Luar Biasa! Tim Robot ITS Rebut 14 Penghargaan FIRA di Korea

Sabtu, 17 Agustus 2019 - 17:08 WIB
Luar Biasa! Tim Robot ITS Rebut 14 Penghargaan FIRA di Korea
Tim Robot ITS berhasil merebut 14 penghargaan robotika di FIRA Roboworld 2019 di Korea. Foto/Istimewa
A A A
SURABAYA - Tim Robotika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menunjukkan taji di level internasional.

Tak tanggung-tanggung, mereka berhasil meraih 14 penghargaan dalam ajang Internasional FIRA Roboworld Cup 2019 di Changwon, Korea Selatan.

Pembina Tim Robotika ITS, Muhtadin, mengatakan, kompetisi ini merupakan lomba robot tahunan yang diselenggarakan Federation of International Robot - Sport Association. ITS mengirimkan tiga tim robotnya yaitu robot terbang Bayucaraka, robot soccer beroda Iris, dan robot soccer humanoid Ichiro.

"Tim Ichiro dan Tim Iris masing-masing berhasil meraih 12 dan dua penghargaan. Kalau Tim Bayucaraka masih belum bisa meraih penghargaan pada kesempatan ini," kata Muhtadin, Sabtu (17/8/2019).

Menurut dia, penghargaan dari Tim Ichiro meliputi juara 1 pada kategori Weightlifting Humanoid Robot, Penalty Kick Humanoid Robot, Sprint Humanoid Robot Adult Size, Obstacle Run Humanoid Robot Adult Size, Sprint Humanoid Robot KidSize, dan Mini DRC Humanoid Robot KidSize.

Selain itu, mereka juga sukses meraih Juara 2 Mini DRC Humanoid Robot Adult Size, Obstacle Run Humanoid Robot KidSize, Marathon Humanoid Robot Soccer Adult Size, dan All Round Humanoid Robot Adult Size. Kemudian Juara 3 Mini DRC Humanoid Robot KidSize dan All Round Humanoid Robot KidSize.

Muhtadin mengatakan, penghargaan yang telah sukses diraih Tim Ichiro tidak terlepas dari segala persiapan, riset, dan beberapa simulasi yang telah dilakukan untuk menyiapkan lomba ini. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi. “Sehingga hal tersebut menjadikan Tim Ichiro kehilangan peluang yang lebih banyak untuk meraih penghargaan," kata dosen Departemen Teknik Elektro ITS tersebut.

Pada kategori marathon, robot Ichiro gagal karena memiliki ukuran yang paling besar di antara peserta robot lainnya. Ukuran kaki yang begitu kecil menimbulkan kesulitan untuk berjalan pada jalan yang miring. "Sehingga kestabilan robot tersebut sangat kecil," kata dia.

Ke depannya, kata Muhtadin, pihaknya akan menambahkan sensor pada kaki robot. Sehingga robot Ichiro bisa menyesuaikan dengan medan yang ada. Sebenarnya, saat ini pun Muhtadin mengaku sudah melakukan riset tentang hal itu, namun masih belum diterapkan pada kompetisi tersebut.

“Harapannya, pada kompetisi berikutnya sudah bisa diterapkan,” ujar dia.

Sedangkan pada Tim Iris, Muhtadin mengakui sebenarnya robotnya sudah bagus ketika berjalan secara otomatis. Namun ketika pada perlombaan, ternyata sistem jaringan internet atau wi-fi sangatlah padat. Sedangkan perangkat yang dimiliki oleh Tim Iris sama sekali tidak bisa terkoneksi. Sehingga fungsi otomatis tidak bisa berjalan sama sekali.

Hal tersebut menjadikan Tim Iris harus melakukan semuanya secara manual. Walaupun demikian, Tim Iris berhasil meraih dua penghargaan yaitu juara kedua Localization Challenge Robot Soccer dan Passing Challenge Robot Soccer.

Dosen pembimbing Tim Bayucaraka ITS, Atar Fuady Babgei, mengatakan, pihaknya mengakui adanya kendala teknis pada robot pesawat terbang milik tim ini. Salah satu penyebabnya mengenai kondisi lapangan yang ada. Pasalnya, kondisi permukaan di arena perlombaan lebih halus jika dibandingkan kondisi permukaan yang biasa dilalui. Hal tersebut menjadikan sensor di pesawatnya kurang tepat.

"Jadi ketika pesawat sedang terbang menjadi kehilangan keseimbangan," jelas dia.

Sebenarnya, kata dia, dalam robotika itu sendiri tidak bisa dari satu sudut pandang keilmuan saja, perlu dukungan dan penelitian pada banyak aspek untuk mengembangkannya.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.7807 seconds (0.1#10.140)