Berbekal Cokelat dan Sebotol Air
A
A
A
Evakuasi jenazah Erri Yunanto,21, mahasiswa Atma Jaya yang jatuh ke kawah Gunung Merapi tak lepas dari sosok Bakat Setyawan, 29, alias Lahar anggota SAR Basecamp Boyolali.
Pria asal Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogo, Boyolali tersebut merupakan satu dari dua orang yang menggapai jenazah korban dari kawah. Keberhasilan evakuasi jenazah yang dilakukan tim SAR gabungan yang berjumlah ratusan orang melegakan. Termasuk bagi Bakat Setyawan, anggota tim rescue yang turun ke kawah untuk packing jenazah korban dari kawah.
Jabat tangan dan ucapan selamat mengalir dari rekan dan berbagai pihak setelah jenazah tiba di posko induk evakuasi di kaki Gunung Merapi. “Ini sesuatu yang luar biasa, seluruh tim mengeluarkan semua kemampuan dan peralatan,” ujar Bakat Setyawan atau biasa disapa Lahar usai jenazah Erri Yunanto dibawa menuju RSUD Pandanarang, Boyolali untuk divisum, kemarin sore.
Minggu malam, Lahar bersama lima anggota rescue mulai naik ke Merapi untuk evakuasi. Senin pagi sekitar pukul 10.00 WIB, mereka mulai turun ke kawah. Yang menjadi patokan untuk turun adalah perhitungan cuaca. Sebab gas beracun Co2 hanya terbakar oleh sinar matahari. Sehingga, ketika turun mencari posisi tegak lurus matahari dengan kawah. Dengan demikian, gas Co2 berkurang karena terbakar oleh matahari.
Karena itu, tim rescueyang turun benar benar aman. Kondisi kawah Gunung Merapi memiliki luas sekitar dua kali lapangan bola. Enam orang yang turun ke kawah dipandu oleh tim yang berada di atas. Di antaranya mengenai kondisi suhu yang dapat dipantau dengan alat pemantau suhu dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Selain itu, tim yang ada di atas selalu memantau setiap pergerakan melalui handy talkie (HT). Perlengkapan yang dibawa saat turun harus lengkap. Di antaranya tabung oksigen dan masker, dan peralatan keselamatan lainnya. Namun, mereka tidak memakai baju dan sepatu antiapi. Sebab, alat alat itu dinilai justru terlalu memberatkan. Sementara, tim yang turun ke kawah membutuhkan pergerakan yang cepat dan berpacu dengan kondisi kawah.
“Saya hanya memakai pakaian dan sepatu biasa,” terangnya. Saat di bawah sempat turun pukul 14.00 WIB ada kabut dan peralatanemergency digunakan selama satu jam. Meski telah melewati waktu batas aman, enam orang tim rescue tetap melanjutkan untuk menggapai korban yang ada di bawah. “Sebab tidak mungkin turun untuk kedua kalinya. Sehingga hari itu harus selesai,” lanjut Lahar.
Dia berhasil menyentuh tubuh korban bersama Endro, anggota timrescuelainnya. Sedangkan empat anggota timrescueberada di blank 50 di kawah. Proses packing korban dengan perlengkapan khusus membutuhkan waktu satu jam. Setelah itu, kemudian diikat agar bisa ditarik vertikal ke atas bibir kawah dengan ketinggian 170 meter.
Setelah dapat ditarik hingga 50 meter, evakuasi dihentikan sementara karena asap sulfatara sudah naik. Selanjutnya, tali yang menarik korban dikunci dari atas untuk evakuasi hari berikutnya. Dia menyebutkan bahwa jalur evakuasi tubuh korban yang ditarik vertikal dengan tim rescue jalurnya berbeda. Tim rescue melewati sisi timur lokasi jatuhnya korban.
Kesulitan yang dihadapi saat dikawah adalah batu tidak bisa dijadikan tancapan patok. Setelah berhasil menggapai korban sekitar pukul 11.30 WIB, tim tetap melanjutkan evakuasi dengan melakukanpacking sekitar satu jam. Mereka tetap melanjutkan evakuasi meski telah melewati batas aman. Sebab mereka tidak mungkin turun lagi. Mereka bisa naik ke bibir kawah sekitar pukul 17.00 WIB.
Sementara, suhu kawah di lokasi korban terpantau 46 derajat. Korban ditemukan dalam kondisi tengkurap dan kondisi masih utuh. Saat itu juga ada tas dompet berisi identitas korban. “Setelah cocok kemudian bisa ditarik naik,” terangnya. Resiko gagal diakui cukup besar karena faktor keberuntungan mencapai 99%.
Jika tidak berhasil, resikonya tim rescueyang akan dievakuasi. Selama turun ke kawah, Lahar hanya membawa banyak cokelat untuk energi dan sebotol air ukuran 600 mili liter. Tim yang turun masing masing menggunakan tali terpisah. Satu orang menggunakan dua tali untuk keamanan. Proses membawa naik korban juga tidak mudah dan karena harus pelan pelan dan memakan waktu lama.
Pengalaman turun ke kawah Gunung Merapi bukan pertama kali oleh Lahar. Dirinya telah tiga kali turun ke kawah gunung teraktif di dunia tersebut. Yang pertama pada Mei 2014 dan yang kedua pada Nopember 2014. Saat itu, dirinya turun untuk memetakan daerah rawan guna mitigasi bencana. Sedangkan yang ketiga adalah evakuasi korban yang jatuh ke kawah. “Sebelumnya saya sudah menduga bakal ada kejadian semacam ini (orang jatuh ke kawah),” ungkapnya.
Ary Wahyu Wibowo
Boyolali
Pria asal Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogo, Boyolali tersebut merupakan satu dari dua orang yang menggapai jenazah korban dari kawah. Keberhasilan evakuasi jenazah yang dilakukan tim SAR gabungan yang berjumlah ratusan orang melegakan. Termasuk bagi Bakat Setyawan, anggota tim rescue yang turun ke kawah untuk packing jenazah korban dari kawah.
Jabat tangan dan ucapan selamat mengalir dari rekan dan berbagai pihak setelah jenazah tiba di posko induk evakuasi di kaki Gunung Merapi. “Ini sesuatu yang luar biasa, seluruh tim mengeluarkan semua kemampuan dan peralatan,” ujar Bakat Setyawan atau biasa disapa Lahar usai jenazah Erri Yunanto dibawa menuju RSUD Pandanarang, Boyolali untuk divisum, kemarin sore.
Minggu malam, Lahar bersama lima anggota rescue mulai naik ke Merapi untuk evakuasi. Senin pagi sekitar pukul 10.00 WIB, mereka mulai turun ke kawah. Yang menjadi patokan untuk turun adalah perhitungan cuaca. Sebab gas beracun Co2 hanya terbakar oleh sinar matahari. Sehingga, ketika turun mencari posisi tegak lurus matahari dengan kawah. Dengan demikian, gas Co2 berkurang karena terbakar oleh matahari.
Karena itu, tim rescueyang turun benar benar aman. Kondisi kawah Gunung Merapi memiliki luas sekitar dua kali lapangan bola. Enam orang yang turun ke kawah dipandu oleh tim yang berada di atas. Di antaranya mengenai kondisi suhu yang dapat dipantau dengan alat pemantau suhu dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Selain itu, tim yang ada di atas selalu memantau setiap pergerakan melalui handy talkie (HT). Perlengkapan yang dibawa saat turun harus lengkap. Di antaranya tabung oksigen dan masker, dan peralatan keselamatan lainnya. Namun, mereka tidak memakai baju dan sepatu antiapi. Sebab, alat alat itu dinilai justru terlalu memberatkan. Sementara, tim yang turun ke kawah membutuhkan pergerakan yang cepat dan berpacu dengan kondisi kawah.
“Saya hanya memakai pakaian dan sepatu biasa,” terangnya. Saat di bawah sempat turun pukul 14.00 WIB ada kabut dan peralatanemergency digunakan selama satu jam. Meski telah melewati waktu batas aman, enam orang tim rescue tetap melanjutkan untuk menggapai korban yang ada di bawah. “Sebab tidak mungkin turun untuk kedua kalinya. Sehingga hari itu harus selesai,” lanjut Lahar.
Dia berhasil menyentuh tubuh korban bersama Endro, anggota timrescuelainnya. Sedangkan empat anggota timrescueberada di blank 50 di kawah. Proses packing korban dengan perlengkapan khusus membutuhkan waktu satu jam. Setelah itu, kemudian diikat agar bisa ditarik vertikal ke atas bibir kawah dengan ketinggian 170 meter.
Setelah dapat ditarik hingga 50 meter, evakuasi dihentikan sementara karena asap sulfatara sudah naik. Selanjutnya, tali yang menarik korban dikunci dari atas untuk evakuasi hari berikutnya. Dia menyebutkan bahwa jalur evakuasi tubuh korban yang ditarik vertikal dengan tim rescue jalurnya berbeda. Tim rescue melewati sisi timur lokasi jatuhnya korban.
Kesulitan yang dihadapi saat dikawah adalah batu tidak bisa dijadikan tancapan patok. Setelah berhasil menggapai korban sekitar pukul 11.30 WIB, tim tetap melanjutkan evakuasi dengan melakukanpacking sekitar satu jam. Mereka tetap melanjutkan evakuasi meski telah melewati batas aman. Sebab mereka tidak mungkin turun lagi. Mereka bisa naik ke bibir kawah sekitar pukul 17.00 WIB.
Sementara, suhu kawah di lokasi korban terpantau 46 derajat. Korban ditemukan dalam kondisi tengkurap dan kondisi masih utuh. Saat itu juga ada tas dompet berisi identitas korban. “Setelah cocok kemudian bisa ditarik naik,” terangnya. Resiko gagal diakui cukup besar karena faktor keberuntungan mencapai 99%.
Jika tidak berhasil, resikonya tim rescueyang akan dievakuasi. Selama turun ke kawah, Lahar hanya membawa banyak cokelat untuk energi dan sebotol air ukuran 600 mili liter. Tim yang turun masing masing menggunakan tali terpisah. Satu orang menggunakan dua tali untuk keamanan. Proses membawa naik korban juga tidak mudah dan karena harus pelan pelan dan memakan waktu lama.
Pengalaman turun ke kawah Gunung Merapi bukan pertama kali oleh Lahar. Dirinya telah tiga kali turun ke kawah gunung teraktif di dunia tersebut. Yang pertama pada Mei 2014 dan yang kedua pada Nopember 2014. Saat itu, dirinya turun untuk memetakan daerah rawan guna mitigasi bencana. Sedangkan yang ketiga adalah evakuasi korban yang jatuh ke kawah. “Sebelumnya saya sudah menduga bakal ada kejadian semacam ini (orang jatuh ke kawah),” ungkapnya.
Ary Wahyu Wibowo
Boyolali
(bbg)