Usia Harapan Hidup di Jatim: Surabaya Tinggi, Bondowoso Rendah

Kamis, 20 Februari 2020 - 08:29 WIB
Usia Harapan Hidup di...
Usia Harapan Hidup di Jatim: Surabaya Tinggi, Bondowoso Rendah
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) menyebutkan, Usia Harapan Hidup (UHH) warga Jawa Timur (Jatim) pada 2019 mencapai 71,18 tahun.

Angka itu naik dibanding tahun 2013 yang mencapai 70,34 tahun. UHH Jatim itu lebih rendah dibanding Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah (Jateng). Dimana Jabar UHH di 2019 mencapai 72,85 tahun dan Jateng 74,23 tahun.

Kota Surabaya tercatat mempunyai UHH terbaik sebesar 74,13 tahun. Hal ini disebabkan sarana dan prasarana kesehatan di Kota Pahlawan ini relatif lengkap.

Masyarakatnya juga dengan mudah memanfaatkan akses sarana dan prasarana kesehatan tersebut. Di samping itu, kesadaran masyarakat Surabaya untuk berpola hidup sehat cukup tinggi. Sehingga mendukung meningkatnya UHH.

“UHH terendah masih tercatat di Bondowoso atau sebesar 66,55 tahun. Walaupun demikan capaian UHH tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 0,28 tahun dari tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan kesehatan di Bondowoso juga semakin membaik,” kata Kepala Bidang Nerwilis BPS Jatim, Khaerul Agus, dalam rilis BPS Jatim, Kamis (20/2/2020).

Meningkatnya UHH ini berdampak pada naiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jatim di 2019 yang tercatat 71,50. Angka itu tumbuh 1,03 persen dibanding 2018 yang sebesar 70,77. Penentuan IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standard hidup yang layak.

Selama periode 2013 hingga 2019, Harapan Lama Sekolah (HLS) di Jatim meningkat dari 12,17 tahun di 2013 menjadi 13,16 tahun di 2019. Sementara Rata-rata Lama Sekolah (RLS) meningkat dari 6,90 tahun di 2013 menjadi 7,59 tahun di 2019.

Selama periode 2013-2019, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat meningkat sebesar Rp277.360 per tahun. “Peningkatan pengeluaran per kapita ini menunjukkan kemampuan ekonomi masyarakat makin membaik,” tandas Agus.

Sementara itu, Direktur Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Mas'ud Said mengatakan, kenaikan IPM di Jatim seiring dengan banyaknya proram pengungkit dari Pemprov Jatim. Di bidang pendidikan ada program pendidikan Gratis Berkualitas (TisTas).

Program ini menyisir anak usia sekolah agar masuk ke bangku pendidikan. “Selain itu perbaikan layanan kesehatan, mendekatkan akses agar masyarakat lebih mudah menjangkau layanan kesehatan,” ujarnya.

Menurut Mas'ud, ada banyak program dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Mulai dari menyediakan rumah sakit terapung untuk kawasan kepulauan, hingga perbaikan layanan rumah sakit.

Yang tidak kalah penting adalah respon cepat sesuai dengan tagline CETTAR. Setiap ada bencana alam, Khofifah selalu tanggap dan responsif untuk mempercepat pemulihan daerah. “Dari segi keamanan dan ketertiban, harmoni yang dibangun Pemprov Jatim bersama lintas elemen mewujudkan kondusivitas yang baik bagi iklim ekonomi,” terangnya.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.2824 seconds (0.1#10.140)