Wadah Saling Memberi Informasi
A
A
A
MEDAN - Komunitas ini memang baru dibentuk, tepatnya Desember 2014, atau tidak lama setelah Datsun Go dikeluarkan si pemegang merek.
Awal berdirinya juga tidak sengaja. Beberapa pemilik mobil tersebut bertemu dan sepakat membuat Komunitas Datsun Go di Kota Medan. Akhirnya, komunitas ini berdiri dengan tujuan sebagai tempat wadah silaturahmi dan tukar pikiran sesama anggota.
“Awalnya itu sekitar enam orang pemilik Datsun Go tidak sengaja bertemu di kawasan Jalan Dr Mansyur. Awalnya tidak saling kenal semua. Setelah mengobrol dan berencana membentuk komunitas, akhirnya komunitas ini terbentuk,” ungkap Ketua DGCI Kota Medan, Parlindungan Sipahutar, kepada KORAN SINDO MEDAN, beberapa hari lalu.
Awal berdirinya, anggota yang tergabung hanya sekitar 30 orang. Maklum pemilik mobil merek tersebut belum terlalu banyak di Kota Medan. Selain itu, komunitas ini juga belum banyak yang tahu. Namun, lambat laun akhirnya berkembang. “Sekarang sudah mencapai 100 orang lebih yang bergabung. Semuanya pemilik Datsun Go dari berbagai profesi,” ucapnya.
Menurut dia, komunitas ini berdiri bukan untuk gagahgagahan atau sekadar ikutikutan, tapi sebagai wadah bersilaturahmi sesama pemilik mobil Datsun. Selain itu, untuk saling tukar pikiran, mengingat mobil tersebut merupakan keluaran baru. Dengan adanya komunitas, diharapkan bisa diketahui apa kekurangan dan kelebihan mobil ini.
“Dengan adanya komunitas, bisa saling tukar pikiran. Apa kekurangan, apa kelebihan mobil ini, apa yang mau ditambah, modifikasi seperti apa yang cantik, di mana bisa mendapat perangkat- perangkat tambahannya, dan sebagainya. Jadi, setiap pertemuan ada ilmu atau pengetahuan didapat dari mobil ini,” kata anggota DPRD Kota Medan periode 2009–2014 ini.
Dengan adanya komunitas ini, para anggota sangat terbantu dalam merawat maupun memodifikasi kendaraannya. Maklum, mobil ini merupakan mobil baru setelah sekian tahun tidak dikeluarkan lagi. Jadi, pemiliknya boleh dibilang benar-benar buta cara merawat mobil ini. Mobil ini juga masuk kategori mobil murah. Tentunya banyak yang perlu ditambah agar lebih menarik.
Kendaraan ini juga memberikan ruang bagi pemiliknya untuk lebih kreatif dalam memodifikasi. “Ini kan mobil murah, pasti banyak kekurangannya. Makanya, dengan bergabung di komunitas ini, lebih banyak ilmu dalam memodifikasi kendaraannya. Sebab, banyak masukan yang didapat,” katanya.
Untuk bergabung dalam komunitas ini, tidaklah sulit, cukup mendaftar tanpa dikutip biaya. Pertemuan antaranggota digelar setiap bulan pada pekan pertama di kawasan Medan Polonia. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga sifatnya saling menyenangkan diri, kumpulkumpul, touring, dan sebagainya.
“Kalau untuk touring, masih sekitar Sumut, seperti Berastagi, Prapat, dan lainnya. Kumpulnya juga sebulan sekali. Tapi setiap hari tetap saling berhubungan, terutama dalam memberikan informasi terbaru,” tandasnya.
Reza Shahab
Awal berdirinya juga tidak sengaja. Beberapa pemilik mobil tersebut bertemu dan sepakat membuat Komunitas Datsun Go di Kota Medan. Akhirnya, komunitas ini berdiri dengan tujuan sebagai tempat wadah silaturahmi dan tukar pikiran sesama anggota.
“Awalnya itu sekitar enam orang pemilik Datsun Go tidak sengaja bertemu di kawasan Jalan Dr Mansyur. Awalnya tidak saling kenal semua. Setelah mengobrol dan berencana membentuk komunitas, akhirnya komunitas ini terbentuk,” ungkap Ketua DGCI Kota Medan, Parlindungan Sipahutar, kepada KORAN SINDO MEDAN, beberapa hari lalu.
Awal berdirinya, anggota yang tergabung hanya sekitar 30 orang. Maklum pemilik mobil merek tersebut belum terlalu banyak di Kota Medan. Selain itu, komunitas ini juga belum banyak yang tahu. Namun, lambat laun akhirnya berkembang. “Sekarang sudah mencapai 100 orang lebih yang bergabung. Semuanya pemilik Datsun Go dari berbagai profesi,” ucapnya.
Menurut dia, komunitas ini berdiri bukan untuk gagahgagahan atau sekadar ikutikutan, tapi sebagai wadah bersilaturahmi sesama pemilik mobil Datsun. Selain itu, untuk saling tukar pikiran, mengingat mobil tersebut merupakan keluaran baru. Dengan adanya komunitas, diharapkan bisa diketahui apa kekurangan dan kelebihan mobil ini.
“Dengan adanya komunitas, bisa saling tukar pikiran. Apa kekurangan, apa kelebihan mobil ini, apa yang mau ditambah, modifikasi seperti apa yang cantik, di mana bisa mendapat perangkat- perangkat tambahannya, dan sebagainya. Jadi, setiap pertemuan ada ilmu atau pengetahuan didapat dari mobil ini,” kata anggota DPRD Kota Medan periode 2009–2014 ini.
Dengan adanya komunitas ini, para anggota sangat terbantu dalam merawat maupun memodifikasi kendaraannya. Maklum, mobil ini merupakan mobil baru setelah sekian tahun tidak dikeluarkan lagi. Jadi, pemiliknya boleh dibilang benar-benar buta cara merawat mobil ini. Mobil ini juga masuk kategori mobil murah. Tentunya banyak yang perlu ditambah agar lebih menarik.
Kendaraan ini juga memberikan ruang bagi pemiliknya untuk lebih kreatif dalam memodifikasi. “Ini kan mobil murah, pasti banyak kekurangannya. Makanya, dengan bergabung di komunitas ini, lebih banyak ilmu dalam memodifikasi kendaraannya. Sebab, banyak masukan yang didapat,” katanya.
Untuk bergabung dalam komunitas ini, tidaklah sulit, cukup mendaftar tanpa dikutip biaya. Pertemuan antaranggota digelar setiap bulan pada pekan pertama di kawasan Medan Polonia. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga sifatnya saling menyenangkan diri, kumpulkumpul, touring, dan sebagainya.
“Kalau untuk touring, masih sekitar Sumut, seperti Berastagi, Prapat, dan lainnya. Kumpulnya juga sebulan sekali. Tapi setiap hari tetap saling berhubungan, terutama dalam memberikan informasi terbaru,” tandasnya.
Reza Shahab
(ftr)