Ulama Sebut Sabda Raja Sultan Sesat
A
A
A
YOGYAKARTA - Keluarnya sabda raja maupun dawuh raja dinilai alim ulama merupakan suatu hal yang sesat. Bisikan gaib yang didengar Sultan Hamengku Buwono (HB) X dalam sabda raja disangsikan kebenarannya.
"Allah tidak memberikan wahyu melalui kuburan-kuburan, itu sesat," ujar tokoh masyarakat, Heru Syafrudin Amali dalam pengajian akbar memperjuangkan kembalinya gelar Khalifatullah Sultan dan mengembalikan paugeran keraton di serambi Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Jum’at (15/5/2015).
Bisikan gaib yang diterima Sultan, kata dia, diperkirakan datang dari iblis. Sebab, apa yang terucap dalam sabda raja itu merombak tatanan serta tradisi leluhur yang selama ini dijaga masyarakat.
Heru menyampaikan sebuah riwayat dari Nabi Ibrahim saat mendapat bisikan gaib untuk melakukan perbuatan tercela. Dalam riwayat itu, Nabi tidak melakukan apa yang diperintahkan karena tidak memberi keuntungan bagi umat (masyarakat).
Sultan, kata dia, sudah melenceng dari jalur paugeran yang selama ini dijaga. Untuk itu, sebagai alim ulama harus berani mengingatkan jika sabda raja itu merupakan sesuatu yang keliru.
"Harus ada yang mengingatkan, semoga saudara-saudara Sultan lainnya bisa memperingatkan karena sabda raja itu tidak benar," jelasnya.
Adik-adik Sultan , pinta Heru, diharapkan memberi nasehat dengan baik. Sebab, Sultan selain sebagai Raja Keraton Yogya juga sebagai panutan di masyarakat. Jika sudah menjadi panutan, tetapi perbuatannya melenceng bisa merusak kepercayaan masyarakat.
"Allah tidak memberikan wahyu melalui kuburan-kuburan, itu sesat," ujar tokoh masyarakat, Heru Syafrudin Amali dalam pengajian akbar memperjuangkan kembalinya gelar Khalifatullah Sultan dan mengembalikan paugeran keraton di serambi Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Jum’at (15/5/2015).
Bisikan gaib yang diterima Sultan, kata dia, diperkirakan datang dari iblis. Sebab, apa yang terucap dalam sabda raja itu merombak tatanan serta tradisi leluhur yang selama ini dijaga masyarakat.
Heru menyampaikan sebuah riwayat dari Nabi Ibrahim saat mendapat bisikan gaib untuk melakukan perbuatan tercela. Dalam riwayat itu, Nabi tidak melakukan apa yang diperintahkan karena tidak memberi keuntungan bagi umat (masyarakat).
Sultan, kata dia, sudah melenceng dari jalur paugeran yang selama ini dijaga. Untuk itu, sebagai alim ulama harus berani mengingatkan jika sabda raja itu merupakan sesuatu yang keliru.
"Harus ada yang mengingatkan, semoga saudara-saudara Sultan lainnya bisa memperingatkan karena sabda raja itu tidak benar," jelasnya.
Adik-adik Sultan , pinta Heru, diharapkan memberi nasehat dengan baik. Sebab, Sultan selain sebagai Raja Keraton Yogya juga sebagai panutan di masyarakat. Jika sudah menjadi panutan, tetapi perbuatannya melenceng bisa merusak kepercayaan masyarakat.
(nag)