Belajar sambil Dengar Musik
A
A
A
YOGYAKARTA - Doa dan kerja keras selalu jadi solusi mencapai kesuksesan. Itu pula yang dilakukan oleh Dianita Ardi, siswi SMA Negeri 5 Yogyakarta yang berhasil meraih nilai IPS tertinggi di DIY dengan total nilai 544,2 untuk 6 mata pelajaran.
Meski memperoleh nilai tertinggi, Nita sapaan akrabnya mengaku relatif jarang belajar di rumah. Aktivitas belajarnya lebih banyak dia lakukan di luar rumah. "Dari pagi jam 6.20 sudah ada pendalaman materi di sekolah. Pulang sekolah pun saya langsung les di lembaga bimbingan belajar. Karena itu, sampai di rumah kadang sudah malam. Biasanya saya hanya belajar sedikit dan kemudian tidur, istirahat," ujarnya.
Diakui Nita, cara belajarnya tidak seperti teman-temannya kebanyakan. Dia terbiasa belajar dalam kondisi ramai. Bahkan jika terlalu sepi, menurutnya tidak ada satupun materi yang masuk ke otaknya. Itulah yang membuatnya sering ditemani alunan musik saat belajar atau sekedar suara televisi. "Hobi saya memang mendengarkan musik. Jadi sambil belajar, saya pun melakukan hobi saya," katanya.
Menurut Nita, dia pun tak menyangka bisa meraih nilai UN tertinggi untuk IPS. Baginya, dia siswa yang biasa saja, meski memang diakuinya jika dirinya cukup berprestasi di sekolah, bahkan menempati peringkat 1 paralel untuk jurusan IPS. Gadis kelahiran Bantul, 14 Maret 1997 ini justru mendengar kabar prestasinya tersebut dari teman- teman sekolahnya.
"Saya tentu bersyukur karena ternyata usaha saya selama ini ada hasilnya juga. Sebenarnya target saya bukan nilai UN karena sudah bukan penentu kelulusan, tapi karena kabarnya akan dipakai sebagai syarat SNMPTN, makanya saya berupaya keras," ungkap siswa yang telah dinyatakan lolos SNMPTN untuk Jurusan Manajemen UGM ini.
Nita mengungkapkan, target hidupnya yang terakhir sudah tercapai yakni diterima di UGM melalui jalur SNMPTN. Diapun mengaku selalu menempelkan target-target dalam hidupnya di dinding kamarnya. Kebiasaan tersebut baginya juga sebagai motivasi agar tidak pantang menyerah hingga target yang dia inginkan tercapai.
"Untuk sementara, dinding kamar saya bersih. Target SNMPTN UGM sudah saya copot karena sudah lolos. Nanti kalau saya punya mimpi lagi akan saya pasang," kata bungsu dari dua bersaudara ini. Nita menambahkan, pelaksanaan UN yang lalu bisa dia lewati dengan baik. Meski mengaku UN pelajaran Matematika yang paling sulit karena dia tidak menyukainya, Nita merasa berhasil mengerjakan dengan baik.
Hal ini tampak pada nilai UN yang didapatnya yakni Bahasa Indonesia 95,9, Bahasa Inggris 88, Matematika 95, Ekonomi 87,5, Sosiologi 87,8 dan 90 untuk Geografi. "Sebenarnya soal UN ekonomi kemarin juga cukup sulit karena soal yang keluar di luar perkiraan dan apa yang dipelajari di sekolah. Untungnya saya merasa bisa setelah mempelajari materi dari luar yang diberikan oleh guru saya di sekolah.
Katanya materi itu diperoleh guru saya dari temannya yang mendapat materi try outUN untuk siswa di Jakarta. Tipe-tipe soalnya memang seperti soal olimpiade," jelasnya. Terpisah, Kepala SMA Negeri 5 Yogyakarta, Jumiran mengatakan, sebagai siswa dari sekolah yang bisa dikatakan tidak favorit, Dianita berhasil membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya karena IQ saja, tapi juga termasuk EQ dan SQ.
Hal itulah yang menurutnya menjadi dasar pendidikan di sekolah yang dipimpinnya tersebut. "Kami memang termasuk sekolah yang input-nya tidak terlalu besar. Namun di dalam, kami membangun para siswa dari karakternya. Pada akhirnya kedisiplinan diri mereka terbentuk juga. Bagi kami ada satu prinsip, saat menanam padi rumput pasti tumbuh. Tapi rumput itu bukanlah pengganggu, rumput juga bisa bermanfaat tergantung bagaimana kita memanfaatkannya," ujarnya.
Jumiran pun menilai Dianita merupakan sosok siswa yang biasa-biasa saja. Bukan siswa yang selalu mendominasi peringkat atas di sekolah. Namun ia mengaku bangga dan percaya bisa lebih banyak menghasilkan siswasiswa berprestasi seperti Dianita.
Ratih Keswara
Meski memperoleh nilai tertinggi, Nita sapaan akrabnya mengaku relatif jarang belajar di rumah. Aktivitas belajarnya lebih banyak dia lakukan di luar rumah. "Dari pagi jam 6.20 sudah ada pendalaman materi di sekolah. Pulang sekolah pun saya langsung les di lembaga bimbingan belajar. Karena itu, sampai di rumah kadang sudah malam. Biasanya saya hanya belajar sedikit dan kemudian tidur, istirahat," ujarnya.
Diakui Nita, cara belajarnya tidak seperti teman-temannya kebanyakan. Dia terbiasa belajar dalam kondisi ramai. Bahkan jika terlalu sepi, menurutnya tidak ada satupun materi yang masuk ke otaknya. Itulah yang membuatnya sering ditemani alunan musik saat belajar atau sekedar suara televisi. "Hobi saya memang mendengarkan musik. Jadi sambil belajar, saya pun melakukan hobi saya," katanya.
Menurut Nita, dia pun tak menyangka bisa meraih nilai UN tertinggi untuk IPS. Baginya, dia siswa yang biasa saja, meski memang diakuinya jika dirinya cukup berprestasi di sekolah, bahkan menempati peringkat 1 paralel untuk jurusan IPS. Gadis kelahiran Bantul, 14 Maret 1997 ini justru mendengar kabar prestasinya tersebut dari teman- teman sekolahnya.
"Saya tentu bersyukur karena ternyata usaha saya selama ini ada hasilnya juga. Sebenarnya target saya bukan nilai UN karena sudah bukan penentu kelulusan, tapi karena kabarnya akan dipakai sebagai syarat SNMPTN, makanya saya berupaya keras," ungkap siswa yang telah dinyatakan lolos SNMPTN untuk Jurusan Manajemen UGM ini.
Nita mengungkapkan, target hidupnya yang terakhir sudah tercapai yakni diterima di UGM melalui jalur SNMPTN. Diapun mengaku selalu menempelkan target-target dalam hidupnya di dinding kamarnya. Kebiasaan tersebut baginya juga sebagai motivasi agar tidak pantang menyerah hingga target yang dia inginkan tercapai.
"Untuk sementara, dinding kamar saya bersih. Target SNMPTN UGM sudah saya copot karena sudah lolos. Nanti kalau saya punya mimpi lagi akan saya pasang," kata bungsu dari dua bersaudara ini. Nita menambahkan, pelaksanaan UN yang lalu bisa dia lewati dengan baik. Meski mengaku UN pelajaran Matematika yang paling sulit karena dia tidak menyukainya, Nita merasa berhasil mengerjakan dengan baik.
Hal ini tampak pada nilai UN yang didapatnya yakni Bahasa Indonesia 95,9, Bahasa Inggris 88, Matematika 95, Ekonomi 87,5, Sosiologi 87,8 dan 90 untuk Geografi. "Sebenarnya soal UN ekonomi kemarin juga cukup sulit karena soal yang keluar di luar perkiraan dan apa yang dipelajari di sekolah. Untungnya saya merasa bisa setelah mempelajari materi dari luar yang diberikan oleh guru saya di sekolah.
Katanya materi itu diperoleh guru saya dari temannya yang mendapat materi try outUN untuk siswa di Jakarta. Tipe-tipe soalnya memang seperti soal olimpiade," jelasnya. Terpisah, Kepala SMA Negeri 5 Yogyakarta, Jumiran mengatakan, sebagai siswa dari sekolah yang bisa dikatakan tidak favorit, Dianita berhasil membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya karena IQ saja, tapi juga termasuk EQ dan SQ.
Hal itulah yang menurutnya menjadi dasar pendidikan di sekolah yang dipimpinnya tersebut. "Kami memang termasuk sekolah yang input-nya tidak terlalu besar. Namun di dalam, kami membangun para siswa dari karakternya. Pada akhirnya kedisiplinan diri mereka terbentuk juga. Bagi kami ada satu prinsip, saat menanam padi rumput pasti tumbuh. Tapi rumput itu bukanlah pengganggu, rumput juga bisa bermanfaat tergantung bagaimana kita memanfaatkannya," ujarnya.
Jumiran pun menilai Dianita merupakan sosok siswa yang biasa-biasa saja. Bukan siswa yang selalu mendominasi peringkat atas di sekolah. Namun ia mengaku bangga dan percaya bisa lebih banyak menghasilkan siswasiswa berprestasi seperti Dianita.
Ratih Keswara
(ftr)