Cegah Korban, Juru Kunci Merapi Ingatkan Pendaki Beretika
A
A
A
SLEMAN - Juru kunci Gunung Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo meminta agar masyarakat menjalankan etika ketika melakukan pendakian ke gunung api yang berstatus aktif normal tersebut.
Agar dikemudian hari, tak ada lagi korban jiwa seperti yang dialami oleh Erri Yunanto yang meninggal akibat jatuh ke dalam kawah.
"Harus hati-hati, naik gunung itu banyak risikonya. Orang naik gunung juga banyak etika yang harus dijalankan," kata pria yang akrab dipanggil Mas Asih.
Etika tersebut diantaranya, seperti selalu menjaga kewaspadaannya. Banyaknya batu yang tidak kuat jika diinjak, akan membuatnya tergelincir dan jatuh. Entah itu ke kawah atau lereng yang curam.
Kemudian, antar teman-teman juga harus saling menjaga. Untuk keselamatan, baik ketika berangkat maupun pulang.
"Menjaga teman-teman yang lain, untuk keselamatan. Karena banyak batu yang tidak kuat. Jika diinjak bisa melorot. Jadi harus waspada," katanya.
Erri Yunanto (21) mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta tewas tergelincir masuk ke dalam kawah Merapi pada Sabtu 16 Mei lalu.
Tubuh Erri kemudian berhasil dievakuasi pada Selasa 19 Mei kemarin oleh tim Search and Rescue (SAR) gabungan dari Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Tri Atmojo mengatakan, pihaknya selama ini sudah memberikan aturan larangan kepada para pendaki agar tidak sampai ke puncak.
"Aturan kita sudah jelas, hanya diperbolehkan sampai Pasar Bubrah saja," kata dia, Rabu (20/5/2015).
Menurut pria yang juga sebagai Pelaksana Harian (PLH) TNGM tersebut, para pendaki memang masih banyak yang melanggar aturan ini.
Dan aturan yang telah ditetapkannya pun tak terlalu efektif. Karena ketika di Pasa Bubrah, sangat sulit mengawasi satu per satu pendaki.
Tempat di Pasar Bubrah tersebut membuat para pendaki leluasa untuk pergi. Termasuk ke puncak, yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam saja, perjalanan.
"Tidak mungkin, di hari-hari biasa kita mengawasi satu per satu pendaki. Memang selalu ada petugas kita yang melakukan pemantauan," tuturnya.
Dengan tidak efektifnya aturan itu, dan sudah ada satu korban jiwa masuk ke dalam kawah Merapi, menurutnya ini merupakan suatu babak baru.
Pihaknya akan melakukan pendekatan kepada Keraton Yogyakarta atau juru kunci Merapi, untuk mengeluarkan aturan yang bersifat kultural.
"Ini bisa dibilang babak baru. Upaya kita selanjutnya akan menjalin komunikasi ke Keraton (Yogyakarta) atau juga juru kunci, Mas Asih," katanya.
Namun, untuk kepastiannya kapan akan dilakukan, masih belum bisa ditentukan. Saat ini pihaknya masih fokus recovery setelah adanya peristiwa yang menimpa Erri Yunanto tersebut.
Agar dikemudian hari, tak ada lagi korban jiwa seperti yang dialami oleh Erri Yunanto yang meninggal akibat jatuh ke dalam kawah.
"Harus hati-hati, naik gunung itu banyak risikonya. Orang naik gunung juga banyak etika yang harus dijalankan," kata pria yang akrab dipanggil Mas Asih.
Etika tersebut diantaranya, seperti selalu menjaga kewaspadaannya. Banyaknya batu yang tidak kuat jika diinjak, akan membuatnya tergelincir dan jatuh. Entah itu ke kawah atau lereng yang curam.
Kemudian, antar teman-teman juga harus saling menjaga. Untuk keselamatan, baik ketika berangkat maupun pulang.
"Menjaga teman-teman yang lain, untuk keselamatan. Karena banyak batu yang tidak kuat. Jika diinjak bisa melorot. Jadi harus waspada," katanya.
Erri Yunanto (21) mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta tewas tergelincir masuk ke dalam kawah Merapi pada Sabtu 16 Mei lalu.
Tubuh Erri kemudian berhasil dievakuasi pada Selasa 19 Mei kemarin oleh tim Search and Rescue (SAR) gabungan dari Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Tri Atmojo mengatakan, pihaknya selama ini sudah memberikan aturan larangan kepada para pendaki agar tidak sampai ke puncak.
"Aturan kita sudah jelas, hanya diperbolehkan sampai Pasar Bubrah saja," kata dia, Rabu (20/5/2015).
Menurut pria yang juga sebagai Pelaksana Harian (PLH) TNGM tersebut, para pendaki memang masih banyak yang melanggar aturan ini.
Dan aturan yang telah ditetapkannya pun tak terlalu efektif. Karena ketika di Pasa Bubrah, sangat sulit mengawasi satu per satu pendaki.
Tempat di Pasar Bubrah tersebut membuat para pendaki leluasa untuk pergi. Termasuk ke puncak, yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam saja, perjalanan.
"Tidak mungkin, di hari-hari biasa kita mengawasi satu per satu pendaki. Memang selalu ada petugas kita yang melakukan pemantauan," tuturnya.
Dengan tidak efektifnya aturan itu, dan sudah ada satu korban jiwa masuk ke dalam kawah Merapi, menurutnya ini merupakan suatu babak baru.
Pihaknya akan melakukan pendekatan kepada Keraton Yogyakarta atau juru kunci Merapi, untuk mengeluarkan aturan yang bersifat kultural.
"Ini bisa dibilang babak baru. Upaya kita selanjutnya akan menjalin komunikasi ke Keraton (Yogyakarta) atau juga juru kunci, Mas Asih," katanya.
Namun, untuk kepastiannya kapan akan dilakukan, masih belum bisa ditentukan. Saat ini pihaknya masih fokus recovery setelah adanya peristiwa yang menimpa Erri Yunanto tersebut.
(sms)