesisir Selatan Editiawarman, dari Rp1,4 triliun dana APBD, 65 persennya digunakan untuk belanja gaji pegawai.
Sebanyak 15 orang anak berusia sekolah tinggal di Kampung Langgai, Kecamatan Sutera. Demi menggapai cita-cita, anak-anak ini dengan semangat berangkat dari rumahnya menuju sekolah mereka yang berada sekitar satu kilometer dari rumahnya, yang berada di seberang sungai.
Anak-anak ini harus menantang maut dengan cara meniti kawat sepanjang 50 meter untuk bisa sampai ke sekolah.
Satu demi satu anak-anak ini harus memanjat pohon dan meniti di atas seutas kawat yang berfungsi sebagai jembatan. Terpeleset sedikit, karena lapar atau mengantuk, bisa berakibat fatal dan terjatuh ke sungai yang berarus deras.
Feni, warga Langgai, mengatakan, titian kawat ini setiap harinya difungsikan sebagai penghubung antara Desa Langgai dengan Desa Batu Lantiak.
Sebenarnya, Kabupaten Pesisir Selatan cukup kaya sumber daya alam, baik dari segi pertanian maupun dari segi kelautan. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat pembangunan infrastrukturnya dilakukan secara merata.
Kecilnya APBD untuk daerah ini menjadi alasan pemerintah setempat untuk tidak bisa membangun infrastruktur secara merata.
Menurut Wakil Bupati Pesisir Selatan Editiawarman, dari Rp1,4 triliun dana APBD, 65 persennya digunakan untuk belanja gaji pegawai.
(zik)