Warga Resah, Sejumlah Pasien Positif Corona di Prabumulih Bebas Berkeliaran
A
A
A
PRABUMULIH - Warga Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, dihebohkan dan mengaku resah dengan beredarnya informasi bahwa sejumlah pasien positif corona (Covid-19) bebas berkeliaran. Keresahan dan kehebohan itu datang dari pesan berantai yang tersebar lewat aplikasi WhatsApp dan Facebook.
"Info (dari wag IDI Prabumulih, red), pasien positif 09 masih beredar ke luar rumah siang ini naik ojek ke Sukajadi, tempat rumah ortunya. Ybs tidak diisolasi di RS, bahkan keluar rumah naik ojek. Agar bapak/ibu lebih hati2 terutama yang menggunakan jasa ojek, termasuk saat pesan antar makanan. #JustStayAtHome". Begitu bunyi salah satu pesan yang tersebar.
Pesan berantai yang lain menyebutkan bahwa pasien 09 dikabarkan keliling kota menggunakan ojek. Bahkan, menurut netizen ada yang bertemu di pasar tradisional dan modern. ( Baca: Positif COVID-19 di Sumsel Tambah 1 Pasien, Total Jadi 12 Orang )
Ternyata, kabar pasien positif Covid-19 yang bebas berkeliaran tak cuma seorang. Diketahui juga jika pasien 10 pernah ke kantor Grapari yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, kelurahan Muara Dua, Kecamatan Prabumulih Timur. Kemudian muncul pesan berantai yang berbunyi, "Saat ini jangan ke Grapari dulu, ada pengunjung yang positif corona datang ke situ".
Kepala Dinas Kesehatan Prabumulih, dr. Happy Tedjo, yang dihubungi via telepon, mengatakan sudah mengetahui perihal tersebut. "Pasien itu rencananya mau diisolasi mandiri di rumah orang tuanya, di Sukajadi. Sepertinya, secara psikologis dia menginginkan isolasi di sana karena merasa lebih sehat di rumah orang tuanya," ujar Tedjo.
Nah, terkait tiga orang pasien positif Covid-19 yang tidak diisolasi di rumah sakit, Tedjo mengatakan, bahwa itu sudah sesuai pedoman. Halaman 30 terkait Covid-19, dijelaskan bahwa pasien positif tanpa gejala bisa dirawat di rumah dengan pengawasan pemerintah dan tenaga kesehatan setempat.
"Besok, dua pasien direncanakan akan diisolasi di rumah sakit walaupun memang tidak ada indikasi. Namun, yang satunya bisa dirawat di rumah dan memang semestinya ada yang bisa mengetahui untuk penanganan atau pengertian.Tapi kalau memang sudah berpengaruh ke sosial, maka kami akan lakukan kebijakan diisolasi ke rumah sakit saja," jelasnya.
Ia juga menuturkan, jika memang pasien masih tidak mau diisolasi di rumah, maka indikasinya bukan medis tapi sosial, dan untuk keamanan warga ada pihak lain yang membidangi.
"Info (dari wag IDI Prabumulih, red), pasien positif 09 masih beredar ke luar rumah siang ini naik ojek ke Sukajadi, tempat rumah ortunya. Ybs tidak diisolasi di RS, bahkan keluar rumah naik ojek. Agar bapak/ibu lebih hati2 terutama yang menggunakan jasa ojek, termasuk saat pesan antar makanan. #JustStayAtHome". Begitu bunyi salah satu pesan yang tersebar.
Pesan berantai yang lain menyebutkan bahwa pasien 09 dikabarkan keliling kota menggunakan ojek. Bahkan, menurut netizen ada yang bertemu di pasar tradisional dan modern. ( Baca: Positif COVID-19 di Sumsel Tambah 1 Pasien, Total Jadi 12 Orang )
Ternyata, kabar pasien positif Covid-19 yang bebas berkeliaran tak cuma seorang. Diketahui juga jika pasien 10 pernah ke kantor Grapari yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, kelurahan Muara Dua, Kecamatan Prabumulih Timur. Kemudian muncul pesan berantai yang berbunyi, "Saat ini jangan ke Grapari dulu, ada pengunjung yang positif corona datang ke situ".
Kepala Dinas Kesehatan Prabumulih, dr. Happy Tedjo, yang dihubungi via telepon, mengatakan sudah mengetahui perihal tersebut. "Pasien itu rencananya mau diisolasi mandiri di rumah orang tuanya, di Sukajadi. Sepertinya, secara psikologis dia menginginkan isolasi di sana karena merasa lebih sehat di rumah orang tuanya," ujar Tedjo.
Nah, terkait tiga orang pasien positif Covid-19 yang tidak diisolasi di rumah sakit, Tedjo mengatakan, bahwa itu sudah sesuai pedoman. Halaman 30 terkait Covid-19, dijelaskan bahwa pasien positif tanpa gejala bisa dirawat di rumah dengan pengawasan pemerintah dan tenaga kesehatan setempat.
"Besok, dua pasien direncanakan akan diisolasi di rumah sakit walaupun memang tidak ada indikasi. Namun, yang satunya bisa dirawat di rumah dan memang semestinya ada yang bisa mengetahui untuk penanganan atau pengertian.Tapi kalau memang sudah berpengaruh ke sosial, maka kami akan lakukan kebijakan diisolasi ke rumah sakit saja," jelasnya.
Ia juga menuturkan, jika memang pasien masih tidak mau diisolasi di rumah, maka indikasinya bukan medis tapi sosial, dan untuk keamanan warga ada pihak lain yang membidangi.
(ihs)