Mengenal Surabaya, dan Liku-liku Prostitusi Tersohor

Senin, 07 Januari 2019 - 13:31 WIB
Mengenal Surabaya, dan...
Gang Dolly yang legendaris tetap ramai di pagi hari. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
Kisah prostitusi, seperti laju air yang pasang surut. Sejak ratusan tahun, cerita prostitusi di Kota Surabaya, sudah ditanamkan dalam laju pergulatan zaman.

Penangkapan artis Vanessa Angel (VA) dan model majalah dewasa, Avriellia Shaqqila (AS) hanya menjadi serangkaian kisah yang pernah tercatat di Kota Surabaya.

Keduanya semakin populer dengan angka dan tarifnya. Setelah dua artis ibukota itu di-booking pengusaha asal Kota Surabaya, dengan bayaran Rp80 juta, dan Rp25 juta.

Ingatan segar prostitusi di Kota Surabaya, tentu akan kembali merujuk pada gang tersohor, Gang Dolly yang namanya abadi di benak para hidung belang.

Pagi hari yang sejuk, Sholihin tiba-tiba ingin cangkruk di Jalan Jarak. Jalan yang bersandingan dengan Gang Dolly. Kampung kecil yang dikenal oleh banyak orang di Indonesia, bahkan mancanegara.

Namun ia hanya ingin menikmati pagi yang bersahaja, ketika matahari yang mulai menampakan diri sambil makan tahu pedas di bekas wisma. Ketika ditanya, Sholihin lupa sudah berapa kali ia datang di pagi hari untuk sekedar makan tahu pedas.

Makanan ringan yang kadang membuat kejutan dengan ledakan cabai entah berapa kilo yang dicampurkan oleh Mak Iyem, penjual tahu gobyos yang tiap pagi sampai malam hari mangkal di Jalan Jarak.

Tahu yang disajikan Mak Iyem memang berbeda dengan tahu goreng kebanyakan. Ia meracik makanan khas Indonesia itu dengan balutan tepung yang terasa kriuk ketika digigit.

Namun, sensasi yang membuat Sholihin selalu ingin datang ke Jalan Jarak adalah pedasnya tahu ketika menyentuh permukaan lidah. Ia sampai tak peduli keringat sebesar biji jagung menetes deras di keningnya.

Tak puas dengan makan di tempat, bapak dua anak ini juga memesan untuk dibawa pulang. Empat potong tahu berukuran besar yang dibungkus dengan kertas dan plastik hitam. "Nanti untuk makan malam hari. Biasanya lapar kalau mau tidur," katanya, Senin (7/1/2019).

Mak Iyem hanya bermodal rombong kecil dengan wajan yang besar di sampingnya. Selepas Subuh, sudah dua adonan besar yang tandas. Tangannya masih terampil memberikan bumbu pada tahu buatannya di adonan yang ketiga, tahu yang tetap pedas. Jalanan semakin padat dengan kendaraan bermotor. Semakin ramai dan bising.

Di belakang rombong Mak Iyem ada tempat pencucian motor. Ada juga bengkel sepeda dan tempat memperbaiki aki. Di sepanjang jalan legendaris ketika era kejayaan Gang Dolly itu, deretan usaha kecil kini tumbuh subur. Papan nama raksasa beraneka warna menghiasi kios-kios kecil.

Wisma-wisma yang banyak dikenal oleh lelaki hidung belang sudah berubah fungsi. Sebagian besar di antaranya direnovasi total menjadi tempat usaha. Ada yang membuka jasa loundry, kios ponsel, toko boneka, kedai mie ayam, bakso, tas, sandal, cukur rambut, bengkel sepeda, pusat gorengan, dan kue basah.

Beberapa wisma juga diubah peruntukan menjadi tempat kos. Sementara wisma yang masih terlihat tutup memasang tulisan untuk disewakan. Gang Dolly yang legendaris tetap tak pernah sepi.

Kini, penghuni yang ada di Gang Dolly serta Jalan Jarak menjadi tulang punggung Kota Surabaya, dalam memenangkan persaingan dalam bertahan hidup.

Sampai malam, Jalan Jarak tetap gegap gempita. Lampu-lampu di jalanan terang seperti dulu. Para penjual makanan mulai mendulang pundi-pundi rupiah.

Lapak-lapak makanan yang menjual aneka macam masakan serta hidangan jadi serbuan. Deretan warung kopi yang ikut meramaikan suasana juga dibanjiri para penikmat kopi.

Toko serba ada yang ada di ujung gang juga tak mampu menampung parkir roda dua. Banyaknya pembeli yang datang membuat jalanan macet.

Beberapa kali tukang parkir yang ada di depan toko harus memindahkan motor serta mengatur laju mobil untuk melintas ke Jalan Jarak. Toko kelontong yang menjual aneka kebutuhan pokok seperti beras, gula, minyak serta garam menjadi jujukan warga.

"Harga barang di sini murah. Tak perlu lagi beli jauh-jauh. Kalau dulu beli kebutuhan pokok ke Pasar Kembang, tapi kini cukup di sini (Jarak) saja," jelas Elis Rachmawati, salah satu warga Dukuh Kupang.

Anak-anak yang dulunya tabu untuk jalan-jalan atau sekedar bermain ke Jalan Jarak dan Gang Dolly kini mulai bisa menjelajah di bekas wisata orang dewasa tersebut.

Pemandangan perempuan yang berbaju minim dan seksi tak lagi dijumpai. Para orang tua juga tak resah lagi ketika mengajak anaknya melintas di Gang Dolly.

Bahkan, selepas Maghrib, beberapa kereta kelinci serta odong-odong terlihat mondar-mandir di Gang Dolly. Anak-anak yang ceria ditemani oleh ibunya asyik menyusuri jalanan di Gang Dolly.

Lantunan musik juga terdengar nyaring dari kereta kelinci. Dengan hiasan lampu di sepanjang badan kereta kelinci yang menyeka mata.

Sesekali, di tengah pemberhentian jalur kereta kelinci, mereka menyempatkan diri untuk membeli sosis bakar maupun kembang gula yang kini bertebaran di Gang Dolly.

Prediksi banyak orang yang sempat muncul di permukaan kalau Gang Dolly akan sepi ternyata meleset. Banyak lapangan pekerjaan baru yang bisa dirintis di gang paling tersohor di Kota Pahlawan itu.

Semakin malam, Jalan Jarak dan Gang Dolly tetap saja ramai. Penjual nasi goreng keliling, tahu tek, tahu campur sampai ronde kini mulai datang di dekat pasar. Tepatnya di perempatan kecil Gang Dolly. Mereka memukul keras-keras wajannya untuk menandakan nasi goreng dan tahu tek masih ada.

Malam itu, tak lagi dijumpai wajah murung seperti tahun-tahun sebelumnya. Tak ada juga wajah mengoda yang kerap merayap menghampiri para pengendara untuk mampir di wisma-wisma. Wajah penuh harapan dari warga untuk segera bangkit dan terus mencari nafkah dengan berdagang di gang paling tersohor.

Pegawai percetakan dan fotokopi yang ada di Gang Dolly itu juga terlihat lembur bekerja. Mereka sibuk menyelesaikan pesanan yang menumpuk. Tiga pegawai di percetakan itu sampai tak sempat melihat televisi, mereka terlalu sibuk pada pesanan yang belum selesai. Mereka hanya sesekali mengambil air mineral di ujung tempatnya bekerja untuk sekedar menghilangkan dahaga.

Pemkot Surabaya memang mempunyai aturan peruntukan bekas lokalisasi Dolly untuk kegiatan usaha. Banyak toko dan kegiatan usaha berdiri di sana. Keinginan warga untuk bangkit memang kuat.

Lokasi Jarak dan Dolly diuntungkan dengan posisi yang strategis. Berada di pusat kota dan padat penduduk. Hasilnya, banyak kegiatan usaha yang tak perlu membutuhkan waktu lama untuk sukses.

Perjalanan waktu membuat kawasan Dolly dan Jarak mampu mengubah perwajahan. Tak ada yang bisa memberikan jaminan untuk berhasil, hanya keinginan serta harapan yang kuat dari warga untuk mengubah nasibnya sendiri. Mereka kini mulai menanam lagi dan tentu saja akan memanen hasil di kemudian hari.

Kepala Satpol PP Kota Surabaya Irvan Widyanto menuturkan, pihaknya memiliki banyak tim untuk menjaga semua wilayah Surabaya, termasuk di kawasan Dolly.

Ada tim Rembug yang bertugas memberikan penjelasan dan sosialisasi mengenai peraturan daerah pada para PKL dan orang-orang yang menempati bangunan liar sebelum dan saat penertiban.

Lalu ada Tim Becak Air yang bertugas melakukan patroli dan pengamanan di sepanjang sungai dan daerah pesisir di Kota Surabaya. Tim Pikachu yang merupakan tim huru-hara Satpol PP Surabaya dan dibentuk pada saat penutupan lokalisasi Dolly. Tim Asuhan Rembulan yang tugasnya menjaga kondusifitas Surabaya, biasanya berpatroli mulai pukul 20.00 hingga pagi.

Selanjutnya, ada Tim Odong-Odong yang tugasnya berpatroli keliling kota dengan menggunakan motor trail untuk menindak segala jenis pelanggaran perda. Dan Tim Pinky Trail yang semua anggotanya perempuan menggunakan trail warna pink dan selalu keliling kota.

"Terbaru ada Tim Wiro Sableng untuk menjaga markas komando dan siap diterjunkan dalam menghadapi segala jenis situasi. Diberi nama Wiro Sableng karena tim ini dibentuk pada tanggal 2 Bulan 12 atau Desember, dan ini sama persis dengan tatonya 212 di dada Wiro Sableng," katanya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5850 seconds (0.1#10.140)