Radya Pustaka Didorong Jadi Museum Pusaka Dunia
A
A
A
SOLO - Museum Radya Pustaka Solo didorong menjadi museum pusaka dunia. Museum yang terletak kompleks Taman Budaya Sriwedari tersebut memiliki beragam koleksi peninggalan para pujangga termasyhur.
Budayawan Surakarta Suprapto Suryo Darmo mengatakan, Radya Pustaka termasuk salah satu museum tertua di Indonesia. Namun kondisinya cukup memprihatinkan karena banyak masyarakat yang tidak mengenal. Perkembangan zaman dan modernisasi mengakibatkan museum semakin jauh dari perhatian publik, khususnya generasi muda. “Sehingga perlu dipikirkan agar generasi sekarang suka mengunjungi Radya Pustaka. Ketika keluar dari bangunan museum, merasa menjadi gagah,” kata Suprapto, kemarin.
Anggota Komite Museum Radya Pustaka Wiyono mengemukakan, makna intelektual bukan sekadar cerdas dalam bidang akademis. Namun diharapkan juga dapat mengenal masa lampau. Dengan demikian, generasi penerus tidak kehilangan jati diri bangsa. “Kami berharap museum dapat menjadi tempat pembelajaran,” kata Wiyono.
Selama ini, baru museum Fatahillah di Jakarta yang telah memperingati Hari Museum Dunia. Museum Radya Pustaka dalam sejarahnya didirikan Kanjeng Raden Adipati Sosroningrat IV pada 28 Oktober 1890. Museum kala itu berada di dalem Kepatihan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX. Pada 1 Januari 1913 Museum Radya Pustaka dipindah ke lokasi sekarang di Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Gedung mesum kala itu merupakan rumah kediaman warga Belanda bernama Johannes Busselaar.
Radya Pustaka terdapat beragam koleksi mulai dari arca, pusaka adat, wayang kulit, dan bukubuku kuno seperti Wulah Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya mengenai petunjuk pemerintahan.
Ary wahyu wibowo
Budayawan Surakarta Suprapto Suryo Darmo mengatakan, Radya Pustaka termasuk salah satu museum tertua di Indonesia. Namun kondisinya cukup memprihatinkan karena banyak masyarakat yang tidak mengenal. Perkembangan zaman dan modernisasi mengakibatkan museum semakin jauh dari perhatian publik, khususnya generasi muda. “Sehingga perlu dipikirkan agar generasi sekarang suka mengunjungi Radya Pustaka. Ketika keluar dari bangunan museum, merasa menjadi gagah,” kata Suprapto, kemarin.
Anggota Komite Museum Radya Pustaka Wiyono mengemukakan, makna intelektual bukan sekadar cerdas dalam bidang akademis. Namun diharapkan juga dapat mengenal masa lampau. Dengan demikian, generasi penerus tidak kehilangan jati diri bangsa. “Kami berharap museum dapat menjadi tempat pembelajaran,” kata Wiyono.
Selama ini, baru museum Fatahillah di Jakarta yang telah memperingati Hari Museum Dunia. Museum Radya Pustaka dalam sejarahnya didirikan Kanjeng Raden Adipati Sosroningrat IV pada 28 Oktober 1890. Museum kala itu berada di dalem Kepatihan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX. Pada 1 Januari 1913 Museum Radya Pustaka dipindah ke lokasi sekarang di Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Gedung mesum kala itu merupakan rumah kediaman warga Belanda bernama Johannes Busselaar.
Radya Pustaka terdapat beragam koleksi mulai dari arca, pusaka adat, wayang kulit, dan bukubuku kuno seperti Wulah Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya mengenai petunjuk pemerintahan.
Ary wahyu wibowo
(ars)